Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disfungsi Otak akibat Long Covid? Ini Penjelasan Ahli

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi kepala pusing atau sakit kepala bisa menjadi gejala Omicron.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com – Long Covid merupakan gejala Covid-19 yang masih dirasakan oleh pasien Covid-19 selama 4 minggu setelah dinyatakan sembuh atau bahkan lebih.

Long covid bisa berdampak pada sistem tubuh manusia, terutama pada kinerja otak.

Peneliti menemukan adanya disfungsi pada otak pasien penderita long covid. Dr Nath, dr Iwasaki dan dr Michelle Monje, seorang ahli saraf di Stanford mengatakan, Covid-19 dapat mengakibatkan infeksi ringan sehingga terjadi peradangan pada otak.

Diberitakan The New York Times, Sabtu (19/2/2022), pasien Covid-19 yang bergejala ringan bahkan bisa mengalami gangguan kognitif yang berkelanjutan.

Sedangkan dr Avindra Nath, Direktur Klinis Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke mengatakan kasus tersebut sebagai krisis kesehatan masyarakat yang besar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kenali Gejala dan Dampak Long Covid pada Tubuh

Disfungsi otak akibat long covid

Dokter Spesialis Saraf RSUP dr. Kariadi Semarang, dr Rahmi Ardhini, SpS(K), mengonfirmasi adanya potensi disfungsi kinerja otak pada penderita long covid.

Covid-19 mula-mula menyerang sistem pernapasan, yaitu paru-paru. Kemudian virus tersebut menyerang sistem tubuh lainnya, seperti darah, saluran napas bagian dalam, hingga sistem kerja otak.

Pada otak, gangguan tersebut disebabkan oleh beberapa hal. 

Pertama, karena terganggunya sistem paru-paru maka tubuh mengalami kekurangan oksigen, termasuk area otak. Akibatnya, beberapa sel di dalam otak tidak dapat bekerja secara optimal.

“Jadi kalau tubuh kita kekurangan oksigen otomatis otak juga akan kekurangan oksigen. Kalau otak kekurangan oksigen maka sel-sel otak itu fungsinya juga akan terganggu,” jelas Rahmi.

Kedua, adanya peradangan pada otak yang disebabkan oleh virus Corona.

Seorang peneliti dan ahli saraf di Stanford menemukan adanya infeksi ringan akibat Covid-19 yang menyebabkan terjadinya peradangan otak. Peradangan pada sistem otak ini akan mengganggu fungsi otak.

“Peradangan yang diakibatkan oleh adanya virus-virus tersebut juga termasuk ke peradangan otak. Jadi kalau ada peradangan, maka juga akan mengganggu fungsi otak,” kata Rahmi.

Selain itu, Rahmi juga mengimbuhkan bahwa virus Corona juga dapat mengakibatkan adanya penyumbatan dan kekentalan darah sehingga mengganggu sistem kinerja otak.

Peradangan akibat Covid-19 ini biasanya disebabkan oleh respon daya tahan tubuh yang lemah terhadap virus Corona.

Baca juga: Vaksin Lengkap Bisa Kurangi Risiko Long Covid-19, Ini Penjelasannya

Dampak long covid pada otak

Dampak long covid pada sistem kerja otak bisa beragam. Mulai dari gangguan kognitif, memori, hingga kehilangan konsentrasi.

“Misalnya hal yang paling ringan gangguan memori, gangguan konsentrasi, kemudian kelelahan, Kemudian bisa juga depresi yang diakibatkan oleh stressor dari penyakitnya itu sendiri ya,” terang Rahmi.

Penderita long covid yang sistem kinerja otaknya terganggu juga akan merasakan kecemasan, nyeri pada kepala, kesulitan tidur (insomnia), dan gangguan keseimbangan lainnya.

Pada umumnya, pasien Covid-19 dengan derajat gejala berat lebih berisiko mengalami long covid yang menyerang sistem otak.

“Jadi kalau gejala ringan, risikonya akan lebih minimal dibandingkan dengan gejala sedang. Kalau gejala berat apalagi, dia pasti risiko untuk menimbulkan kerusakan otak jangka panjang itu lebih besar,” kata Rahmi.

Selain derajat gejala berat, pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan memiliki komorbid juga memiliki potensi risiko mengalami disfungsi otak.

“Kemudian faktor penyakit lain yang bersamaan, komorbid. Misalnya ada hipertensi, sakit jantung, diabete melitus. Itu juga mempengaruhi karena orang-orang dengan penyakit-penyakit tersebut juga banyak menimbulkan gangguan otak,” jelasnya.

Baca juga: Ini Gejala-gejala Long Covid-19 yang Bisa Dialami Penyintas

Proses pemulihan

Proses pemulihan disfungsi pada otak bisa dilakukan secara perlahan. Pada pasien Covid-19 yang akut, gejala disfungsi pada otak ini bisa berlangsung selama beberapa bulan lamanya.

Kendati demikian, proses pemulihan bisa dilakukan dengan merubah pola hidup lebih sehat.

“Sebetulnya tidak ada obat-obatan khusus. Jadi pola hidup atau lifestyle saja yang diperbaiki,” ujar Rahmi.

Perubahan pola hidup itu bisa dilakukan dengan tidak merokok, mengurangi frekuensi minum kopi, menjaga risiko kenaikan berat badan dan obesitas, olahraga teratur, dan memaksimalkan kinerja otak dengan membiasakan membaca dan menulis.

“Kalau memang dirasakan gangguannya berat, sakit kepala berat, atau gangguan memorinya berat bisa berkonsultasi dengan dokter dan minum obat yang disarankan dokter,” pungkasnya.

Baca juga: Hati-hati, Long Covid pada Anak Bisa Berpotensi Menghambat Kecerdasan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi