Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Hujan Es: Penyebab hingga Tanda-tanda Akan Terjadi

Baca di App
Lihat Foto
IST warga Danurejan
Hujan es di Danurejan, butiran es diambil oleh warga
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Beberapa tahun belakangan ini Indonesia mengalami hujan es di berbagai daerah. Padahal Indonesia bukan negara dengan suhu dingin ekstrem.

Tak hanya Indonesia, beberapa negara tropis juga mengalami hal serupa. Seperti India yang cukup sering mengalaminya.

Apa yang menyebabkan hal tersebut?

Baca juga: Fenomena Hujan Es Berpotensi Terjadi hingga April 2022, Ini Pemicunya

Penyebab hujan es

Dilansir Hindustan Times, 20 Februari 2022, hujan es tumbuh setetes demi setetes. Ini dimulai dari setetes air yang membeku menjadi butiran salju bundar di awan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena ini hanya mungkin terjadi ketika suhu awan sangat rendah. Tetesan itu mengumpulkan tetesan lain dan bertambah besar.

Angin kencang dan tetesan air dingin menuju bagian atas sistem awan. Tetesan yang sangat dingin kemudian menyatu menjadi bongkahan es atau batu es.

Selanjutnya, es jatuh melalui awan, semakin besar saat jatuh ke bumi. Hujan es telah tercatat mencapai kecepatan 120-144 km per jam dan dapat melaju lebih cepat lagi.

Ketika hujan es mengenai tanah lunak, es meleleh atau pecah berkeping-keping di permukaan yang keras.

Jika batu hujan es diperiksa dengan cermat, cincin dapat terlihat di dalamnya, yang menggambarkan bagaimana batu itu membeku dalam putaran pengumpulan tetesan.

Gelembung udara kecil terkadang terperangkap di dalam batu es.

Baca juga: Kenapa Terjadi Fenomena Hujan Es di Indonesia? Berikut Penjelasannya

Tanda-tanda akan terjadi hujan es

Dikutip dari laman BMKG, 28 Maret 2017, fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.

Kejadian hujan es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Berikut indikasi terjadinya hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat:

  1. Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
  2. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5 derajat Celcius) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60 persen).
  3. Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
  4. Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
  5. Pepohonan di sekitar tempat seseorang berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
  6. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat seseorang berdiri.
  7. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat tersebut.
  8. Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Baca juga: Fenomena Awan Pelangi Seusai Gempa, Apakah Keduanya Berkaitan?

Ukuran batu es di hujan es

Masih dari laman Hindustan Times, hujan es terbesar yang tercatat di dunia sejauh ini hampir 2 kilogram. Itu jatuh di Kazakstan.

Pada 2010, Dakota, AS dilempari oleh batu es raksasa berukuran 8 inci (sekitar 20 cm). Hondo Texas, negara Libya, dan beberapa tempat di Australia pada 2021 dihujani es dengan ukuran antara 6-6,4 inci.

Sebagian besar bola es besar ini datang dengan badai pada Oktober 2021.

Bisakah hujan es menyebabkan kerusakan?

Meskipun hujan es bisa dinikmati dengan bermain bersama keluarga, akan tetapi hujan es bisa menyebabkan kerusakan yang luas.

Hujan es dapat membunuh tanaman, merusak kaca, merusak jendela, bahkan dapat membunuh hewan kecil.

Diberitakan BBC, 21 Maret 2013, hujan es raksasa pernah menghantam provinsi selatan China pada 2013.

Badai hebat dan hujan es raksasa telah menewaskan sedikitnya sembilan orang dan menyebabkan kerusakan serius di seluruh provinsi selatan China.

Hujan es pernah terjadi di London ketika puncak musim panas.

Baca juga: Fenomena Spirit Doll di Kalangan Artis, Sejarah, dan Berapa Harganya?

 

Sebagaimana diberitakan The Guardian, 23 Juli 2013, hujan es terjadi pada 22 Juli 2013 malam hari.

Pengajar meteorologi di University of Reading, Dr Pete Inness, menjelaskan suhu bisa mencapai 30 derajat Celcius di tanah, tetapi suhu turun sekitar 10 derajat Celcius tiap satu kilometer ke atas, jadi tingkat pembekuannya sekitar 3.000 m di atas tanah.

"Hujan es terbentuk di awan yang berada di antara 3 km dan 10 km di atas tanah. Di puncak awan, 10 km di atas tanah, suhunya bisa -59 derajat Celcius atau -60 derajat Celcius," kata Inness.

Hujan es "duduk" di awan, menunggu waktunya, semakin besar dan besar. Akhirnya itu menjadi cukup besar untuk rontok.

Es mencair saat turun, tetapi jika terbentuk di awan yang cukup dingin, itu akan tetap membeku ketika menyentuh tanah.

Dibutuhkan hujan es sekitar satu setengah menit untuk mencapai daratan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi