KOMPAS.com – Tidak sedikit penyintas Covid-19 yang mengeluhkan sejumlah gejala pasca-Covid-19 atau sering dikenal dengan long covid.
Sebuah studi mengungkap, diperkirakan ada 10 hingga 30 persen pasien Covid-19 yang berisiko mengalami gejala long covid.
Gejala long covid ini dirasakan oleh penyintas Covid-19 di Indonesia. Umumnya, mereka merasakan gejala, seperti mudah lelah, sakit kepala, kesulitan tidur (insomnia), kesulitan berkonsentrasi, nyeri otot dan sendi, batuk hingga sesak napas.
Lantas, apakah pengobatan long covid ditanggung pemerintah?
Baca juga: Disfungsi Otak Akibat Long Covid? Ini Penjelasan Ahli
Tidak ditanggung pemerintah
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menegaskan bahwa pengobatan long covid bukan merupakan tanggungan pemerintah.
“(Biaya pengobatan long covid) tidak ditanggung pemerintah karena sudah bukan covid,” ujar dia, saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (23/2/2022).
Hingga saat ini, pemerintah hanya menanggung biaya perawatan pasien Covid-19 dengan sumber biaya yang berasal dari Kemenkes.
Dilansir dari Kompas.com, (17/9/2021), biaya perawatan pasien Covid-19 akan dihentikan setelah masa isolasi atau masa perawatan berakhir.
"Bila saat itu ternyata masih diperlukan perawatan lanjutan karena kondisi komorbid, komplikasi, atau koinsiden, maka beralih ke sumber pembiayaan lain," ujar Nadia.
Sumber pembiayaan lain yang dimaksud adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) baik berupa BPJS Kesehatan maupun asuransi lainnya yang dimiliki oleh pasien tersebut.
Baca juga: Kenali Gejala dan Dampak Long Covid pada Tubuh
Gejala long covid
Gejala long covid biasanya dirasakan oleh sejumlah penyintas Covid-19, dari anak-anak, dewasa, hingga lansia dalam jangka waktu 4 minggu berturut-turut atau lebih.
Tidak ada alasan pasti mengapa seseorang bisa terkena long covid.
Namun, sebuah studi menyimpulkan terdapat 4 faktor yang meningkatkan risiko terjadinya gejala long covid.
Empat faktor tersebut, di antaranya tingginya jumlah virus Corona yang menginfeksi pasien Covid-19, autoantibodi, reaktivitas virus, dan riwayat penyakit pasien Covid-19.
Dilansir dari New York Times, Sabtu (19/2/2022), dampak long covid bisa berpengaruh terhadap sistem organ penyintas Covid-19.
Sebuah studi menunjukkan adanya penurunan sistem kekebalan tubuh, kinerja otak dan paru-paru, serta terganggungan sistem peredaran darah.
Dampak tersebut dapat diidentifikasi dari gejala long covid yang dirasakan oleh penderita.
CDC mencatat, ada 18 gejala long covid, di antaranya:
- Sesak napas
- Kelelahan
- Gejala yang memburuk setelah aktivitas fisik atau mental
- Kesulitan berpikir atau berkonsentrasi
- Batuk
- Nyeri pada dada atau perut
- Nyeri seperti ditusuk jarum
- Sakit kepala
- Jantung berdetak cepat atau berdebar
- Nyeri sendi
- Diare
- Masalah tidur
- Demam
- Pusing ketika berdiri
- Ruam
- Prubahan suasana hati
- Perubahan kemampuan membau
- Perubahan siklus periode menstruasi
Gejala long covid tersebut bisa dirasakan oleh pasien yang sembuh dari Covid-19 dengan status tanpa gejala, bergejala ringan, berat hingga kritis.
Kendati demikian, gejala long covid paling sering dialami oleh pasien yang bergejala berat hingga krisis.
Begitu juga dengan pasien Covid-19 yang memiliki komorbid, seperti diabetes melitus dan hipertensi penyakit jantung.
Baca juga: Hati-hati, Long Covid pada Anak Bisa Berpotensi Menghambat Kecerdasan
Pemulihan long covid
Pemulihan long covid bisa dilakukan melalui pengobatan berdasarkan gejala yang dialami dan arahan dokter.
Spesialis paru-paru dari RS Islam Kustanti Surakarta Prof. Reviono mengatakan, pengobatan long covid, misalnya yang menyerang sistem paru-paru, bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan.
Kendati demikian, pengobatan yang rutin belum tentu berpotensi menyembuhkan sistem paru-paru yang terganggu akibat Covid-19.
“Ada peluang, tetapi tidak besar,” ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (21/2/2022).
Selain melalui pengobatan, Reviono juga mengajurkan agar pasien yang mengeluhkan gejala long covid di sistem paru-paru untuk melakukan latihan olah napas.
Olah pernapasan ini bertujuan untuk melatih dan meningkatkan stamina otot perut dan dada sehingga mampu membantu mengurangi gejala sesak napas.
“Olah pernapasan itu dianjurkan. Otot napas yang ada di dada dan perut itu bisa dilatih karena mungkin selama sakit yang berat tadi otot-otot itu tidak dilatih,” imbuhnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.