Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Peristiwa Keracunan Gas Beracun di Dieng dari Tahun ke Tahun

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS / AGUS SUSANTO
Gas buang keluar dari pipa panas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng yang dikelola PT Geo Dipa Energi di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (14/4/2013). Potensi panas bumi di Dieng sebagai energi terbarukan sebenarnya sangat besar, yakni mencapai 400 megawatt.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Insiden kebocoran gas terjadi di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, pada Sabtu (12/3/2022).

Akibat insiden ini, seorang pekerja dinyatakan meninggal dunia lantaran menghirup gas beracun.

Sementara beberapa pekerja lainnya, hingga kini masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Peristiwa keracunan gas di kawasan Dieng bukan kali ini saja terjadi. Tahun-tahun sebelumnya, peristiwa yang sama pernah terjadi dan bahkan hingga menimbulkan ratusan korban jiwa.

Gunung Dieng memiliki setidaknya 10 kawah yakni Sibanteng, Candradimuka, Sileri, Pagerkandang, Siglagah, Bitingan, Sikidang, Pakuwojo, Sinila, dan Timbang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua kawah yang disebut terakhir, yakni Sinila dan Timbang, merupakan kawah Dieng yang paling aktif mengeluarkan gas beracun.

Berikut catatan keracunan gas yang pernah terjadi di Pegunungan Dieng:

Baca juga: Kronologi Kebocoran Gas Beracun di PLTP Geo Dipa Dieng

 

Semburan gas beracun pada 1928

Dilansir dari Kompas.com (3/6/2011), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, setidaknya terjadi 16 kali bencana kegunungapian sejak 1786.

Beberapa di antaranya, terjadi semburan gas beracun CO (karbon monoksida) pada 1928 di kawah Timbang.

Peristiwa tersebut mengakibatkan 39 korban meninggal.

Gas beracun pada 1939

Pada 1939, aktivitas di kawah Timbang kembali terjadi. Akibat semburan gas tersebut, sebanyak 10 korban jiwa melayang.

Baca juga: 4 Wisata Sekitar Kawah Sikidang Dieng, Ada Embun Upas di Candi Arjuna

Letusan dan gas beracun pada 20 Februari 1979

Letusan dan gas beracun di Pegunungan Dieng, tepatnya di kawah Sinila, terjadi pada 20 Februari 1979.

Peristiwa tersebut terjadi dini hari, diawali dengan serangkaian gempa dan suara dentuman keras gunung meletus.

Tak hanya itu, tragedi 43 tahun lalu itu juga dibarengi dengan udara yang terasa panas dan bau belerang yang menyesakkan napas.

Dilansir dari Kompas.com (20/2/2020), penduduk desa hendak berlari namun terkepung lahar hasil letusan gunung.

Sebanyak 149 orang dinyatakan meninggal dunia akibat keracunan gas dan 998 orang diungsikan.

Peristiwa ini juga menyebabkan Desa Kepucukan dihapus dari peta Banjarnegara, dan seluruh warganya ditransmigrasikan ke Sumatera.

Baca juga: 20 Februari 1979, Letusan dan Gas Beracun di Dieng Tewaskan 149 Orang

Gas beracun Mei 2011

Aktivitas gas beracun di kawah Timbang, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kembali terjadi pada Mei 2011.

Dilansir dari Kompas.com (31/5/2011), Kepala PVMBG Surono menjelaskan, keluarnya gas beracun dari rekahan tanah di sekitar kawah Timbang dipicu konsentrasi gas yang kian meningkat serta aktivitas kegempaan yang terus terjadi.

Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa ini, dan semua warga diungsikan ke dua lokasi evakuasi yakni SMA 1 Batur dan Balai Desa Batur.

Gas beracun Kawah Timbang pada 2013

Kawah Timbang di Dataran Tinggi Dieng kembali mengeluarkan gas beracun pada 2013.

Hasil pantauan PVMBG saat itu, status Dieng dari Normal menjadi Waspada, dan dinaikkan kembali menjadi Siaga.

PVMBG juga meminta masyarakat untuk tidak berada dalam radius 1.000 meter dari kawah.

Tak ada korban jiwa yang terjadi akibat peristiwa ini, sementara para warga segera di evakuasi ke lokasi pengungsian.

(Sumber: Kompas.com/Penulis: Gregorius Magnus Finesso; Nur Fitriatus Shalihah | Editor Sari Hardiyanto; Heru Margianto)

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi