Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Civitas Vaticana, Kota Sekaligus Negara Suci Umat Katolik

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/user12555082
Vatikan menjadi kota yang kental dengan ajaran agama Katoliknya.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Fauzi Ramadhan & Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Di antara begitu banyaknya negara di benua Eropa, Italia menjadi salah satu destinasi favorit bagi pelancong. Negara yang identik dengan hidangan pizza dan pastanya ini secara geografis berada di selatan Eropa.

Salah satu keunikan dari negara Italia adalah di dalam ibu kota negaranya, Roma, terdapat kota yang berdiri sendiri menjadi suatu negara, yaitu Civitas Vaticana atau Vatikan. Dengan kata lain, Vatikan adalah negara dalam negara Italia.

Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, berkesempatan mengunjungi Roma dan Vatikan pada November 2021 lalu. Di sana, ia mewakili Indonesia dalam dialog jurnalis lintas agama. Kisahnya dapat didengar dalam episode “Roma, Pertemuan Lintas Agama, dan Bertekuk Lutut” siniar Beginu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Vatikan

Santo Petrus, salah seorang dari dua belas rasul Yesus, wafat di Bukit Vatikan, yang merupakan cikal bakal kota Vatikan. Setelah wafat, di atas makamnya didirikan bangunan Basilika pada abad ke-4 masehi. Bangunan tersebut kemudian berkembang menjadi situs ziarah dan gereja.

Dirangkum dari artikel situs Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia tentang Vatikan, negara yang dipimpin oleh Paus atau The Holy Father ini pertama kali berdiri sekitar pertengahan abad ke-8 dengan bentuk Negara Kepausan (Stato Pontificio). Pada saat itu, Paus bertempat di suatu istana bernama Istana Lateran untuk melaksanakan pekerjaannya.

Akan tetapi, bentuk negara ini mengalami pasang surut akibat dinamika perpolitikan dan peperangan di Roma. Sampai pada 1870, kekuasaan diberikan kepada Raja Vittorio Emanuele II sehingga bentuk Negara Kepausan berakhir. Pada saat itu, Paus Pius IX meninggalkan Istana Lateran dan pindah ke Istana Vatikan.

Pada tahun selanjutnya, Raja Vittorio Emanuele II mengeluarkan undang-undang yang menjamin kedudukan Paus untuk menempati Istana Lateran. Kebijakan ini lantas ditolak oleh Paus.

Baca juga: Transformasi Wayang sebagai Tanggapan Perkembangan Zaman

Kemudian, pada tahun 1919, pemerintahan, yang berubah menjadi Pemerintahan Italia, mengeluarkan suatu kebijakan bernama “Law of Guarantee” yang kurang lebih sama dengan undang-undang sebelumnya. Akan tetapi, kebijakan tersebut ditolak oleh Paus yang sedang menjabat saat itu, yaitu Paus Benediktus XV.

Sebagai jalan tengah, diadakan beberapa kali perundingan sampai pada akhirnya menghasilkan kebijakan untuk terbentuknya Negara Kota Vatikan.

Perundingan ini dibentuk melalui Traktat Lateran yang ditandatangani oleh Wakil Perdana Menteri Vatikan, Kardinal Pietro Gaspari, dan Perdana Menteri Kerajaan Italia, Benito Mussolini.

Isi traktat tersebut adalah mengakui Negara Kota Vatikan sebagai badan yuridis dan politis dengan jaminan kemerdekaan dan kedaulatan atas daerah yang dikelilingi tembok Vatikan.

Selain itu, traktat juga berisi sebuah konkordat sebagai penjaminan Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik di Vatikan dan seluruh dunia.

Vatikan Sebagai Kota Suci Umat Katolik

Situs Encylopaedia of Britannica mengungkapkan Vatikan merupakan negara kota terkecil di dunia yang terletak di tepi barat Sungai Tiber. Di dalamnya, terdapat tembok dengan gaya arsitektur abad pertengahan dan Renaisans sepanjang 3,2 kilometer yang melindungi kota kecil tersebut.

Selain tembok megahnya, Vatikan dikenal dengan bangunan megah nan indah, misalnya Basilika Santo Petrus, Kapel Sistine, Museum, dan Galeri Seni.

Sementara itu, karya seni di Vatikan, seperti lukisan dan patung dibuat oleh seniman-seniman termasyhur, seperti Michelangelo dan Pinturicchio.

Meskipun tergolong negara kecil dengan luas 44 hektar, Vatikan memiliki sistem perbankan, produk jurnalistik, stasiun radio, dan tentara sebagai penjaga ketahanan negara.

Dengan demikian, selain kental dengan kehidupan agamanya, di negara itu juga terdapat suatu kehidupan bermasyarakat dan kenegaraan.

Paus, sebagai pemimpin suci umat katolik, juga melaksanakan kerja-kerja politis, seperti kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang mutlak di dalam Vatikan.

Akan tetapi, Paus tidak bekerja sendiri, melainkan didampingi oleh sekretariat negara, kongregasi, pengadilan, dan dewan kepausan.

Wisnu, Pertemuan Lintas Agama atas Jurnalisme

Bersamaan dengan kegiatan dialog jurnalis lintas negara dan lintas agama di Roma, Wisnu berkesempatan mengunjungi Vatikan dan bertemu Paus.

“Setiap Rabu pagi, antri untuk masuk. Biasanya di Basilika dan lapangan gede itu, tetapi waktu itu di aula karena jumlah orang yang tidak terlalu banyak,” ungkapnya.

Baca juga: Fajar Merah, Pasifisme, dan Koneksi yang Dibangun Lewat Puisi Wiji Thukul

Di sana, Wisnu mengikuti semacam general audience untuk bertemu dengan Paus Fransiskus yang dimulai pukul sembilan pagi. Awalnya, Paus bercerita menggunakan ragam bahasa, seperti Italia, Arab, dan negara-negara lain.

Lucunya, ketika Paus sedang bercerita menggunakan bahasa Arab, Wisnu yang tidak mengerti kemudian dibantu oleh warga Pakistan yang duduk di sebelahnya.

“Sebelahku dari Pakistan jelasin ke aku, ‘oh ini ngomongin perdamaian, persahabatan’,” tambah Wisnu.

Kemudian, ketika acara sudah selesai, Wisnu bercerita bahwa banyak orang malah tidak mau pergi. “Pengen disamperin sama Paus, dan Paus menyediakan diri,” ungkapnya.

Wisnu menambahkan, meskipun ada beberapa orang yang tidak sabar menunggu sehingga pergi meninggalkan ruangan, ternyata masih ada yang bertahan untuk menunggu Paus dan berhasil menemui beliau.

Ketika Paus semakin dekat dengan rombongan Wisnu, sayang sekali ia ditutupi oleh orang lain sehingga tidak sempat berbicara kepadanya.

Walaupun tidak berbicara dengan Paus, Wisnu tetap merinding dengan kehadiran beliau. “Dengar suara Paus langsung keinget, ‘gue berbuat salah apa aja, ya?’,” ungkapnya.

Baca juga: Filosofi Hidup dan Berkarya Layaknya Spons ala Eko Nugroho

Bahkan, sewaktu Paus mengajak untuk bernyanyi lagu Bapak Kami, Wisnu kembali merasakan bulu romanya berdiri lagi. “Lemes banget kaki gue, kayak ga ada tulangnya. Gue mau nangis, merinding banget,” ujar Wisnu.

Bagi kamu yang masih penasaran dengan pengalaman spiritual Wisnu Nugroho ketika mengunjungi Vatikan dan berdialog lintas agama di Roma, dengarkan siniar Beginu bertajuk “Roma, Pertemuan Lintas Agama, dan Bertekuk Lutut” di Spotify atau klik tautan berikut https://dik.si/beginu_roma.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi