Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Video Megawati soal Minyak Goreng Dikomentari Cak Nun, Ini Faktanya

Baca di App
Lihat Foto
twitter
Tangkapan layar video kompilasi Megawati dan Cak Nun
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Nama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri tengah menjadi sorotan usai berkomentar soal polemik minyak goreng.

Di tengah perbincangan soal Megawati tersebut, muncul video dari budayawan Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang berbicara tentang Megawati.

Video itu salah satunya diunggah oleh akun Twitter @om_icron, Jumat (18/3/2022).

Akun tersebut membagikan video yang menggabungkan video Megawati dengan Cak Nun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video lainnya diunggah oleh akun Twiiter @bosstamlen. Hingga Minggu (20/3/2022) siang, unggahan video berdurasi 1 menit 22 detik itu, telah disaksikan lebih dari 1 juta kali, dibagikan 16.700 kali, dan disukai 44.700 kali.

Baca juga: Harga Minyak Goreng di Indomaret, Alfamart, Transmart, Farmers Market, dan Robinson

Baca juga: Minyak Goreng Tiba-tiba Melimpah tetapi Mahal, Ini Alasan dan Faktanya

Video lawas Cak Nun

Dalam video tersebut, Cak Nun menyebut, Megawati tidak berpendidikan.

Menurut Cak Nun, Megawati tak pernah merasa sedih ketika seseorang dipaksa membayar utang saat mereka dalam kondisi kekurangan.

"Tapi jangan disalahkan karena Mbak Mega itu tidak ngerti. Dia tidak punya ilmu untuk memahami itu. Dia tidak sekolah. Dia tidak pernah jadi manusia biasa seperti Anda. Dia tidak pernah bergaul di kampung-kampung, tidak pernah utang, nggak pernah ngerti sedihnya nggak bisa bayar sekolah," ujar Cak Nun dalam video tersebut.

Cak Nun mengatakan, sejak kecil Megawati tinggal di "istana" karena sebagai anak Presiden.

"Jadi gak onok (enggak ada) ceritanya anak presiden utang, gak onok. Nah, Anda jangan tuntut Bu Mega untuk ngerti itu, wong gak ngerti kok," imbuhnya.

Namun, faktanya, video ungkapan Cak Nun soal Megawati tersebut sudah beredar beberapa tahun lalu, tepatnya pada 2018.

Video itu dipotong sehingga seakan-akan pernyataan Cak Nun tersebut sebagai tanggapan atas ungkapan Megawati soal polemik minyak goreng yang terjadi belakangan ini.

Baca juga: Minyak Goreng Curah Disubsidi Pemerintah, Apa Saja Dampaknya?

 

Isi lengkap video Cak Nun

Pernyataan Cak Nun itu sebenarnya adalah tanggapan atas sikap Megawati yang menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petugas partai.

Hal itu sebagaimana diberitakan Warta Kota Tribunnews, 25 Juli 2018.

Saat itu, dalam salah satu ceramahnya, Cak Nun menyoroti masalah yang dialami Indonesia setelah Jokowi menjadi presiden.

Masalah ini terkait dengan kontroversi sumpah jabatan dan petugas partai yang disampaikan secara terbuka oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Menurut Cak Nun, sampai hari ini, Megawati Soekarnoputri tetap menyatakan Jokowi adalah petugas partai.

"Jadi, Indonesia itu bagian dari PDIP, bukan PDIP bagian Indonesia. Salah apa bener?," kata Cak Nun.

Selanjutnya, Cak Nun juga menyatakan, persoalan yang terjadi bukan salah Megawati.

Baca juga: Apakah Pencabutan HET Efektif Mengatasi Kelangkaan Minyak Goreng? Ini Penjelasan Ahli

Berikut pernyataan Cak Nun selengkapnya:

"Tapi jangan disalahkan karena Mbak Mega tidak ngerti.

Dia tidak punya ilmu untuk memahami itu, dia tidak sekolah, dia tidak pernah menjadi manusia biasa seperti Anda.

Dia tidak pernah bergaul di kampung-kampung, tidak pernah hutang, tidak pernah ngerti sedihnya tidak bisa bayar sekolah, sejak kecil beliau itu adalah anak presiden di istana.

Jadi, tidak ada ceritanya presiden berhutang.

Anda jangan tuntut Mbak Mega untuk mengerti itu, wong gak ngerti kok.

Jangan diuring-uring, sementara, Jokowi juga tidak ngerti.

Karena itu, kalau memilih presiden harus hati-hati.

Sing salah sampean dewe kok (yang salah Anda sendiri), saiki muring-muring (sekarang marah-marah), aku sing dikongkon beresi (saya yang disuruh membenahi).

Pas ngegas gak kondo aku, pas kesandung kondo aku (waktu ngegas gak bilang saya, pas tersandung bilang saya).

Jadi yang seharusnya ditagih adalah Undang-Undang Negara Republik Indonesia, membatasi.

Loh, bagaimana ini, disumpah menjadi wali kota 5 tahun, di tengah jalan, malah terus jadi gubernur, Undang-Undang kita membolehkan atau tidak?

Sumpah jadi gubernur belum setahun, terus jadi presiden boleh enggak menurut Undang-Undang? Boleh oleh Undang-Undang Indonesia.

Jadi, Undang-Undangnya yang harus didandani (dibenahi).

Jadi, jangan salah menagih.

Kalangan cerdik pandai ditagih, wis gak punya kerjaan, wis sekolah malah nganggur, maka yang harus ditagih itu DPR termasuk yudikatif."

Baca juga: Menilik Persoalan Minyak Goreng yang Tak Kunjung Usai...

 

Pernyataan Megawati soal minyak goreng

Nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tengah ramai diperbincangkan.

Megawati panen kritikan usai berkomentar soal kisruh minyak goreng.

Bagaimana tidak, di tengah langka dan tingginya harga minyak goreng di Indonesia, Megawati justru mempertanyakan para ibu yang terlalu banyak menggoreng.

Megawati mengaku heran melihat ibu-ibu rela mengantre berjam-jam demi membeli minyak.

"Saya sampai mengelus dada, bukan urusan masalah nggak ada atau mahalnya minyak goreng, saya sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?" kata Megawati dalam webinar "Cegah Stunting untuk Generasi Emas" yang disiarkan Youtube Tribunnews, Jumat (18/3/2022).

Padahal, menurut Mega, selain digoreng, ada banyak cara untuk membuat makanan. Bisa dengan direbus, dibakar, atau dikukus.

"Apa tidak ada cara untuk merebus, lalu mengukus, atau seperti rujak, apa tidak ada? Itu menu Indonesia, lho. Lha kok njelimet (rumit) gitu," tuturnya.

Baca juga: Ini Perbandingan Harga Minyak Goreng di Indonesia dan Negara Lain

Megawati mengatakan, seandainya almarhum suami menyuruhnya untuk ikut mengantre atau berebut membeli minyak goreng, sudah pasti dia tidak mau.

Daripada menggoreng, Megawati bilang lebih memilih memasak di rumah dengan cara lainnya.

Selain enggan menghabiskan waktu, kata Mega, terlalu banyak mengonsumsi makanan yang digoreng juga tak baik untuk kesehatan tubuh.

"Saya emoh (tidak mau). Aku lebih baik masak di rumah, direbus kek, dikukus kek," kata dia.

Meski demikian, Mega tak menampik pentingnya minyak goreng dalam urusan rumah tangga.

Namun, menurut dia, minyak goreng bukanlah kebutuhan primer.

"Nanti dipikirnya saya tidak membantu rakyat kecil. Lho padahal, ini kebutuhan apa tidak? Sebetulnya ini kan bukan primer sebetulnya, kalau mikirnya kita kreatif," kata Presiden ke-5 RI itu.

Baca juga: Ramai Minyak Goreng, Megawati Sebut Masak Bisa Direbus, Apa Saja Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi