Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untung Rugi Hadir Tidaknya Rusia di KTT G20 Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/SERGEY GUNEEV
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat dia berbicara selama konferensi pers bersama dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz setelah pembicaraan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Selasa, 15 Februari 2022.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta agar Indonesia tidak mengundang Rusia dalam KTT G20.

Permintaan itu disampaikannya saat menghadiri pertemuan puncak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussles, Belgia pada Kamis (24/3/2022).

"Saya menyuarakan kemungkinan (pendepakan Rusia). Jika hal itu tidak bisa dilakukan, jika Indonesia dan negara-negara lain tidak setuju, dalam pandangan saya, kami harus meminta agar Ukraina bisa menghadiri juga," kata Biden, dikutip dari AFP.

Ini terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung selama hampir satu bulan.

Lantas, apa dampak kehadiran atau tidaknya Rusia dalam KTT G20 di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Biden Minta Rusia Didepak dari Keanggotaan G20

Ketidakhadiran Rusia bisa sulitkan Indonesia

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, absennya Rusia dalam KTT G20 akan menyulitkan posisi Indonesia untuk menjembatani blok Rusia dan blok Barat.

Dengan begitu, kesempatan Indonesia untuk menjadi juru runding dalam konflik Rusia-Ukraina bisa pupus.

Ia menjelaskan, ada implikasi serius di balik ajakan mengeluarkan Rusia dari G20.

"Masalah antara Rusia dan Negara barat akan melebar karena melibatkan negara lain yang memiliki sikap politik berbeda," kata Bhima kepada Kompas.com, Minggu (27/3/2022).

Apabila desakan itu terus muncul, Bhima menyebut, China berpotensi meninggalkan G20 dan mengajak negara lain untuk tidak menghadirinya.

"China bisa saja meninggalkan forum G20 atau bahkan mengajak negara lain untuk tidak menghadiri G20 karena dianggap terlalu AS sentris," jelas dia.

Padahal, G20 bisa dimanfaatkan untuk mendinginkan suasana karena berfokus pada penanganan pandemi, stabilitas moneter, dan pembiayaan hijau, bukan konflik perang.

Menurutnya, banyak agenda penting yang diajukan Indonesia menjadi terhambat dan berisiko mengganggu komitmen investasi yang bertepatan dengan event G20.

Baca juga: Jika Putin Hadiri KTT G20, Biden dan Presiden Sejumlah Negara Sekutu AS Diprediksi Tak Hadir

Ada konsekuensi jika Rusia hadir

Sebelumnya, pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hariyadi Wirawan memprediksi, AS dan negara-negara sekutunya hanya akan mengirim delegasi saja di KTT G20 itu, jika Presiden Rusia Vladimir Putin hadir.

"Walaupun Indonesia tetap mengundang Putin, dan itu berarti kepala negara G20 lainnya (kemungkinan) tidak datang atau menurunkan delegasinya," kata Hariyadi. dikutip dari Kompas.com.

Andai AS dan negara-negara sekutunya meminta Indonesia untuk menunda KTT G20, hal itu akan sulit terwujud.

Sebab, China, India, dan beberapa negara di Benua Afrika tidak akan setuju dengan penundaan tersebut.

Dalam kondisi saat ini, Hariyadi menyebut Indonesia selaku Ketua Presidensi G20 harus menjalankan tugasnya dengan tetap mengundang semua negara anggota.

Baca juga: Kremlin Tanggapi Pidato Biden, Sebut Biden Tak Punya Hak Apa Pun Atas Rusia

"Tapi itu akan membuat pertemuan ini jadi awkward (canggung), tidak mencapai sasaran yang diharapkan. Rusia dapat sanksi ini itu dan tidak mendukung perbaikan perekonomian internasional," ujarnya.

Hariyadi menilai, jika AS dan negara-negara sekutunya hanya mengirimkan delegasi untuk menghadiri KTT G20, pertemuan tersebut tak akan mencapai target perbaikan ekonomi dunia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi