KOMPAS.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memperingati Dies Natalis ke-46 pada Jumat (11/3/2022).
Adapun tema Dies Natalis ke-46 UNS, yaitu "Internasionalisasi dan Pengembangan Inovasi UNS Berbasis Teknologi Digital Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif".
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan untuk memberikan pengarahan pada acara Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke-46 UNS.
Selain itu, Jokowi juga diagendakan untuk meninjau dan meresmikan sejumlah fasilitas yang ada di UNS.
Baca juga: Profil Bambang Susantono Calon Kepala Otorita IKN: Alumnus ITB, Menhub Era SBY
Lantas, seperti apa sejarah UNS, dan mengapa bisa disebut Universitas Sebelas Maret?
Sejarah UNS
Dilansir dari uns.ac.id, cikal bakal UNS dapat dirunut jejaknya dari 1950-an.
Pada masa itu, Kota Solo memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah universitas negeri sendiri, mengingat kota lain telah memiliki universitas yang umurnya bahkan telah mencapai puluhan tahun.
Namun, akibat perang, penyatuan pemerintahan, kekeruhan arus politik, ekonomi rakyat rusak, dan lain sebagainya, universitas negeri di Solo belum dapat diwujudkan.
Pada 1953, setelah semua kekacauan berakhir, timbul kembali keinginan untuk mewujudkan universitas negeri.
Hal itu mengingat Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa asli, serta terdapat potensi yang besar di lapangan perguruan, baik tenaga pengajar dan siswanya.
Baca juga: 15 Universitas Terbaik di Indonesia Versi QS WUR 2022
Dibentuk panitia pendirian universitas, namun berakhir gagal
Kemudian, panitia pendirian universitas mulai dibentuk, dengan ketua Mohammad Saleh, Wali Kota Solo saat itu.
Hanya saja, upaya ini gagal sebelum sempat dimulai.
Penyebabnya adalah tidak adanya sumber keuangan, baik dari pemerintah daerah dan pusat, serta timbulnya keinginan sejumlah golongan untuk mendirikan universitas swasta secara sendiri-sendiri.
Dengan adanya hambatan tersebut membuat gagasan pendirian universitas negeri menjadi lenyap.
Hal itu ditambah dengan kegaduhan politik antar-partai yang berebut kekuasaan di pemerintahan.
Baca juga: 10 Universitas di Indonesia yang Masuk Peringkat 1.000 Terbaik Dunia
Muncul universitas, namun berumur pendek
Pada 1963, sepuluh tahun berselang, muncul Universitas Kota Praja Surakarta (UKPS) yang diinisiasi oleh pemerintah daerah kala itu, yang dipimpin oleh Utomo Ramelan.
Pada masa itu pula, Partai Komunis tengah tumbuh subur, dan berbagai lini kehidupan juga terpengaruh oleh keadaan itu.
Begitu pula dengan UKPS, ilmu tentang sosialisme berkembang di dunia pendidikan universitas.
Umur universitas ini tidak lama.
Saat peristiwa G30/S pecah di Indonesia, UKPS pun akhirnya terkubur karena semua hal yang berbau sosialisme atau komunisme kemudian dilarang.
Baca juga: Peserta Diklatsar Meninggal Dunia, Mahasiswa Tuntut Kampus Bubarkan Menwa UNS
Muncul gagasan pendirian universitas negeri, lagi-lagi gagal
Pada 11 Januari 1968, kembali muncul gagasan untuk mendirikan universitas negeri di Kota Solo.
R. Kusnandar, Wali Kota Solo saat itu, membentuk panitia pendirian universitas.
Namun, upaya ini gagal seperti semula dengan alasan yang sama, yakni pemerintah pusat dan daerah tidak mampu membiayai pendirian universitas negeri di Solo, ditambah minimnya perekonomian daerah saat itu.
Pada 1966, Universitas Nasional Saraswati mengajukan diri untuk menjadi universitas negeri, dan diperbolehkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Kemudian, universitas swasta dan kedinasan lainnya ikut bergabung. Sekumpulan universitas ini menjadi satu universitas baru bernama Universitas Gabungan Surakarta (UGS).
Baca juga: 5 Fakta Terkait Meninggalnya Mahasiswa Saat Diklatsar Menwa UNS
Universitas Gabungan Surakarta (UGS)
Ada delapan universitas yang tergabung dalam UGS kemudian secara resmi didirikan pada 1 Juni 1975.
Delapan universitas yang tergabung dalam UGS antara lain, STO Negeri Surakarta, PTPN Veteran Surakarta, AAN Saraswati, Universitas Cokroaminoto, Universitas Nasional Saraswati, Universitas Islam Indonesia cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surakarta, dan Institut Jurnalistik Indonesia Surakarta.
Pada penghujung Desember 1975, Mendikbud meninjau UGS dan memastikan bahwa pada 11 Maret 1976, UGS akan di-negerikan.
Selanjutnya, UGS digabung dengan perguruan tinggi negeri dan swasta lain untuk membentuk universitas negeri di Solo.
Perguruan tinggi tersebut antara lain, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri, Sekolah Tinggi Olahraga, Akademi Administrasi Niaga Negeri yang sudah diintegrasikan ke Akademi Administrasi Niaga Negeri di Yogyakarta, Universitas Gabungan Surakarta, dan Fakultas Kedokteran PTPN Veteran cabang Surakarta.
Baca juga: Ramai soal Biaya UKT di UNS, Ini Penjelasan Pihak Kampus...
Asal-usul disebut Universitas Sebelas Maret
Hingga akhirnya berdirilah 9 fakultas di sana, yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastera Budaya, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, serta Fakultas Teknik.
Akhirnya, pada 11 Maret 1976, tepatnya pukul 10.00 pagi, dibacakan Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang pembukaan "Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret" sebagai nama universitas.
Sejak 1977, UNS memiliki kampus induk terpadu di Kentingan, Jebres, Surakarta seluas kurang lebih 60 ha yang diperoleh dari Wali Kota Surakarta melalui Surat Keputusan Wali Kota Surakarta tanggal 18 Oktober 1976 Nomor 238/Kep/T3/1976.
Dalam perkembangannya, pada 1982, nama dan singkatan Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret Surakarta, ditetapkan menjadi Universitas Sebelas Maret yang disingkat UNS.
Perubahan nama dan singkatan ini diresmikan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1982.
Baca juga: Kisah Rayhan Diterima di UI, UNS, Unpad, dan Binus Setelah Gagal SNMPTN dan SBMPTN
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.