Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Ramainya Omicron, Apakah Varian Lama Alfa, Beta, dan Gamma Masih Ada?

Baca di App
Lihat Foto
Stocktrek Images/Getty Images
Ilustrasi Virus Corona
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Belakangan ini dunia masih diramaikan dengan penambahan kasus baru dari infeksi Covid-19.

Adapun varian yang masih sering dilaporkan yakni varian Delta dan varian Omicron.

Padahal, sejak awal 2020, ada varian awal Covid-19 yang dikenalkan mulai dari varian Alfa, varian Beta, varian Gamma, hingga varian Lambda yang penamaannya diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Lalu, apakah saat ini varian lama Covid-19 sudah hilang atau masih bisa menginfeksi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Deltacron Bukan Varian Baru, Begini Penjelasan Ahli Mengenai Risikonya

Keberadaan varian lama

Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 RS UNS Surakarta, dr Tonang Dwi Ardyanto, mengatakan bahwa varian lama Covid-19 masih ada.

"Masih, jadi tidak hilang sampai habis. Tetap ada, hanya jumlahnya terdesak oleh varian Omicron yang sedang mendominasi," ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/3/2022).

Menurutnya, risiko terinfeksi dari varian lama ini juga masih ada. Namun, risiko penularan varian lama ini tergantung dengan proporsinya.

"Yang paling berisiko tentu terinfeksi varian yang sedang mendominasi," lanjut dia.

Baca juga: Muncul Varian Deltacron di Eropa dan AS, Apa Sudah Masuk Indonesia?

Varian lain tidak terklasifikasikan

Ketua Tim Riset Whole Genome Sequencing (WGS) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra menyampaikan mengenai data pendeteksian varian Covid-19 di Indonesia.

Ia mengatakan, jika merujuk pada data genom SARS-CoV-2 di Indonesia sejak Februari 2022 hingga saat ini di GISAID, varian Covid-19 didominasi oleh Omicron.

"Varian Omicron sekitar 95 persen dan varian Delta di bawah 1 persen," ujar Sugiyono saat dihubungi terpisah oleh Kompas.com, Senin (14/3/2022).

Menurut dia, persentase sisanya merupakan varian-varian lain dan varian yang tidak terklasifikasikan.

Sebab, varian of concern (VOC) atau varian yang menjadi perhatian saat ini yakni Omicron dan Delta.

Baca juga: Sakit Perut karena Omicron: Bagaimana Rasanya dan Apa Obatnya?

Apakah vaksin saat ini efektif menghadapi varian lama?

Mengenai hal ini, Tonang menjelaskan bahwa mutasi terjadi pada level gen, sedangkan vaksin bekerja pada level protein.

"Perubahan pada gen, tidak selalu menimbulkan perubahan pada protein. Bila timbul perubahan, tidak selalu signifikan," ujar Tonang.

Oleh karena itu, ia menambahkan, vaksin yang dibuat untuk varian-varian sebelumnya (misalnya varian Alfa, varian Beta, dan lainnya) tetap berefek pada varian-varian berikutnya seperti varian Delta dan varian Omicron.

Vakin Covid-19 masih menunjukkan keefektifannya selama perubahan mutasi tersebut tidak sampai mengubah proteinnya secara signifikan.

"Jadi (vaksin) tetap berefek pada varian lama maupun varian baru," imbuhnya.

Baca juga: Indonesia Belum Lirik Vaksin Dosis Keempat, Ini Alasannya

Vaksin untuk proteksi keparahan gejala

Di sisi lain, Sugiyanto mengatakan bahwa meski seseorang sudah divaksin lengkap (2 dosis) dan ditambah booster, tetap saja tindakan itu tidak bisa memblokir infeksi, melainkan hanya memberikan perlindungan dari gejala parah Covid-19.

"Kalau vaksin ketiga atau booster, ini cenderung tidak bisa memblokir infeksi, namun lebih kepada memberikan proteksi terhadap keparahan penyakit yang ditimbulkan atau dengan kata lain cukup untuk mencegah orang sakit kritis," ujar Sugiyono.

Ia menegaskan, kekebalan yang dibentuk setelah booster sebenarnya juga akan berkurang dalam beberapa bulan.

Tetapi karena adanya sel B memori dan sel T yang terbentuk, tubuh masih mampu melawan varian Omicron.

Hal ini ditunjukkan dengan penurunan tingkat keparahan atau kekritisan kondisi pasien, walau tidak bisa mencegah terjadinya infeksi Omicron.

Baca juga: Cara Gunakan Sijejak di PeduliLindungi Bisa Lacak Kontak Erat Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi