Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serang Rumah Sakit Bersalin di Ukraina, Rusia Menuai Kecaman

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/VADIM GHIRDA
Mobil melewati tank Rusia yang hancur saat konvoi kendaraan yang mengevakuasi warga sipil meninggalkan Irpin, di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Serangan udara Rusia menghancurkan sebuah rumah sakit bersalin di Kota Mariupol, Ukraina, Rabu (9/3/2022).

Sebelumnya, invasi Rusia ke Ukraina sudah berlangsung sejak Kamis (24/2/2022) hingga Sabtu (10/3/2022) dan masih terus berlanjut.

Dalam insiden tersebut, pejabat Ukraina telah mengonfirmasi terdapat 17 orang yang terluka. Serangan tersebut juga menghancurkan sebagian besar bangunan rumah saktit.

Polisi dan tentara Ukraina kemudian datang dan mengevakuasi korban yang berada di lokasi.

Dilansir dari Time, sewaktu evakuasi dilakukan, terlihat wanita hamil dengan darah di tubuhnya berada di atas tandu. Sedang wanita lain meratap sambil memeluk anaknya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Apa Arti Huruf Z yang Jadi Simbol Dukungan Invasi Rusia ke Ukraina?

Respons terkait serangan 

Serangan udara Rusia yang menghancurkan rumah sakit bersalin tersebut menuai protes dan kecaman dari berbagai kalangan.

Pejabat Tinggi Polisi Regional Ukraina, Volodymir Nikulin, mengutuk serangan Rusia tersebut. Dia menyebut bahwa Rusia melakukan kejahatan besar.

"Ini adalah kejahatan perang tanpa pembenaran apapun," katanya.

Sedangkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuliskan lewat akun Twitternya bahwa serangan tersebut merupakan sebuah kekejaman.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merespot twit dari Zelenskyy dengan mengatakan bahwa Presiden Vldimir Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang mengerikan.

“Ada beberapa hal yang lebih bejat daripada menargetkan yang rentan dan tidak berdaya,” ungkap PM Inggris tersebut.

Baca juga: Perang Rusia Ukraina Bisa Pengaruhi APBN dan Picu Inflasi, Benarkah?

Gencatan senjata

Pihak berwenang sementara melakukan gencatan senjata pada Rabu pagi waktu setempat, agar ribuan warga sipil dapat melarikan diri dari kota-kota yang dibombardir.

Kota-kota yang dibombardir oleh militer Rusia yakni sekitar Kyiv, Mariupol, Enerhodar, Volnovakha di Selatan, Izyum di timur, dan Sumy di timur laut.

Belum dipastikan apakah warga sipil dapat meninggalkan kota-kota tersebut, tetapi terlihat orang-orang sipil yang berasal dari pinggiran Kyiv mulai memasuki ibu kota Ukraina tersebut.

Dari Kyiv pengungsi berencana untuk naik kereta api menuju ke wilayah barat Ukraina yang tidak diserang oleh Rusia.

Pihak ukraina sebelumnya sudah membangun koridor evakuasi yang aman bagi warga sipil, namun sekarang upaya tersbut gagal akibat serangan militer Rusia.

Putin menuduh bahwa militan nasionalis Ukraina yang menghambat proses evakuasi warga sipil tersebut.

Baca juga: Sejarah Kyiv, Medan Pertempuran Ukraina-Rusia yang Sudah Berumur Puluhan Ribu Tahun

Evakuasi warga sipil

Dilansir dari BBC, sekitar 48.000 warga Ukraina sudah mengungsi melalui koridor kemanusiaan.

Mayoritas pengungsi, sebanyak 43.000 orang, meninggalkan Kota Sumy di Ukraina Timur dekat perbatasan Rusia.

Dan sekitar 3.500 pengungsi lainnya telah dievakuasi dari pinggiran Kyiv yang telah mendapatkan serangan dari arah barat dan sebagian besar wilayahnya sudah diduduki Rusia.

Warga sipil yang meninggalkan Irpin yang berada di barat laut Kyiv juga mengalami kepanikan karena penduduk terpaksa mengungsi menggunakan jembatan darurat.

Kemudian, lebih dari 1.000 warga sipil harus melakukan perjalanan dari Enerhodar di selatan menuju ke Kota Zaporizhzhia.

Sebelumnya, angkatan bersenjata Ukraina setuju untuk berhenti menembak pada Rabu di enam jalur evakuasi selama 12 jam, dari pukul 09.00 hingga 21.00 waktu setempat (07.00 hingga 19.00 GMT).

Rusia mengatakan akan menghormati gencatan senjata, akan tetapi penembakan dari kubu Rusia dikabarkan berlanjut dengan adanya laporan kematian warga sipil.

Baca juga: Perundingan Ke-3 Ukraina dan Rusia Pekan Ini, Akankah Berakhir Damai?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi