Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerkosaan Anak oleh Keluarga Dekat, Apa Penyebab dan Pencegahannya? Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi anak menangis
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kasus pemerkosaan anak oleh ayah kandung terjadi kembali beberapa pekan terakhir.

Dilansir dari Kompas.com (22/3/2022), anak berusia delapan tahun di Semarang, Jawa Tengah, meninggal dunia setelah diperkosa ayah kandungnya, WD (41).

Kasus tersebut terungkap setelah makam korban di daerah Genuk dibongkar atas persetujuan keluarga pada Sabtu (19/3/2022) malam.

Usai diotopsi terbukti bahwa kematian bocah 8 tahun itu akibat kekerasan seksual yang ternyata dilakukan oleh ayah kandungnya sendiri.

Kemudian ada pula kasus pemerkosaan anak yang terjadi di Solo. Dilansir Kompas.com (24/3/2022), kasus ini menimpa EGF (13) yang masih menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

EGF diperkosa oleh ayah kandungnya sendiri. Mirisnya, pemerkosaan tersebut bahkan dilakukan di samping ibu kandung EGF yang tengah terlelap pulas. 

Aksi bejat AA (36), ayah kandung EGF, terungkap ketika EGF bercerita kepada temannya, lalu temannya tersebut melaporkan kejadian tersebut ke paman dan ibu EGF.

Kasus pemerkosaan anak oleh keluarga atau lingkaran terdekat anak tak baru kali ini saja terjadi.

Menurut dr Christin Wibhowo, Psikolog, semua kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual didasari oleh banyak faktor.

Baca juga: Komnas PA Kecam Pemerkosaan Anak 8 Tahun hingga Tewas oleh Bapak Kandungnya

Faktor penyebab pemerkosaan

Menurut Christin, dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, semua manusia adalah makhluk seksual.

"Tak peduli kecil, muda, tua atau bahkan lansia," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (24/3/2022).

Nah sebagai makhluk seksual, tentunya kebutuhan seksual ini harus terpenuhi dengan takaran yang pas. Ketika tak terpenuhi, maka seseorang bisa "meledak", bisa menjadi rakus dan menyasar siapa saja.

Kerakusan ini sendiri didasari oleh banyak faktor. Mulai dari faktor ekonomi, faktor kerapuhan kepribadian, atau faktor kerapuhan kontrol diri. 

"Ketika tak ada kontrol diri, atau seseorang memiliki kepribadian yang rapuh, maka ia bisa lepas kendali, menjadi rakus, bahasa Jawanya ngggragas, karena seks seperti rasa lapar juga haus," ujar Christin.

Seperti misalnya, seorang ayah punya dorongan seksual, tapi karena beberapa faktor si istri tak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, maka si ayah ini bisa lepas kendali jika tak punya kontrol diri yang benar.

Kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, juga disumbang oleh minimnya seks edukasi yang dimiliki anak.

"Seks edukasi sangat penting. Jadi anak harus tahu, bahwa meski itu orang terdekat sekalipun (ayah atau kakak kandung), jika mereka menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam, maka hal itu tidak diperbolehkan," papar Christin.  

Baca juga: Pemerkosaan Gadis 13 Tahun oleh Ayah Kandung di Solo Terungkap Setelah Korban Melapor ke Paman dan Ibunya

Pentingnya edukasi seks

Bagaimana cara mencegah pemerkosaan dan pelecehan seksual pada anak?

Benteng pertama, haruslah dibuat oleh orang tua, khususnya ibu.

Ibu haruslah memberi seks edukasi kepada anak sedari dini. Ajarkan kepada anak, bahwa siapapun itu (selain ibu), jika mereka akan menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam, maka anak harus menolak dengan tegas. 

Penuhi pula kebutuhan dasar anak, mulai dari kebutuhan pokok, juga fasilitas bermain dan belajar. 

"Pemenuhan kebutuhan ini akan membentengi anak agar tak mudah tergiur ketika diiming-imingi sesuatu," kata Christin. 

Jika kondisi ekonomi memungkinkan, sebaiknya biasakan anak tidur di kamar sendiri sedari kecil. Dengan demikian, si anak tak akan melihat hal-hal yang sebaiknya tak dilihat, seperti kemesraan intim kedua orang tuanya. 

Kemudian sampaikan ke anak, bahwa anak bisa mengadu apapun ke ibu. "Tekankan pemahaman kepada anak, bahwa jika ada orang lain mengajak merahasiakan sesuatu ke ibu dan ayah, maka orang itu pasti bermaksud jelek. Dan anak harus bercerita ke ibu dengan segera."

Baca juga: Depresi pada Anak, Kenali Gejala dan Penanganannya

Jangan berhenti menjadi kekasih suami

Untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif, sebaiknya pasutri harus terus menjaga kemesraannya dari waktu ke waktu.

"Yang sering dilupakan seorang wanita adalah, mereka berhenti menjadi kekasih atau pacar setelah menikah dan punya anak. Mereka hanya total menjadi ibu. Jadi suami pun merasa tak lagi mendapat kemesraan yang dulu mereka dapatkan," ujar Christin.

Jadi mau berapapun jumlah anak, atau berapapun lama tahun pernikahan, seorang istri hendaknya selalu menjaga kemesraan dan keharmonisan.

Menurut Christin, istri haruslah menjadi seorang "gadis" yang dulu dikejar dan didambakan oleh sang suami.

Keharmonisan rumah tangga telah terbukti bisa mencegah hal-hal buruk seperti perselingkuhan atau pemerkosaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi