Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami Ledakan Nuklir, Kenapa Hiroshima-Nagasaki Bisa Dihuni, tapi Chernobyl Tidak?

Baca di App
Lihat Foto
newscientist
Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl ditutup setelah peristiwa ledakan yang terjadi pada 1986.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Senjata nuklir dinilai menjadi ketakutan tersendiri karena efeknya yang bisa berdampak hingga puluhan bahkan ratusan tahun.

Saat Perang Dunia II, kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang dijatuhi bom nuklir "Little Boy" dan "Fat Man" pada 6 dan 9 Agustus 1945. 

Ledakan bom nuklir mengakibatkan dua kota itu hangus dan warga setempat meninggal dunia seketika, bahkan mengalami kanker akibat paparan radiasi.

Baca juga: Dikuasai Pasukan Rusia, Aktivitas Radiasi di Chernobyl Meningkat 20 Kali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ledakan nuklir Chernobyl

Selepas Perang Dunia II, peristiwa ledakan nuklir terjadi pada 26 April 1986.

Reaktor nomor empat di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Ukraina meledak.

Namun berbeda dengan Chernobyl, kota Nagasaki dan Hiroshima masih bisa dihuni manusia. 

Penduduk dua kota tersebut sekitar 1,6 juta jiwa dan menjadi kota yang berkembang pesat di Jepang.

Sementara sebaliknya, wilayah atau zona eksklusi Chernobyl seluas 30 kilometer persegi relatif tidak berpenghuni.

Lalu, apa alasan Hiroshima dan Nagasaki bisa dihuni manusia sedangkan Chernobyl tidak?

Penjelasan ahli: kontaminasi radiokatif

Mengutip Gizmodo, (24/10/2013) berikut ini alasan mengapa Hiroshima dan Nagasaki dapat dihuni manusia sementara Chernobyl bahaya apabila dihuni manusia. 

Kontaminasi Radiasi

Kebanyakan ahli setuju bahwa daerah di zona eksklusi Chernobyl 30 kilometer sangat terkontaminasi dengan isotop radioaktif seperti cesium-137, strontium-90 dan yodium-131. 

Kondisi tersebut menjadikan Chernobyl tidak aman untuk tempat tinggal manusia.

Baca juga: 9 Fakta Chernobyl di Ukrania, Tempat yang Baru Bisa Dihuni 3.000 Tahun Lagi 

 

Namun baik Nagasaki maupun Hiroshima tidak mengalami kondisi ini.

Perbedaan ini disebabkan oleh tiga faktor:

  1. Reaktor Chernobyl memiliki lebih banyak bahan bakar nuklir;
  2. Jumlah radiasi lebih efisien digunakan dalam reaksi;
  3. Seluruh kekacauan meledak di permukaan tanah.
Jumlah kandungan nuklir

Little Boy memiliki sekitar 140 pon uranium, Fat Man mengandung sekitar 14 pon plutonium, sementara reaktor nomor empat Chernobyl memiliki sekitar 180 ton bahan bakar nuklir.

Efisiensi Reaksi

Hanya sekitar dua pon uranium Little Boy yang benar-benar bereaksi. Demikian juga hanya sekitar dua pon plutonium Fat Man yang mengalami fisi nuklir.

Namun, di Chernobyl, setidaknya tujuh ton bahan bakar nuklir terlepas ke atmosfer; selain itu, karena bahan bakar nuklir meleleh, radioisotop yang mudah menguap dilepaskan termasuk 100 persen xenon dan kripton, 50 persen yodium radioaktifnya, dan antara 20-40 persen cesiumnya.

Lokasi

Fat Man dan Little Boy diledakkan di udara, ratusan kaki di atas permukaan bumi. Akibatnya, puing-puing radioaktif terangkat dan disebarkan oleh awan jamur daripada masuk ke dalam bumi.

Sebaliknya, ketika reaktor nomor empat meleleh di permukaan tanah , tanah mengalami aktivasi neutron, di mana neutron yang sudah aktif dalam bahan bakar yang terbakar bereaksi dengan tanah sehingga menjadi radioaktif. 

Baca juga: Diinvasi Pasukan Rusia, Apa Dampak yang Ditimbulkan dari Radiasi Nuklir Chernobyl?

 

Bom atom Little Boy dan Fat Man

Bom atom Little Boy adalah bom berbahan bakar uranium yang menampung 140 pon (63,5 Kg) uranium dan beratnya hampir 10.000 pon (4.535 Kg).

Bom ini dijatuhkan oleh Enola Gay di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Saat Little Boy meledak, awan panas membumbung hampir 2.000 kaki di atas Hiroshima. Ketika itulah sekitar dua pon uranium menyebabkan kerusakan besar.

Diperkirakan sebanyak 70.000 orang tewas seketika, dan hampir 70 persen bangunan di kota itu hancur.

Menurut laporan yang dihimpun, sekitar 1.900 penyintas, diyakini meninggal karena kanker yang disebabkan oleh pelepasan radiasi bom Little Boy.

Penderitaan Jepang belum berakhir, pada 9 Agustus 1945, bom berbentuk montok dan bulat "Fat Man" dijatuhkan di kota Nagasaki.

Fat Man mengandung sekitar 14 pon (6 Kg) plutonium dan melepaskan 21 kiloton kekuatan ledakan. Adapun hanya sekitar 2 pon (0,9 Kg) plutonium Fat Man yang mengalami fusi nuklir.

Diketahui, Fat Man meledak di sebuah lembah sehingga sebagian besar kota terlindung dari ledakan. Namun, sebanyak 45.000 sampai 70.000 orang diperkirakan meninggal dunia, dan 75.000 lainnya luka-luka.

Tidak seperti Hiroshima, tidak ada data tentang kematian akibat kanker yang disebabkan oleh paparan radiasi bom.

Baca juga: Enola Gay dan Bocks Car, Pesawat yang Jatuhkan Bom di Hiroshima dan Nagasaki

 

Chernobyl

Pada tanggal 26 Agustus 1986, para insinyur ingin menjalankan tes berapa lama turbin listrik yang ditenagai oleh reaktor akan terus beroperasi ketika reaktor tidak lagi menghasilkan daya.

Agar eksperimen berhasil, mereka harus menonaktifkan banyak sistem keselamatan reaktor.

Tindakan tersebut termasuk mematikan sebagian besar kontrol keamanan otomatis dan menghapus lebih banyak batang kontrol (yang menyerap neutron dan membatasi reaksi).

Faktanya, pada akhir pengujian, hanya 6 dari 205 batang kendali reaktor yang tersisa dalam bahan bakar.

Saat mereka menjalankan eksperimen, lebih sedikit air pendingin yang masuk ke reaktor, dan apa yang ada di sana mulai berubah menjadi uap, dan reaksi meningkat ke tingkat yang berbahaya.

Untuk mengatasi hal ini, operator mencoba memasukkan kembali batang kendali yang tersisa. Sayangnya, batang juga memiliki cacat desain, ujung grafit (ingat, grafit mendorong reaksi nuklir).

Ketika hampir 200 ujung grafit dimasukkan ke dalam bahan bakar, reaktivitas meningkat dan semuanya meledak.

Akibatnya, sekitar 7 sampai 10 ton bahan bakar nuklir terlepas ke atmosfer dan sebanyak 28 orang tewas secara langsung.

Lebih lanjut, diperkirakan bahwa lebih dari 90.000 mil persegi tanah sangat terkontaminasi dengan efek terburuk yang dirasakan di Ukraina, Belarus dan Rusia.

Peneliti kesulitan mencari data tentang jumlah orang yang meninggal dunia akibat pelepasan radioaktif. Efek radiasi pun meluas ke negara lain.

Pada 2005, dilaporkan 7.000 kanker tiroid tercatat di Ukraina, Belarusia, dan Rusia. Ketiga negara ini adalah negara-negara yang paling dekat dengan Chernobyl.

Baca juga: PLTN Chernobyl dan Tragedi Nuklir Terburuk Sepanjang Sejarah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi