Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Bintang Gatotkaca Disebut Mirip Captain Marvel, Ini Sejarahnya

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Loog bintang Gatotkaca
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Media sosial Twitter diramaikan soal pembahasan bintang di dada Gatotkaca yang dinilai mirip dengan Captain Marvel. 

Keramaian ini setela Film Satria Dewa: Gatotkaca yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, akhirnya resmi merilis teaser pertama pada Selasa (22/2/2022) lalu.

“"WIH APAAN NIH LAMBANG CAPTAIN MARVEL!" Udah pada aneh ya manusia si paling paling ini. Cinta sih cinta. Tapi belajar sejarah sama budaya dulu napa. ????,” tulis salah satu warganet Twitter menyikapi persamaan kostum kedua superhero tersebut, pada Selasa (22/2/2022).

Baca juga: Viral, Foto Tulisan Ganjar Pranowo The Next President RI di Menara Eiffel, Ini Faktanya

Lantas, apa arti simbol bintang dalam Gatotkaca dan bagaimana sejarahnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah dikenal sejak era Mangkunegara V

Researcher asal Ullen Sentalu Museum, Yosef Kelik Prirahayanto menjelaskan, dalam akun Twitter pribadinya @sefkelik (23/2/2022), pemakaian simbol bintang pada kostum Gatotkaca menurutnya sudah ada sejak beberapa dekade sebelum kemunculan karakter Captain America maupun Captain Marvel dalam Marvel Comics.

“Kostum Gatotkaca tersebut bisa jadi sudah dikenal dari era KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya) Mangkunegara V (1881-1896),” tulisnya.

Ia menambahkan, tokoh Gatotkaca versi Jawa sendiri sudah berumur sekitar 9 abad dan dikenal sejak zaman Kemaharajaan Kediri.

“Tepatnya merujuk kepada penulisan Kitab Kakawin 'Gatotkacasraya' oleh Mpu Panuluh sekitar masa pemerintahan Maharaja Jayabaya (1117-1135),” tulis Yosef.

Baca juga: Viral, Foto Satu Buah Nangka Dijual Seharga Rp 3,1 Juta, Ini Alasannya

 

Simbol Dewata Nawa Sanga

Sementara itu Sejarawan dan pendiri Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali mengatakan, simbol bintang delapan yang ada pada dada Gatotkaca dipercaya menjadi simbol di masa Hindu.

Hindu mengenal simbol Dewata Nawa Sanga yang berbentuk bintang dengan delapan sudut.

Dewata Nawa Sanga sendiri adalah wujud sembilan dewa yang menguasai penjuru mata angin, dengan Dewa Siwa sebagai pusatnya, yang dikelilingi oleh delapan dewa yang menjadi aspeknya.

"Dewa-dewa inilah yang punya kekuatan, yang menguasai seluruh penjuru mata angin. Nah, dengan kekuatannya masing-masing, orang Hindu percaya bahwa mereka dijaga oleh kesembilan dewa ini," jelas Asep saat dihubungi Kompas.com (23/2/2022).

Baca juga: Apa Itu Feng Shui? Ini Sejarah Feng Shui dan Penerapannya di Rumah

Sejak zaman Majapahit

Asep melanjutkan, simbol bintang delapan juga muncul pada zaman Majapahit, yakni di dalam lambang kerajaan yang disebut Surya Majapahit.

Bintang delapan yang terdapat dalam Surya Majapahit, selain menunjukkan arah mata angin juga sebagai berkah cahaya dari matahari yang menyinari berbagai penjuru.

Sementara itu, menanggapi "cekcok" warganet soal bintang Gatotkaca dan Captain Marvel, Asep mengatakan bahwa simbol bintang delapan bukan mutlak milik siapapun.

Bahkan, dirinya menjelaskan jika pada abad pertengahan di wilayah Eropa, simbol ini identik dengan seni Islam. 

"Dalam berbagai kaligrafi, bahkan di Al-Qur'an simbol bintang juga dipakai. Jadi memang ini tidak mutlak milik siapa ya, tetapi siapapun bisa menggunakannya," ujarnya.

Simbol pencerah dan kekuatan

Sementara itu, dihubungi secara terpisah, dalang sekaligus Pengelola Kesenian Tradisional Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Diwasa Diranagara menjelaskan, dalam cerita pewayangan, tokoh Gatotkaca memang digambarkan mengenakan baju zirah dengan bintang di dadanya.

“Di cerita pewayangan, tokoh Gatotkaca juga digambarkan mengenakan baju zirah berbentuk bintang,” ujarnya kepada Kompas.com (23/2/2022).

Diwasa melanjutkan, baju zirah yang dipakai Gatotkaca bernama Antrakusuma dan bergambar bintang yang mengandung makna panglima tinggi dan pencerah.

Simbol bintang yang terdapat dalam baju zirah Gatotkaca juga merupakan simbol kekuatan dan kesaktiannya.

Hal tersebut sekaligus sebagai tanda Gatotkaca sudah diberi kekuatan dari para Dewa sejak lahir dan tidak akan hilang kecuali saat ia meninggal.

“Itu (baju zirah) bawaan sejak lahir. Tidak bisa lepas. Lepasnya baju zirah nanti dalam (perang) Baratayuda, (saat) Gatotkaca meninggal,” jelas Diwasa.

Baca juga: Penjelasan TNI AU soal Video Viral Jakarta Disebut Digempur Chemtrail Tengah Malam

 

Sepenggal kisah Gatotkaca

Dikisahkan, Gatotkaca adalah manusia “tugelan” atau setengah manusia dan setengah raksasa.

Ia adalah putra dari Raden Werkudara, salah satu Pandawa dengan seorang perempuan berwujud raksasa, Arimbi.

Pada waktu kelahirannya, Diwasa menjelaskan, pusar Gatotkaca tidak bisa lepas atau putus. Dan hanya bisa diputus oleh pusaka kedewaan.

“Yang bisa memutus tali pusarnya ini adalah dari pusaka kedewaan atau dari kahyangan, namanya kuntowijoyo,” jelasnya.

Namun, ada sesuatu yang aneh saat peristiwa memutus tali pusar. Bersama dengan putusnya tali pusar Gatotkaca, pusaka kuntowijoyo menghilang.

“Tali pusar putus tapi kuntowijoyo juga hilang. Filosofi di Jawa itu menjadi satu dengan raga Gatotkaca,” katanya.

Oleh karena itu, terdapat pepali atau larangan jika sudah besar nanti, ia tidak boleh berperang melawan seseorang yang membawa kuntowijoyo.

Setelah tali pusar terputus, Gatotkaca yang masih kecil sudah menjadi suruhan para dewa. Salah satu tugas yang diemban Gatotkaca adalah untuk memusnahkan raja raksasa dari kerajaan Gilingwesi.

Sebelum melaksanakan misinya, tubuh Gatotkaca “dicelupkan” ke dalam kawah Candradimuka untuk menghilangkan sisi jahat dalam dirinya.

Panasnya kawah ini juga yang menjadikan Gatotkaca menjadi gagah perkasa dan memiliki tulang besi.

“Dicelup itu seluruh badannya jadi terbuat dari besi-besi yang unggulan. Seluruh tubuhnya terbuat dari besi. Otot kawat, balung wesi, tangannya gunting. Memang kesaktiannya itu,” ujarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi