Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi
Bergabung sejak: 7 Okt 2019

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Sudahkah Anda Jadi Pemimpin dengan Leadership dan Kompetensi yang Baik?

Baca di App
Lihat Foto
Matej Kastelic/Shutterstock.com
ilustrasi pemimpin
Editor: Sandro Gatra

MEMIMPIN dan mengelola suatu unit oganisasi bukanlah pekerjaan sederhana. Siapapun yang dimandatkan posisi ini harus memiliki kualitas tertentu yang tercermin melalui kinerjanya karena hal tersebutlah yang nantinya akan menentukan kemajuan dan keberlanjutan unit yang dikelolanya.

Menjadi pemimpin artinya seseorang yang melangkah ke depan, mengarahkan, memengaruhi, mendengarkan, serta berinovasi secara kreatif untuk keberlanjutan (sustainability) dan masa depan yang lebih baik (Hamilton, 2005).

Toor dan Ogunlana (2008) menjelaskan bahwa seorang pemimpin berfungsi mengembangkan visi dan misi, mengembangkan pengaruh melalui budaya, melakukan perubahan dan inovasi serta pembelajaran untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif.

Lalu apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin?

Sebenarnya ada banyak kualitas yang secara ideal harus melekat pada seorang pemimpin. Namun setidaknya ada dua hal utama, yakni leadership dan kompetensi (competency).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara umum kita pasti sependapat bahwa seorang pemimpin ‘ideal’ haruslah memiliki kualitas leadership yang baik. Ia harus memiliki kemampuan memengaruhi dan memotivasi, untuk memungkinkan anggotanya berkontribusi secara efektif terhadap unit organisasi yang dipimpinnya (Javidan et.al, 2006).

Di samping itu, leadership yang berkualitas juga meliputi sikap jujur, peduli, kemauan untuk mendengar, kreatif, berkarakter, capable, komunikatif, inovatif, berpikir out of the box, dan mampu menciptakan iklim organisasi yang baik untuk memastikan anggotanya bekerja secara nyaman.

Membangun iklim kerja yang ‘sehat’ dan adil merupakan cerminan dari seorang pemimpin dengan leadership yang baik.

Contoh konkretnya bisa dilihat dari pemberian tugas yang didasari oleh kapasitas sumber daya manusia, bukan hanya sekadar faktor kepentingan, apalagi hanya karena like or dislike.

Mengapa ini penting? Jika seorang pimpinan salah memilih orang yang tepat untuk dijadikan tim anggotanya atau mengabaikan hal-hal penting seperti kualitas, rekam jejak kinerja, serta pengalaman, besar kemungkinan suatu organisasi tidak akan berkembang atau maju.

Selain itu, jika merit system atau penilaian berdasarkan prestasi juga sudah dikesampingkan oleh seorang leader, maka lingkungan kerja akan berpotensi menjadi tidak nyaman dan disharmonis sehingga konflik internal menjadi sulit terhindarkan.

Selain leadership yang kuat, seorang pemimpin juga harus memiliki kompetensi (competency) atau kemampuan dan penguasaan yang sesuai dengan bidangnya (dalam hal ini unit organisasi yang dipimpinnya).

Jack Gordon (1998) memaknai kompetensi sebagai keahlian dan kemampuan seseorang menjalankan tugasnya di bidang tertentu, sesuai dengan jabatan yang disandangnya.

Gordon melanjutkan, ada enam aspek penting dalam konsep kompetensi, yakni; pengetahuan (knowledge); pemahaman (understanding); kemampuan (skill); nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest).

Kompetensi sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu organisasi karena jika hal ini absen dari figur seorang pemimpin, maka reputasi dan kredibilitas suatu oganisasi akan menjadi taruhannya.

Analogi sederhananya, misalnya, kompetensi seorang dosen yang mengajar mata kuliah tertentu sangatlah penting.

Mahasiswa berhak mempertanyakan latar belakang dan kepakaran dosen tersebut demi kemajuan mereka dari segi pengetahuan.

Apabila disederhanakan, beberapa pertanyaan kritis yang akan muncul kira-kira seperti ini: Mengapa saya harus menyimak perkuliahannya? Apa pentingnya?

Hal apa yang akan saya dapatkan? Apa latar belakang dan kepakarannya? Pengalaman apa yang ia punya dan menginspirasi saya (baik dari segi riset maupun prestasi)?

Dari situ, kita tentunya bisa membayangkan output dan faedah apa, selain kesia-siaan, yang akan didapatkan oleh mahasiswa apabila kompetensi dosennya saja sudah dipertanyakan.

Pertanyaan-pertanyaan di atas setidaknya memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kompetensi bagi seorang pemimpin terutama dampak dan pengaruhnya bagi orang lain yang terlibat.

Jika pemimpinnya saja sudah tidak kompeten, bisakah berharap suatu unit organisasi dapat maju dan berkembang? Jawabannya akan sangat kompleks.

Tiga aspek penting kompetensi

Dikutip dari laman Kemenkeu RI, secara kompetensi meliputi kompetensi teknis, kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial-kultural yang ketiganya saling berkaitan satu sama lain dalam mencapai kinerja optimal.

Pertama, kemampuan teknis yang berkenaan dengan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sangat diperlukan dalam mejalankan tugas-tugas jabatannya.

Dalam konteks ini kemampuan teknis juga bisa terkait dengan penguasaan individu terhadap pekerjaannya.

Kedua, kompetensi manajerial yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi.

Ketiga, kompetensi sosial-kultural yang bisa dilihat dari pengalaman kerja, terutama terkait dengan interpersonal skill dalam berinteraksi dengan orang-orang dari beragam latar belakang.

Seorang pemimpin dengan kompetensi sosial-kultural yang tinggi tahu bagaimana harus bekerja sama dengan berbagai karakter untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Ia pun pasti paham betul bagaimana menciptakan ruang kerja yang nyaman, profesional, dan inklusif dengan segala bentuk perbedaan.

Muljarto Tjokrowinoto (2001) bergarumen bahwa individu yang kompeten memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Sensitif, responsif, produktif, dan jeli dalam melihat potensi, peluang dan tantangan;

2. Kreatif dan inovatif serta berpikir out of the box dengan analisis yang terukur, bukan berdiam diri dan asik di zona nyaman;

3. Berwawasan futuristik dan sistemik;

4. Memiliki kemampuan antisipasi dan perhitungan yang matang terutama dalam meminimalisasi risiko;

5. Memiliki kemampuan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia dengan menggeser kegiatan yang berproduktivitas rendah menuju yang tinggi.

Dari pemaparan di atas, jelas bahwa menjadi pemimpin dan memimpin suatu unit organisasi adalah pekerjaan yang tidak mudah. Kualitas di atas harus benar-benar diperhatikan oleh seorang pemimpin.

Oleh karena itu, jika seorang pemimpin:

1. Tidak memiliki konsep dan tujuan yang jelas;
2. Tidak menguasai job desk atau gemar mendelegasikan tanggung jawabnya kepada orang lain;
3. Tidak kreatif dan inovatif dalam mengembangkan unit organisasi;
4. Tidak jeli dalam melihat potensi;
5. Tidak mampu mengutamakan sikap profesional

Maka leadership dan kompetensinya perlu kita pertanyakan secara kritis, mengapa? Karena kualitas pimpinan yang buruk juga akan berdampak buruk bukan hanya terhadap organisasi, tetapi juga pada kualitas diri kita sebagai bagian dari kepemimpinan tersebut.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi