Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Fenomena Tawuran Remaja Live di Media Sosial, Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Tim Perintis Presisi Polres Depok
Tim Perintis Presisi Polri Metro Depok mengamankan tujuh remaja hendak tawuran di Cagar Alam, Kota Depok, Minggu (27/2/2022).
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan


KOMPAS.com - Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok menangkap tujuh remaja saat mencari lawan tawuran di jalanan, Minggu (27/2/2022).

Kepala Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Depok Iptu Winam Agus mengatakan bahwa para remaja tersebut merupakan geng.

Geng tersebut sedang melakukan siaran langsung di Instagram, kemudian ada kelompok lain yang menuliskan komentar menantang perkelahian. Mereka kemudian berkeliling mencari lawan

"Saat live, ada saja kelompok yang melihat dan menantang untuk melakukan perkelahian (tawuran), akhirnya merasa sebal dan berkeliling untuk mencari-cari lawannya yang menantang tersebut," Kata Iptu Winam, dikutip dari Kompas.com, Senin (28/2/2022).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya dengan melihat siaran geng tersebut di Instagram, tim patroli berhasil mengamankan tujuh remaja tersebut di Cagar Alam Depok.

Polisi juga menemukan empat senjata tajam dalam operasi tersebut. Ketujuh remaja telah diamankan di Mapolres Metro Depok.

Lantas, bagaimana tanggapan psikolog terhadap fenomena ini?

Baca juga: Fenomena Remaja Jompo, Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Tanggapan psikolog

Psikolog Klinis Ohana Space Kantiana Taslim berpendapat bahwa terjadinya tawuran yang disiarkan secara langsung di media sosial adalah karena teknologi yang mudah diakses.

Selain mudah diakses, aktivitas online juga mudah dilacak. Maka dari itu, masyarakat harus waspada ketika menggunakan media sosial.

"Tapi gimana kita bisa waspada untuk menggunakan media sosial itu secara bijaksana tentunya," kata Nana, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/3/20220).

Tidak hanya pada kasus geng ini saja, apapun yang disiarkan mungkin dapat mempengaruhi masyarakat.

Secara umum, orang-orang harus berhati-hati untuk membagikan sesuatu peristiwa di media sosial, karena dapat mempengaruhi orang banyak dalam bentuk positif dan negatif.

"Kalau misalkan hal ini kan tawuran berarti itu hal yang disiarkan secara enggak langsung bisa memprovokasi masyarakat dan juga bisa menimbulkan akibat negatif," ucapnya.

Dengan disiarkan secara online, maka makin luas juga jangkauan untuk memprovokasi masyarakat ataupun target yang dituju.

Baca juga: Menilik Fenomena Penyalahgunaan Senjata Tajam di Kalangan Remaja

Melanggar etika dan moral sosial

Nana menjelaskan, tindakan yang dilakukan oleh Geng tersebut merupakan hal yang tidak wajar, karena melanggar etika moral sosial dan berbentuk kekerasan.

"Dimanapun di lingkungan masyarakat tidak aturan yang menyatakan kalau tindak kekerasan adalah sesuatu hal yang wajar," jelasnya.

Tawuran merupakan aksi kekerasan. Mempertontonkan atau memperlihatkannya merupakan sesuatu yang tidak wajar dilakukan oleh masyarakat.

"Jadi bisa dibilang mempertontonkan atau memamerkan tawuran itu sebagai aksi kekerasan gitu," kata Nana.

Baca juga: Fenomena Spirit Doll di Kalangan Artis, Sejarah, dan Berapa Harganya?

Fenomena tawuran

Fenomena tawuran jika dilihat dalam ilmu sosiologi masyarakat termasuk ke dalam konflik kelompok.

Nana menerangkan bahwa bahwa fenomena tawuran tersebut dalam ilmu psikologi diterminasi dengan istilah conduct behavior.

Conduct behavior adalah perilaku kekerasan dan emosi kemarahan yang ditunjukkan dengan merusak barang, benda melanggar aturan ataupun berkelahi.

"Masuknya kalau dalam istilah psikologi selain contract behavior atau perilaku kekerasan terhadap agresi juga bisa masuk ke dalam kenakalan remaja," ujar Nana.

Faktor-faktor penyebab

Nana menyebutkan, terdapat berbagai faktor yang dapat membuat fenomena tawuran tersebut dapat dilakukan oleh para remaja.

Berikut beberapa faktornya:

1. Faktor keluarga

Keluarga harus mengetahui segala sesuatu hal yang anak-anak mereka lakukan diluar rumah.

Begitu juga dengan penerapan aturan dan penekanan disiplin yang ditekankan oleh keluarga dan orang terdekat.

Jika pengawasan keluarga longgar atau tidak mengetahui segala aktivitas yang dilakukan anaknya maka perilaku anaknya tidak dapat terobservasi dan teramati dengan baik.

2. Faktor media

Faktor dari media sosial, media elektronik dan media cetak dapat diinterprestasikan berbeda oleh anak-anak tersebut. orang dewasa saja dapat berbeda-beda penangkapan informasinya apalagi anak remaja.

Anak remaja harus hati-hati dengan media jika menampilkan informasi tentang kekerasan, informasi tindak kriminal dan informasi tentang konflik.

Sehingga, mereka dapat mengolahnya secara bijaksana dan informasi yang disampaikan menjadi informasi yang positif.

3. Faktor usia remaja

Nana menjelaskan bahwa di usia remaja merupakan usia yang masih berkembang dari segi fisik, emosional, sosial dan psikologi.

Sehingga, mereka masih butuh bimbingan dan arahan dari keluarga atau orang terdekat.

Selain itu, sel-sel otak pada usia remaja masih berkembang sehingga fungsi eksekutif atau fungsi perencanaan pada remaja masih belum matang.

Maka dari itu, jika anak remaja menyukai melakukan hal-hal impulsif atu tindakan yang tidak dipikirkan secara matang, bukan mereka tidak mau tapi juga disatu sisi kemampuan untuk mengolah perencanaan itu masih belum baik.

"Makannya butuh diawasi, butuh diberi aturan yang baik seperti apa, sehingga bisa terhindarkan dari kenakan-kenakalan," ucap Nana.

Baca juga: Fenomena Panic Buying di Indonesia, dari Susu Beruang hingga Minyak Goreng

Saran agar tidak terulang

Nana memberi saran agar kejadian tersebut tidak terulang.

Caranya adalah pihak keluarga harus membangun hubungan yang baik denan anak-anak mereka.

Dengan hubungan yang baik, maka komunikasi antara orang tua dan anak akan terjalin dengan baik.

Selain itu, orang tua juga diharapkan untuk mengawasi pemakaian gadget jika anak belum genap berumur 18 tahun, karena di usia tersebut anak masih bagian tanggung jawab orang tua.

Dan juga untuk pihak sekolah, komunitas dan lingkungan sekitarnya juga bisa bekerjasama dengan orang tua anak untuk memberikan edukasi pentingnya pertemanan diusia mereka.

"Karena tentunya untuk anak-anak remaja pertemanan atau friendship itu jadi nilai yang sangat berperan diusia perkembangan mereka," pungkasnya. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi