Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Menyebut meskipun Jadi Endemi, Covid-19 Belum Akan Berakhir

Baca di App
Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Ilustrasi Covid-19 di Jepang.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan transisi dari pandemi ke endemi bukan menjadi akhir kasus Covid-19.

Setelah beberapa negara melonggarkan aturan protokol kesehatan (prokes), tanda-tanda transisi dari pandemi Covid-19 ke endemi seperti menjadi sebuah angin segar.

Namun Dr Mike Ryan selaku Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengingatkan bahwa endemi bukan akhir dari pandemi Covid-19.

"Saya pikir kita perlu berhati-hati di sini dalam hal kata 'endemi',” ujarnya, dikutip dari The Indian Express (15/3/2022).

"Endemi berarti bahwa virus ada dan menular pada tingkat yang lebih rendah. Biasanya dengan beberapa bentuk penularan atau peningkatan yang musiman," imbuhnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengenal Apa Itu Endemi dan Bedanya dengan Pandemi

Endemi bukan akhir kasus Covid-19

Mike menjelaskan bahwa endemi Covid-19 bukan menjadi suatu hal yang baik. Sebab menurutnya penyakit-penyakit endemi tetap memiliki potensi risiko kasus kematian. Sebagai contoh penyakit endemi lainnya, seperti HIV, malaria, dan tuberkulosis.

Ketiga penyakit tersebut kata Mike, telah merenggut jutaan nyawa manusia di bumi kendati telah dinyatakan sebagai penyakit endemi.

“Tolong jangan samakan endemi dengan akhir yang baik,” ujar Mike.

“Penyakit endemi membutuhkan program pengendalian yang kuat untuk mengurangi infeksi, mengurangi penderitaan, dan mengurangi kematian,” imbuhnya.

Oleh karena itu, WHO terus melakukan pengendalilan kasus Covid-19 secara berkelanjutan, terutama bagi golongan rentan, seperti lansia dan komorbid.

“Kami membutuhkan pengendalian berkelanjutan terhadap virus ini dan kami membutuhkan perlindungan berkelanjutan dari kami yang paling rentan,” kata Mike.

Baca juga: Apa yang Berubah dalam Hidup Kita jika Covid-19 Jadi Endemi?

 

Mengendalikan kasus Covid-19

Dikutip dari Kompas.com, Dicky Budiman yang merupakan epidemiolog asal Griffith University Australia mengatakan hal serupa.

Ia menggambarkan situasi endemi memiliki potensi terjadinya kasus pasien rawat inap dan kematian pasien.

“Endemi itu artinya statis. Angka reproduksinya satu atau di bawah satu, dan itu bukan berarti nol, tapi ada terus. Itu biasanya disepakati angkanya,” terang Dicky.

Oleh karena itu, kondisi endemi bukan menjadi akhir dari pandemi Covid-19. Sebaliknya, endemi justru menjadi awal pengendalian kasus Covid-19 sehingga bisa memasuki level sporadis atau terkendali.

“Terakhir yang harus kita tuju yaitu yang kita sebut sporadis atau terkendali. Itu yang harus kita tuju. Jadi kita harus mengendalikan penyakit menular itu. Bukan mengendemikan,” jelas Dicky.

Baca juga: Transisi Pandemi ke Endemi, Ini Roadmap Pemerintah Hidup Bersama Covid-19

Endemi tidak mengubah tantangan Covid-19

WHO kembali menegaskan, transisi dari pandemi ke endemi juga tidak mengubah tantangan yang akan dihadapi masyarakat di seluruh dunia.

“Berubah dari pandemi ke endemik hanya mengubah label. Itu tidak mengubah tantangan yang kita hadapi,” ujar Mike.

Begitu juga dengan penerapan personal hygene di masyarakat. Pandemi Covid-19 telah memaksa masyarakat untuk mengobah pola perilaku mereka ke arah personal hygene.

Pola perilaku personal hygene tersebut sebaiknya tetap diterapkan meskipun pandemi Covid-19 telah bertransisi ke endemi.

“Sebenarnya tidak ada yang berubah. Semuanya itu mau epidemi, endemi, pandemi, ya perilaku masyarakat 5M itu harus dilakukan,” tutur Dicky.

Sebaliknya, apabila penerapan personal hygene tersebut tidak dilakukan, maka tidak menutup kemungkinan penyakit endemi tersebut kembali menjadi pandemi dengan lonjakan kasus yang signifikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi