Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Jokowi Kesal Instansi Pemerintah Banyak Belanja Barang Impor...

Baca di App
Lihat Foto
Biro Pers
Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan tentang perkembangan kasus COVID-19 khususnya varian Omicron di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/1/2022). Presiden Joko Widodo menyampaikan kasus penularan COVID-19 varian Omicron akan terus meningkat dalam beberapa pekan ke depan, namun demikian Joko Widodo meminta seluruh masyarakat tidak panik dan tetap menjaga protokol kesehatan serta mengurangi aktivitas yang tidak perlu. ANTARA FOTO/Biro Pers dan Media Setpres/Handout/wsj.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyampaikan kekesalannya pada instansi pemerintah yang lebih banyak membelanjakan anggaran untuk produk impor, ketimbang produk lokal.

Ia mengatakan, saat kondisi ekonomi global sulit akibat pandemi, disrupsi teknologi, dan perang, salah satu cara ampuh meningkatkan ekonomi negara adalah membeli produk-produk lokal atau dalam negeri.

Lewat pembelian itu, maka perekonomian masyarakat akan bergerak, lapangan kerja tercipta, dan seterusnya.

Namun, Jokowi menyebut, justru yang dibeli oleh instansi adalah barang-barang impor, padahal anggaran pengadaan barang dan jasa sudah cukup besar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Cek yang terjadi, sedih saya, belinya barang-barang impor semua. Padahal kita memiliki pengadaan barang dan jasa dengan anggaran modal pusat itu Rp 526 triliun, daerah Rp 535 triliun, BUMN Rp 420 triliun," kata dia, saat acara Afirmasi Bangga Buatan Indonesia disiarkan secara daring, Jumat (25/3/2022).

Bahkan, dia mengandaikan, jika 40 persen saja dari anggaran itu digunakan untuk belanja produk lokal oleh pemerintah pusat, daerah, dan BUMN, maka bisa memicu pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Jokowi Geram Banyak Kementerian Impor Produk, Sebut Bodoh dan Larang Tepuk Tangan

Melarang tepuk tangan

Berdasarkan data yang dia periksa, sejauh ini pemerintah pusat dan daerah baru membelanjakan anggaran untuk produk lokal sebesar 1,5-1,7 persennya saja.

Sementara itu, BUMN memiliki jumlah yang lebih sedikit, yakni 0,4 persennya saja.

"Kalau ini dibelokkan ke dalam negeri, bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan. Kalau kita tidak lakukan, bodoh banget kita ini," ujarnya.

Pernyataan Presiden pun disambut gemuruh tepuk tangan para hadirin. Namun, Jokowi justru menghentikan tepuk tangan yang terdengar meriah itu.

"Jangan tepuk tangan, karena kita semua belum melakukan. Nanti kalau sudah itu 400 triliun lebih (dibelanjakan untuk produk lokal), silakan tepuk tangan," kata dia.

Kemudian, ia menyebutkan, contoh-contoh produk yang digunakan oleh instansi pemerintahan yang didapat dari hasil belanja impor.

"Coba CCTV beli impor, di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini, dipikir kita bukan negara yang maju. Buat CCTV saja beli impor," ujarnya.

"Seragam dan sepatu tentara dan polisi beli dari luar, kita ini produksi di mana-mana bisa. Jangan diterus-teruskan," lanjutnya.

Baca juga: Jokowi Tegur Menkes, Mentan, dan Menteri BUMN karena Bawahan Banyak Impor

Menteri-menteri turut ditegur

Tak hanya itu, Jokowi menyentil Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, karena membeli sejumlah alat kesehatan dan ranjang rumah sakit dari luar negeri.

"Alat kesehatan. Menteri Kesehatan, ini tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Yogyakarta ada, Bekasi, Tangerang ada. Beli kmpor, mau diterus-terusin?," tegasnya.

Dia juga mengarahkan kekesalannya pada Menteri Pertanian (Mentan) Syafrul Yasin Limpo.

"Traktor kayak gitu bukan high tech aja, impor. Jengkel saya. Saya kemarin dari Atambua, saya lihat traktor, Alsintan impor. Ini enggak boleh Pak Menteri. Enggak boleh," kata Jokowi.

Begitu juga Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang juga mendapat teguran.

"Tadi pagi saya cek baru Rp 2 triliun (belanja lokal). Ini kelihatannya ada yang tidak semangat di dalam kementerian. Urusan beli bangku, beli kursi, masak mau impor kita? Laptop mau impor kita? Kita sudah bisa bikin semuanya itu. Sudah lah jangan diterus-teruskan," tegas Jokowi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi