Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kerupuk Seblak dan Kerupuk Tayamum

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/NAYPONG STUDIO
Ilustrasi minyak goreng.
Editor: Sandro Gatra

MASYARAKAT Indonesia terutama kaum miskin heboh akibat kelangkaan disusul kenaikan harga minyak goreng secara cukup drastis sehingga cukup berat untuk dibeli masyarakat berdaya beli rendah.

Tidak kurang dari Presiden IV Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri berkenan memberikan wejangan demi meredakan kehebohan para ibu mau pun bapak rumah tangga atas kelangkaan serta kenaikan harga minyak goreng.

Kelangkaan minyak goreng bukan cuma di Indonesia, tetapi juga merambah ke negara-negara bukan produsen migor berasal dari kelapa sawit seperti misalnya Jerman.

Konon pembelian migor sawit di supermarket Jerman seperti Aldi dibatasi maksimal dua botol untuk setiap pembeli.

Seperti telah dikhawatirkan berbagai pihak yang paham pengaruh politik terhadap ekonomi, kelangkaan migor terjadi di Eropa sebagai akibat terganggu oleh operasi militer Rusia merangsek masuk Ukraina.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun minyak goreng di Jerman tidak terbatas minyak sawit karena masih ada minyak zaitun, biji bunga matahari, kacang, butter, margarine dan lain sebagainya sehingga masyarakat Jerman tidak terlalu heboh tergoreng goreng-menggoreng minyak goreng.

Syukur Alhamdullilah, masyarakat Indonesia memiliki kedaulatan kebudayaan kuliner tersendiri sehingga tidak tergantung pada minyak goreng seperti terbukti pada mahakarya kuliner yang disebut sebagai seblak sebagai santapan masyarakat Sunda dengan cita rasa gurih dan pedas.

Seblak terbuat dari kerupuk mentah yang disiram dengan air panas bersama sayuran dan sumber protein seperti telur, ayam, boga bahari, atau olahan daging sapi diberi bumbu penyedap kencur.

Seblak menjadi makanan jajanan yang digemari berbagai kalangan masyarakat, terutama di wilayah pulau Jawa bagian barat makanan yang bertekstur kenyal ini memiliki rasa yang pedas dan menyegarkan, serta memiliki beberapa variasi, baik rasa maupun bahan tambahan juga kemasan produk.

Kreatifitas kultural masyarakat Nusantara memang menakjubkan. Terbukti masyarakat Desa Bulusari yang terletak di Kabupaten Kediri juga tidak menggantungkan diri ke minyak goreng.

Usaha ‘kerupuk padang pasir’ atau ‘kerupuk tayamum’, demikian orang Kediri menyebutnya, sudah ada sejak 40 tahun lalu.

Ide menggoreng kerupuk tayamum bukan dengan minyak goreng tetapi dengan pasir tercetus pertama kali oleh masyarakat Kediri, baru kemudian populer di daerah-daerah lain.

Usaha yang sempat mengalami masa-masa surut pada tahun 1980-an kini kembali bergairah seiring dengan pasar yang mulai kembali meliriknya.

Dari awalnya hanya dijual di warung-warung kecil, kini sudah merambah ke supermarket besar.

Cita rasa kerupuk makin beragam, dari rasa asin, manis, pedas, hingga rasa bawang. Bahkan, ada pula produsen yang menambahkan sambal petis sebagai cocolannya.

Namun kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng jangan dianggap remeh. Sejarah telah membuktikan bahwa kenaikan harga kebutuhan pokok pada masa pra G30S mau pun Mei 1998 merupakan pemicu utama kemelut politik yang kemudian berkembang menjadi keruntuhan rezim Orla dan Orla.

Andaikata Bung Karno dan Pak Harto lebih eling lan waspodo dalam menghadapi kenaikan harga sembako pasti sejarah Indonesia berjalan lain.

Maka dari lubuk sanubari terdalam bangsa Indonesia tulus mengharap Presiden Jokowi bersama segenap jajaran kepemerintahan yang bertanggung-jawab atas kesejahteraan rakyat Indonesia, berkenan cermat dan seksama mengamati kemudian mengendalikan gejolak kenaikan harga minyak goreng agar bangsa, negara dan rakyat Indonesia terhindar dari malapetaka tergoreng goreng-gorengan minyak goreng.

Jangan sampai lembaran hitam sejarah masa lalu kembali tergores di masa kini. MERDEKA!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi