Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Prabowo dan Pelajaran Kegigihan di Lima Kali Pemilu Presiden

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Wisnu Nugroho
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menulis dan menerbitkan buku berjudul, Kepemimpinan Militer. Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal (TNI Purn) Prabowo Subianto, Mei 2021. Buku berisi 574 halaman dengan berat lebih dari dua kilogram.
Editor: Amir Sodikin

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan.

Bersamaan dengan makin tingginya kasus positif harian, kita mendapati makin banyak dan makin cepatnya teman, saudara, dan anggota keluarga yang pulih.

Beberapa teman dan saudara saya, perlu waktu 5-12 hari untuk negatif setelah dinyatakan positif Covid-19.

Kabar baik tentunya jika dibandingkan saat varian Delta memuncak pada medio 2021. Saat itu, dibutuhkan minimal 14 hari bagi pasien untuk negatif dan sembuh.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena kabar baik ini, meskipun kasus positif harian lebih tinggi dari puncak saat varian Delta, Juli 2021, kita tidak dalam perasaan takut dan cemas berlebihan.

Ketakutan dan kecemasan kita menjadi lebih terukur karena tahu bagaimana mengantisipasi dan menghindari risiko.

Disiplin menerapkan prokes dengan kewaspadaan membuat kita bisa beraktivitas cenderung normal.

Banyak kegiatan dan rencana yang tertunda atau ditunda karena pandemi mulai diletakkan pada rencana awalnya.

Salah satunya adalah Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 2024 yang sudah ditetapkan akan diselenggarakan pada, Rabu, 14 Febuari 2024.

Kepastian ini membuat persiapan dan kesiapan dilakukan. Tidak hanya penyelenggara pemilu, peserta pemilu, tetapi juga para pemilih.

Untuk melihat bagaimana persiapan dan kesiapan pemilih, Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) Kompas ke-3 yang dilakukan pada 7-30 Januari 2022 memberikan sejumlah temuan.

Survei tatap muka dilakukan kepada 1.200 responden dengan pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. Margin of error SKN Kompas ke-3 adalah 2,8 persen.

SKN Kompas pertama dilakukan pada April 2021. SKN Kompas ke-2 dilakukan para Oktober 2021.

Dari SKN Kompas ke-3, didapati bahwa pemilih menjatuhkan pilihan pada tiga tokoh yang masuk papan atas yaitu Prabowo Subianto (26,5 persen), Ganjar Pranowo (20,5 persen), dan Anies Baswedan (14,2 persen).

Prabowo yang berangkat pada angka 16,4 persen (April 2021), turun di angka 13,9 persen (Oktober 2021), melonjak di angka 26,5 persen (Januari 2022).

Ganjar yang berangkat pada angka 7,3 persen (April 2021), naik di angka 13,9 persen (Oktober 2021), dan naik lagi di angka 20,5 persen (Januari 2022).

Anies yang berangkat di angka 10 persen (April 2021), turun di angka 9,6 persen (Oktober 2021), dan melompat di angka 14,2 persen (Januari 2022).

Temuan SKN Kompas ke-3 lain adalah dominannya peran Generasi Y dan Z yang jumlahnya sekitar 43 persen menurut Sensus Penduduk 2020.

Generasi Y adalah mereka yang lahir antara tahun 1981-1996. Mereka berusia 24-39 tahun saat sensus penduduk dan berjumlah sekitar 25,9 persen.

Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun (1997-2012). Mereka berusia 8-23 tahun saat sensus penduduk dan jumlahnya 27,94 persen (17,1 persen adalah pemilih mula).

Dominannya peran Generasi Y dan Z tidak hanya tercermin dari jumlah persentase (43 persen yang memiliki hal pilih), tetapi juga minat pada politik yang besar.

Di banding generasi lain, hanya 9,3 persen dari Generasi Y dan Z yang belum menetapkan pilihan. 

Pilihan Generasi Y dan Z ini terbagi dan mengerucut juga pada tiga tokoh yaitu Prabowo (23,2 persen), Ganjar (20,8 persen), dan Anies (17,7 persen).

Tokoh yang selama ini mencitrakan diri dekat dengan Generasi Y dan Z tidak mendapat suara signifikan dari dua generasi ini.

Sandiaga Uno hanya mendapat 4,4 persen dari suara Generasi Y dan Z. Agus Harimurti Yudhoyono hanya mendapat 4 persen dari suara Generasi Y dan Z.

Apa yang diraih Sandiaga membuatnya menjadi satu-satunya tokoh papan tengah yang suaranya naik meskipun tipis dari 4,6 persen (Oktober 2021) menjadi 4,9 persen (Januari 2022).

Mereka yang ada di papan tengah dan suaraya turun adalah AHY, Basuki Tjahaja Purnama, dan Tri Rismaharini.

Meskipun mengerucut kepada tiga tokoh papan atas, SKN Kompas mengungkapkan bahwa ada 38,8 persen responden yang tidak hendak memilih Prabowo, Ganjar, dan Anies.

Meskipun 38.8 persen suara tersebar ke banyak tokoh, ruang untuk hadirnya calon alternatif sebenarnya masih terbuka jika konsolidasi dan negosiasi dilakukan.

Dengan konsolidasi dan negosiasi itu, calon presiden alternatif bisa dajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sesuai persyaratan.

Menengok tiga tokoh papan atas, hanya Prabowo yang memiliki kepastian akan dicalonkan partai politik yaitu Partai Gerindra yang didirikannya.

Ganjar, meskipun kader PDI-Perjuangan belum mendapat tanda-tanda akan diajukan partai dan kendali partai masih jauh dari tangannya.

Anies, tidak menjadi kader partai mana pun. Namun, berdasarkan SKN Kompas ke-3, suaranya tinggi di responden berlatar belakang Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat.

Kita tunggu siapa yang nantinya akan dicalonkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Berpijak pada hari Pemilu 2024 adalah 14 Februari 2024, pendaftaran calon presiden dan wakil presiden akan dilakukan pada 7-13 September 2023.

Penjajakan partai politik dan tokoh dengan bekal sejumlah hasil survei lanjutan pasti akan banyak dilakukan.

Sambil menunggu kepastian sampai detik terakhir, kita bisa menengok kepastian-kepastian dalam perjalanan Pemilu langsung di Indonesia sejak 2004.

Salah satu kepastian itu adalah kepesertaan Prabowo sebagai calon presiden dan darinya kita bisa belajar kegigihan. Ya, kegigihan.

Sebagai politisi, Prabowo tidak pernah lepas dari perhatian publik lima tahunan sejak 2004.

Tahun 2004, Prabowo mengikuti konvensi calon presiden Partai Golkar dan kalah dari Wiranto.

Sebagai calon dari Partai Golkar, Wiranto berpasangan dengan Salahuddin Wahid, kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla maupun Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Tahun 2009, Prabowo maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati dan kalah dari pasangan SBY-Boediono.

Pasangan Megawati dan Prabowo hanya unggul dari pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang ada di posisi bawah dalam perolehan suara.

Tahun 2014, Prabowo maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Prabowo-Hatta kalah dari Joko Widodo sebagai pendatang baru yang berpasangan dengan polisiti senior Jusuf Kalla.

Tahun 2019, Prabowo maju lagi sebagai calon presiden berpasangan dengan Sandiaga Uno.

Sekali lagi, Prabowo-Sandi kalah dari Jokowi yang berpasangan dengan Maruf Amin.

Banyak yang berpikir, kekalahan kedua sebagai capres dari lawan yang sama dan kekalahan-kekalahan sebelumnya akan menjadi akhir karir politik Prabowo.

Pikiran itu meleset. Meskipun kalah dua kali dari Jokowi, Prabowo dan juga Sandiaga, ikut menikmati kemenangan lawannya.

Posisi menteri yang diberikan Jokowi bagi keduanya adalah wujud nyata melesetnya pikiran kita.

Jika hendak belajar kegigihan tanpa pernah putus di setiap kesempatan yang terbuka, simaklah perjalanan Prabowo.

Jika hendak belajar meraih kemenangan di kesempatan kecil yang terbuka dengan kegigihan biasa-biasa saja, simaklah perjalanan SBY dan Jokowi.

Mereka berdua punya resep dan bahan ajar di luar semata kegigihan.

Salam ajar,

Wisnu Nugroho

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi