KOMPAS.com - Ramai soal label atau logo halal yang baru dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama sejak Sabtu (12/3/2022) hingga kini.
Kata Halal masih menjadi trending topic Twitter dan digunakan lebih dari 64.600 kali. Banyak sentimen negatif yang dilontarkan warganet terkait logo baru ini.
Beberapa diantaranya mengkritik soal penulisan kaligrafi "Halal" yang tidak sesuai dengan kaidah penulisan khat Kufi.
Bahkan, ada yang mengungkapkan penulisan yang tidak sesuai kaidah bisa menimbulkan missreading.
Berikut ini beberapa kritikan warganet terkait ketidaksesuaian khat:
Bagaimana penjelasan akademisi terkait penggunaan khat dalam logo halal yang baru?
Baca juga: Ini Perbandingan Logo Halal Indonesia dan Logo Halal dari Negara Lain
Penjelasan akademisi
Dosen prodi Bahasa dan Sastra Arab di UIN Sunan Kalijaga Dr. Moh. Kanif Anwari, S.Ag, menjelaskan dari perspektif kaidah tulis Arab.
Dia mengungkapkan bahwa tulisan label halal yang baru tidak baku.
"Kalau dari perspektif kaidah tulis Arab, memang tidak baku. Ada dua huruf di situ menurut saya yang tidak mengikuti kaidah tulis Arab," ungkap Kanif pada Kompas.com, Senin (14/3/2022).
Pertama, kata Kanif, paling mencolok huruf terakhir, "lam". Tambahan garis miring di atasnya yang seperti harakat "fathah" menjadikan huruf itu lebih berkaidah ke huruf "kaf".
Kedua, huruf pertama atau "ha" menurut saya itu lebih dekat ke kaidah "shad" daripada "ha'".
"Itu bila dilihat dari mayoritas kaidah jenis tulisan Arab," kata Kanif.
Selain itu, dia juga menyoroti huruf pertama yang lebih mirip khat Diwani huruf "alif" daripada huruf "ha" Kufi.
"Ada satu jenis tulisan Arab yang kaidah huruf pertama itu, 'ha'', lebih dekat ke 'alif', yaitu jenis Diwani," ujar Kanif.
Baca juga: Produk Apa Saja yang Wajib Pakai Label Halal Baru?
Macam-macam khatLebih lanjut dia menjelaskan khat yang populer hingga saat ini ada 6, yaitu Naskhi, Tsulutsi, Riq'i, Diwani, Farisi, dan Kufi.
Kanif menjelaskan, penamaan jenis tulisan Arab itu diambil dari berbagai macam dasar. Ada yang berdasarkan fungsi, tempat, sifat dan ukuran tulisan.
"Naskhi itu tulisan yang digunakan untuk naskah/teks sehingga ada harakat huruf per hurufnya karena tulisan ini memang untuk mudah dibaca, seperti tulisan al-Qur'an yang banyak beredar di negara kita," tutur Kanif.
Lalu Tsulutsi, yaitu tulisan yang disusun berdasarkan 1/3 baris kalimat. Ini biasanya digunakan untuk judul buku, papan nama, label, dan lain-lain.
Kemudian ada Riq'i (lembut), yaitu tulisan Arab yang biasanya digunakan untuk menulis cepat karena sifatnya yang kecil-kecil/lembut. Atau biasa disebut steno-nya tulisan Arab.
Diwani (kantor), yakni tulisan Arab yang biasanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan administrasi atau perkantoran. Bentuknya didominasi lengkung dan oval.
Selanjutnya Farisi (Persia), yaitu tulisan yang ditemukan di Persia/Iran dan paling khas diantara tulisan Arab lainnya. Bila umumnya tulisan Arab miring ke kiri, Farisi miring ke kanan.
"Huruf 'lam' di logo halal tersebut cenderung melanggar jenis ini (juga jenis Diwani) sehingga menjadikan (huruf lam) lebih dekat ke huruf 'kaf'," kata Kanif.
Terakhir, Kufi (Kufah), yaitu tulisan Arab yang ditemukan di Kuffah. Jenis ini didominasi oleh bentuk tegak/vertikal dan miring/horizontal.
Itu adalah jenis tulisan Arab yang mula-mula digunakan untuk menuliskan Al-Qur'an.
Baca juga: Ramai soal Logo Halal Baru Disebut Jawa Sentris, Ini Jawaban Kemenag
Menekankan aspek estetika
Dihubungi terpisah, prodi Sastra Arab Universitas Sebelas Maret, Muhammad Farkhan Mujahidin, S. Ag., M. Ag. menjelaskan label halal yang baru menggunakan kaligrafi model Kufi yang kesannya estetis.
"Tulisan Arab 'Halal' pada logo ini memang bentuknya kaligrafi model Kufi. Kesannya estetis dan bagi yang tidak familiar dengan bentuk kaligrafi semacam ini jadi kurang mengerti, tapi di bawahnya sudah diberi penjelasan dalam huruf latin," ujar Farkhan pada Kompas.com, Senin (14/3/2022).
"Saya kira label halal dalam tulisan Arab ini menekankan aspek estetikanya saja," imbuh dia.
Dia menambahkan, sebenarnya jika ingin supaya tulisan itu mudah dipahami secara langsung, tidak perlu dibuat kaligrafi.
"Tapi mungkin ini kurang progressif. Saya kira itu hanya variasi dalam kreativitas," pungkas Farkhan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.