Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Soesilo Toer, Roda Pedati Kehidupannya yang Berelasi dengan Law of Rhythm

Baca di App
Lihat Foto
DOK. Beginu
DOK. Beginu
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Fauzi Ramadhan dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - “Hidup seperti roda berputar: Kadang di atas, terkadang pula di bawah”

Ungkapan tersebut sering kali diucapkan oleh para orangtua ketika menasihati anak-anaknya.

Bukan tanpa maksud, ungkapan itu secara turun-temurun diyakini sebagai sebuah analogi dari jalan hidup yang eksis seperti sebuah siklus. Ketika hal-hal baik datang ke kehidupan, jangan lupa kalau entah suatu saat kehidupan akan sulit kembali, begitu pun sebaliknya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah seorang yang meyakini jalan hidup ini adalah Soesilo Toer, adik sastrawan termasyhur Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.

Dalam siniar (podcast) Beginu episode “Cakar Buaya, Aksi Memulung, dan Roda Pedati Hidup”, ia menceritakan bagaimana jalan hidupnya bergerak seperti roda pedati, kadang di atas, di bawah, atau posisi mana pun.

Soesilo Toer, Bukan Sekadar Adik Pram

Melansir Kompas Regional, pria kelahiran 17 Februari 1937 itu adalah penyandang gelar master jebolan University Patrice Lumumba dan doktor bidang politik dan ekonomi dari Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov Uni Soviet.

Kedua gelar tersebut ia dapatkan ketika berada di Uni Soviet, kini Rusia.

Namun, hidup bahagia Soes di Rusia tak berlangsung lama. Kepada National Geographic Indonesia, Soes mengungkapkan kalau kehidupannya setelah terjadinya peristiwa G30S PKI pada 1965 semakin sulit.

Hanya dalam waktu setahun, muncul anggapan yang mengaitkan dirinya sebagai PKI sehingga paspornya turut dicabut pada 1966.

Masalah paspor ini lantas membuatnya ditahan oleh pihak imigrasi ketika pulang ke Indonesia pada 1973. Ia juga menduga bahwa penahan ini berkaitan dengan dugaan yang dilayangkan kepadanya sebagai PKI.

Lelaki ini bahkan baru menghembuskan nafas bebas setelah 5,5 tahun mendekam di penjara.

Tuduhan PKI serta pengalaman penjara yang dialami membuat ia kesulitan menghidupi diri dan keluarganya. Tak hanya itu, ijazah dari gelar yang ia raih ketika di Uni Soviet tak dianggap legal oleh pemerintah.

Baca juga: Perpustakaan PATABA di Blora, Didirikan Soesilo Toer untuk Sang Kakak Pramoedya Ananta Toer

Situasi sulit ini terus terjadi sampai pada akhirnya Soes sekarang memilih untuk menjadi pemulung di sekitar Blora, tempat kelahirannya.

Selain menjadi pemulung, Soes kini merawat Perpustakaan Pataba, akronim dari “Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa” sejak kematian Pramoedya.

Roda Pedati Hidup

Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com, berkesempatan menemui Soesilo Toer dalam sesi bincang-bincang untuk podcast Beginu. Dalam podcast tersebut, Wisnu bertanya tentang keyakinan hidup yang Soes sering katakan, yaitu roda pedati kehidupan.

“Roda pedati dihayati sebagai hidup yang terus bergerak,” ujar Soes.

Ketika ditanya oleh Wisnu perihal bagaimana “kondisi” roda pedati itu sekarang ini, lelaki berusia 85 tahun tersebut menjawabnya dengan santai. “Ya di tengah, lah,” jawabnya sambil tertawa.

Soes mengaku bahwa ia pernah berada di titik atas roda pedati, yaitu ketika dirinya berada di luar negeri. “Di luar negeri saya kan kaya, saya mahasiswa dapat beasiswa. Kerja sebagai editor, menulis artikel di radio Rusia bahasa Indonesia. Itu roda pedati di atas,” ungkapnya.

“Saya sebulan ada 300 sampai 400 rubel (mata uang Rusia), sehari makan 1 rubel cukup,” tambah Soes.

Ia juga bercerita bahwa pada saat itu, setiap minggunya ia makan di restoran termahal di Moscow.

Kini, situasi berubah untuk diri dan keluarganya. Akan tetapi, Soes tetap bersemangat menjalani hidup. “Sekarang roda pedati saya di tengah, tetap menikmati. Di bawah ya nikmat, di atas ya nikmat,” ucapnya.

Law of Rhythm

Kepercayaan tentang roda pedati kehidupan oleh Soes mirip dengan suatu hukum kehidupan yang bernama Law of Rhythm.

Menurut situs A Little Spark of Joy, Law of Rhythm merupakan bagian dari 12 hukum semesta yang mengajarkan manusia untuk menemukan keunikan dan hal-hal penting dari kebahagiaan, kesejahteraan, dan takdir.

Ada yang menganggap hukum ini berasal dari filsafat Mesir Kuno, ada juga yang menganggap dari kebudayaan Hawaii Kuno.

Baca juga: Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1)

Lebih lanjut, Law of Rhythm mengajarkan manusia untuk bisa berfokus melihat kehidupan sebagai suatu ritme alami. Ritme-ritme alami ini dapat dilihat dalam bentuk pasang-surut lautan, proses penuaan manusia, atau revolusi bumi yang menciptakan perbedaan musim.

Selain itu, hukum tersebut mengajarkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan memiliki siklus yang secara alami berlanjut tanpa gangguan. Ia mengajarkan kesabaran dan kepercayaan kepada alam semesta.

Hukum ini terus bekerja, membawa manusia berada di ritme atas, di tengah, maupun di bawah. Untuk itu, perlu diingat bahwa jangan mengikatkan diri kepada ritme, tetapi biarkan diri mengalir bersamanya.

Jika kamu masih penasaran dengan kisah hidup Soesilo Ananta Toer dan pandangan-pandangan filosofisnya, dengarkan “Cakar Buaya, Aksi Memulung, dan Roda Pedati Hidup” dalam podcast Beginu di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://dik.si/beginu_soesilo.

Podcast Beginu dikelola oleh Medio Podcast Network by KG Media yang mengulas pergumulan hidup manusia bersama Wisnu Nugroho, Jurnalis, Penulis, dan Pemimpin Redaksi Kompas.com.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi