Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdeteksi di Indonesia, Kemenkes Beberkan Gejala Subvarian Omicron BA.2

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa subvarian Omicron BA.2 sudah terdeteksi di Indonesia sejak awal Januari 2022.

“Subvarian (Omicron BA.2) ini juga sudah ada di Indonesia,” ungkapnya dalam keterangan pers secara virtual pada Senin (14/3/2022).

Bahkan berdasarkan genome sequencing yang telah dilakukan pada 8.302 genome sequencing selama 2 bulan terakhir, subvarian Omicron BA.2 sudah menjadi dominan di Indonesia.

“Di akhir-akhir memang porsi BA.2 ini sudah dominan juga di Indonesia,” imbuhnya.

Baca juga: Apa Itu Subvarian Omicron BA.2, Menyebar di Eropa, Asia, dan Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdeteksi di 19 provinsi

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (15/3/2022), Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat kasus subvarian Omicron BA.2 terdeteksi di 19 provinsi di Indonesia.

“Saat ini varian ini telah terdeteksi di 19 provinsi di Indonesia,” ujar Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

Kendati demikian, Wiku tidak menyebutkan 19 provinsi mana saja yang sudah mendeteksi kasus subvarian Omicron BA.2.

Berdasarkan laporan data dari GISAID 13 Maret 2022, subvarian Omicron BA.2 di Indonesia telah mencapai 8.302 sequence.

Baca juga: Muncul Subvarian Omicron BA.2, Apa Itu dan Seberapa Berbahaya?

Secara terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan 363 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.

"Kami sampaikan BA.2 sudah 363 varian, tapi memang lebih kecil BA.1.1, BA.1," kata Nadia dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/3/2022).

Adapun di beberapa negara seperti Hongkong, Korea Selatan, dan Inggris, peningkatan kasus akibat kemunculan subvarian Omicron BA.2 sudah terjadi. Bahkan, Hongkong mencatat kasus kematian harian tertinggi.

Tingginya angka kematian di Hongkong diketahui lantaran rendahnya cakupan vaksinasi dua dosis pada lansia yang hanya mencapai 26 persen.

Selaras dengan data tersebut, peningkatan pasien Covid-19 di Hongkong juga terjadi pada lansia.

Baca juga: Ditemukan di 40 Negara, Subvarian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya?

Gelaja subvarian Omicron BA.2

Gejala subvarian Omicron BA.2 tidak jauh berbeda dengan varian Omicron. Artinya, subvarian Omicron BA.2 ini tidak memiliki gejala baru yang khas.

Dikutip dari Kompas.com, kesamaan gejala tersebut lantaran subvarian Omicron BA.2 masih satu garis keturunan dengan subvarian Omicron.

Menurut keterangan Nadia, gejala pasien yang terpapar subvarian Omicron BA.2 tidak memiliki perbedaan dari varian sebelumnya.

“Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan subvarian BA.1. Cenderung seperti flu biasa, sakit tenggorokan, batuk, pilek, dan badan terasa pegal-pegal,” ujarnya.

Nadia juga mengimbuhkan bahwa tingkat penularan subvarian Omicron BA.2 lebih tinggi dibandingkan subvarian sebelumnya.

Kendati demikian, tingkat keparahan subvarian Omicron BA.2 masih perlu dikaji lagi lantaran ketersediaan data yang belum cukup.

Adapun, efikasi vaksinasi terhadap subvarian Omicron BA.2 juga perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam.

"Masih diperlukan banyak data, apakah benar menurunkan efikasi vaksin," ujarnya.

Baca juga: Target Vaksinasi 70 Persen Sebelum Lebaran 2022, Bisakah Terkejar?

Cara mencegah penularan kasus subvarian Omicron BA.2

Rantai penularan kasus subvarian Omicron BA.2 bisa diputus dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan Satgas Covid-19 seperti mencuci tangan dengan sabun, memakai hand sanitizer, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan menghindari makan bersama.

Selain itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi baik dosis kedua maupun vaksinasi booster.

Hingga saat ini, pemerintah terus mempercepat program vaksinasi guna meningkatkan kekebalan tubuh masyarakat terhadap Covid-19.

“Kami memperkirakan target 70 persen untuk cakupan vaksinasi 2 dosis dapat tercapai pada akhir April 2022,” ujar Nadia.

Nadia optimis target tersebut dapat dicapat apabila laju penyuntikan vaksinasi dosis kedua terus dilakukan sampai dengan 750 ribu per hari.

Ketercapaian target tersebut juga dapat terjadi apabila masyarakat segera melakukan vaksinasi Covid-19 dengan tidak memilih-milih vaksin.

“Kita harus terus waspada, patuhi protokol kesehatan dan percepat vaksinasi, jangan pilih-pilih vaksin karena vaksin yang diberikan memberikan proteksi," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi