Kompas.com - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menolak permintaan Ukraina untuk menerapkan zona larangan terbang di wilayahnya.
Permintaan Ukraina tersebut guna melindungi wilayah udaranya dari rudal dan pesawat tempur milik Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun menyerukan aksi protes dan menyebut NATO terkesan memberi lampu hijau bagi Rusia untuk terus menggempur negaranya.
Baca juga: Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina
Lantas, apa alasan di balik penolakan NATO?
NATO enggan terseret konflik Rusia vs Ukraina
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, mereka bukanlah bagian dari konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Penolakan tersebut juga sebagai tanda bahwa NATO masih waspada agar tidak terseret dalam perang antara kedua negara tersebut.
Upaya zona larangan terbang, menurut penuturan Stoltenberg, bukan merupakan pilihan yang dipertimbangkan oleh aliansi.
“Kami sepakat bahwa pesawat NATO tidak boleh beroperasi di wilayah udara Ukraina atau pasukan NATO berada di Ukraina,” ujarnya, dikutip dari CNN (5/2/2022).
Baca juga: Uni Eropa: Sejarah dan Daftar Negara Anggotanya
Lebih lanjut, pihaknya memiliki tanggung jawab sebagai sekutu NATO untuk mencegah perang meningkat ke luar Ukraina.
Lantaran, hal itu akan lebih berbahaya, lebih menghancurkan, dan akan menyebabkan lebih banyak penderitaan manusia.
Meski begitu, Eropa tetap berjanji memberikan lebih banyak sanksi untuk menghukum Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca juga: Menilik Peluang Ukraina Masuk Uni Eropa, Apa Saja Dampaknya?
Kekecewaan Ukraina
Keputusan NATO untuk tidak terlibat langsung dalam konflik Rusia dan Ukraina, memunculkan kekecewaan negara Eropa Timur tersebut.
Pasalnya, konflik Rusia dan Ukraina pecah dan berakhir dengan penyerangan usai Ukraina menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan NATO.
Dilansir dari CNN (5/2/2022), Zelensky memprotes keras tindakan NATO yang tidak menerapkan zona larangan terbang di negaranya.
Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang?
Menurutnya, NATO sengaja membuat narasi bahwa Rusia akan terprovokasi dan berbalik menyerang aliansi itu jika zona larangan terbang diterapkan.
“Ini adalah self-hypnosis dari mereka (NATO) yang lemah, tidak aman di dalam, meski faktanya mereka memiliki senjata berkali-kali lebih kuat dari yang kita miliki,” ujar Zelensky.
Zelensky melanjutkan, para pemimpin NATO seolah memberi lampu hijau kepada Rusia untuk mengebom kota dan desa-desa di Ukraina.
Baca juga: Mengapa Respons Dunia terhadap Konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel Berbeda?
Padahal, NATO mampu untuk menutup zona terbang di langit Ukraina, tetapi hal itu justru tidak dilakukan.
Zelensky juga menyebut konferensi tingkat tinggi (KTT) NATO atas keputusan zona larangan terbang sebagai KTT yang lemah, membingungkan, dan menunjukkan tidak semua orang menganggap perjuangan untuk kebebasan sebagai tujuan nomor satu Eropa.
“Hari ini ada KTT NATO, KTT yang lemah, KTT yang membingungkan, KTT di mana jelas bahwa tidak semua orang menganggap pertempuran untuk kebebasan Eropa sebagai tujuan nomor satu,” ujarnya, dalam siaran TV pada Jumat (4/2/2022), dilansir dari Reuters.
Baca juga: Daftar Sanksi yang Dijatuhkan kepada Rusia atas Invasi Ukraina, Apa Saja?
Zona larangan terbang
Zona larangan terbang sendiri merupakan area di mana pesawat tertentu tidak boleh melintas di suatu wilayah, dengan sejumlah alasan.
Merujuk pada konflik Rusia dan U
kraina, berarti pesawat Rusia tidak diizinkan terbang melintasi wilayah udara Ukraina. Hal ini bertujuan untuk mencegah Rusia melakukan serangan udara pada Ukraina.
Sebelumnya, NATO pernah menerapkan zona larangan terbang di beberapa negara yang bukan anggotanya, seperti Bosnia dan Libya.
Namun, langkah yang diambil NATO saat itu memunculkan kontroversi. Pasalnya, ada indikasi keterlibatan aliansi ini dalam konflik, tanpa mengerahkan pasukan darat sepenuhnya.
Selain itu, menerapkan zona larangan terbang, artinya NATO harus bersiap mengerahkan kekuatan militer.
Hal tersebut sebagai tindakan untuk “menghukum” pesawat Rusia yang melintasi wilayah udara Ukraina.
Akan tetapi, sebagaimana disebutkan sebelumnya, NATO enggan dan masih waspada untuk terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina.
Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?