Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Jebolnya Tanggul Situ Gintung 27 Maret 2009, 100 Orang Tewas

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/Iwan Setiyawan
Anak-anak bermain di tanggul yang baru dibangun di Situ Gintung di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (26/2/2011).
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Tanggul Situ Gintung di Kota Tangerang Selatan, Banten jebol pada 27 Maret 2009 di waktu subuh.

Disebutkan sekitar sejuta kubik air Situ Gintung menerjang permukiman warga.

Jebolnya tanggul memorak-porandakan Perumahan Cirendeu Permai, menyapu sebagian Kampung Poncol, serta merusak Fakultas Kesehatan dan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dikutip dari Kompas.com, 100 orang tercatat meninggal dunia akibat kejadian tersebut. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Tanggul Situ Gintung Jebol

Detik-detik jebolnya Situ Gintung

Situ Gintung adalah danau kecil buatan yang terletak di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

Lokasi danau ini berada di sebelah barat daya kota Jakarta. Danau seluas 21,4 ha ini telah berubah fungsi, dimanfaatkan sebagai tempat wisata taman.

Pada saat kejadian, wilayah seluas 10 hektar di Cirendeu menjadi porak-poranda diterjang air bah yang datang seperti tsunami.

Jebolnya tanggul buatan Belanda 1932-1933 ini menghancurkan perumahan warga di Kampung Poncol dan Kampung Gintung.

Sekitar 300 rumah yang ada di wilayah itu rusak dan hancur.

Sementara itu, banjir melanda Perumahan Bukit Pratama dan Perumahan Cirendeu Permai yang terletak di tepi Kali Pesanggrahan.

Akibat jebolnya tanggul, terlihat air situ yang kedalamannya mencapai 10 meter nyaris habis terkuras. Air hanya tersisa dalam cekungan kecil yang masih ada di dasar situ.

"Air datang cepat sekali. Saya sempat menggendong istri, tapi lalu terlepas kena terjang air. Saya hanyut, tetapi selamat. Istri meninggal sudah ditemukan," kata Cecep (63), warga Kampung Gintung, seperti diberitakan Harian Kompas, 28 Maret 2009.

Baca juga: Jadwal dan Cara Melihat Pengumuman SNMPTN 2022 di ltmpt.ac.id

 

Faktor penyebab bencana

Dikutip dari Kompas.com, peneliti dari Pusat Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Amien Widodo menyebut ada tiga faktor penyebab bencana, seperti diberitakan Harian Kompas, 1 April 2009.

Ketiga faktor itu adalah:

  1. Faktor internal (kondisi tanggul),
  2. Faktor eksternal (bencana lain seperti gempa, longsor, dan hujan besar),
  3. Faktor manusia (pembangunan sekitar tanggul, pembabatan hutan, dan sebagainya).

Menurutnya, sekitar Situ Gintung sudah sejak lama tak ada hutan.

Dari data kajian kualitas air dan pemanfaatan air situ untuk waduk resapan 5 Desember 2008, Widodo mengatakan pada bagian tanggul yang jebol telah didapati erosi buluh (piping).

Erosi itu diduga sudah lama terjadi karena muncul mata air di bawah tanggul. Rembesan air ke dalam kapiler retakan menyebabkan kapiler bertambah besar.

Akibatnya, terjadi deformasi struktur saluran buang. Dorongan massa air menyebabkan badan tanggul longsor karena kapiler (retakan kecil) terisi air.

Ketika bagian atas tanggul longsor, beban massa air berpindah ke bawah sehingga bagian dasar tanggul tergerus. Ini mengakibatkan tanggul jebol hingga sekitar 20 meter tingginya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Dua Pesawat Boeing 747 Bertabrakan, 583 Tewas

Tak dirawat

Dilansir dari kompas.com (27/03/2020), Ketua RW 11 Kampung Gunung Cirendeu, Saderih (55) mengatakan sejak 10 tahun terakhir Situ Gintung mulai ada tanda-tanda kerusakan.

Sebelumnya sempat dilakukan rehabilitasi dan pengerukan danau sekitar tujuh bulan lalu, akan tetapi sebulan lalu sudah diberhentikan ketika belum tuntas.

"Warga sempat protes karena baru dikeruk doang, belum dipasang turap dan konblok. Saya enggak tahu alasannya kenapa dihentikan," kata Saderih waktu itu.

"Padahal, dua pintu air yang rusak juga belum dibetulkan. Tanggul pintu air utama yang juga retak-retak itulah yang sekarang akhirnya jebol," sambungnya.

Selain itu, Direktur Bidang Sumber Daya Lahan Kawasan dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Sutopo Purwo Nugroho juga mengungkapkan hal yang sama seperti Saderih.

Ketika tim peneliti melakukan survei di tanggul tersebut pada tahun 2008, sudah terdapat banyak longsor kecil dan rembesan air di sepanjang tanggul.

Dari kasus tersebut, revitalisasi kemudian difokuskan ke bagian hulu terlebih dahulu, karena merupakan tempat masuknya air dari beberapa anak sungai Kali Pesanggrahan.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi