KOMPAS.com - Gempa Nias Selatan, Sumatera Utara, terjadi pada Senin (14/3/2022) pukul 04.09 WIB.
Gempa magnitudo 6,9 itu berpusat di 161 kilometer tenggara Nias Selatan dengan kedalaman 25 kilometer.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa kuat yang mengguncang Pulau Siberut Kepulauan Mentawai-Kepulauan Batu pagi ini bersumber di zona megathrust berpotensi destruktif.
Gempa ini merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust Mentawai-Siberut.
Dia juga mengatakan, gempa yang terjadi pagi ini terletak di zona seismic gap atau zona kekosongan gempa besar Kepulauan Mentawai bagian utara.
Daryono menyampaikan, zona gempa ini juga menjadi sumber gempa berkekuatan magnitudo 8,5 pada 10 Februari 1797 yang saat itu memicu tsunami dengan tinggi sekitar 5 meter di Pantai Padang Sumatera Barat.
Seperti apa gempa waktu itu?
Baca juga: Nias 2 Kali Diguncang Gempa, Ini Penjelasan BMKG Terkait Penyebabnya
Gempa Nias 1797
Dilansir laman BNPB, 10 Februari 2020, gempa bumi dahsyat pernah mengguncang pesisit barat Sumatera. Gempa itu diperkirakan berkekuatan M 8,4.
Gempa yang berkekuatan besar itu terjadi pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB.
Sumber gempa berasal dari wilayah Segmen Mentawai Megathrust, seperti yang terjadi pada gempa Nias pagi ini.
Tak hanya gempa, saat itu juga terjadi tsunami yang dipicu dari gempa besar itu. Namun, tidak banyak catatan yang tersisa dari dampak gempa.
Database tsunami global mencatat hanya dua pengamatan tsunami akibat kejadian tersebut.
Pengamatan pertama ada di Kota Padang yang berjarak 184 km dari sumber gempa dan yang kedua di Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan (antara Siberut-Nias) yang berjarak 60 km dari sumber gempa.
Baca juga: Gempa Hari Ini Guncang Nias, Ini 16 Sejarah Gempa Merusak di Sumatera yang Terjadi sejak 1797
Dampak gempa dan korban jiwaDi Padang, tsunami menghantam dengan dahsyat, lalu air laut surut sedemikian rupa hingga Sungai Batang Arau menjadi kering olehnya, sebelum kedatangan tsunami berikutnya.
Rangkaian tsunami ini terjadi hingga 3 kali. Hal itu menyebabkan Kota Padang terendam, permukiman di Air Manis luluh lantak, kurang lebih 300 jiwa meninggal dunia.
Sebagian korban ditemukan bergelantungan tersangkut di cabang pepohonan dan ada kapal yang terbawa jauh ke daratan hingga 5.5 km.
Sementara di Pulau Batu, tidak disampaikan laporan detail dampak gempa bumi dan tsunami, selain bahwa tsunaminya “considerable”.
Survei kelautan pada 2008 mengindikasikan bahwa tsunami 1797 tersebut mungkin disebabkan oleh sumber lokal akibat longsoran bawah laut, atau dari back thrust.
Tsunami 1797 tersebut bukanlah satu-satunya tsunami yang melanda pesisir barat Sumatera pada malam hari.
Pada 1833, pukul 20.30 WIB tanggal 24 November, gempa terjadi di Segmen Enggano, dan menimbulkan tsunami di Sumatera Barat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.