KOMPAS.com - Sebuah perahu motor yang mengangkut 12 nelayan asal Desa Hundihuk, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), tenggelam di perairan Australia.
Peristiwa naas pada Kamis, 17 Maret 2022, itu menelan cukup banyak korban. Sembilan korban meninggal, serta tiga lain selamat dengan satu orang di antaranya masih kritis hingga kini.
Diberitakan Kompas.com (21/3/2022), Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Kelas A Kupang (SAR) Emi Frizer mengatakan, informasi perahu tenggelam tersebut disampaikan oleh otoritas Australia.
Berikut sederet fakta perjuangan nelayan NTT terombang-ambing bertahan hidup di tengah lautan Australia.
Baca juga: Tak Kunjung Pulang dari Mencari Ikan, Nelayan Ini Ternyata Kehabisan Solar
Badai siklon tropis terjang perahu
Badai Siklon Tropis menerjang perahu motor yang ditumpangi 12 nelayan asal NTT, Kamis (17/3/2022) pukul 23.30 Wita.
Akibat terjangan badai, badan perahu pecah, hancur, dan satu demi satu bagian perahu mulai hanyut.
Di tengah gelapnya malam, para nelayan berjuang merakit tiang dan kayu perahu yang hancur dengan jaring ikan untuk digunakan sebagai pegangan agar tidak tenggelam.
“Mereka memanfaatkan tiang dan kayu kapal yang hancur, mengikat satu sama lain dengan alat jaring. Para nelayan berpegangan di rakit buatan itu,” kata Yunus Modokh, Kepala Desa Hundihuk, sebagaimana dikutip Harian Kompas.
Baca juga: BMKG Sebut Badai Siklon Tropis di NTT Terkuat Kedua Setelah 2008
Terombang-ambing selama 3 hari 3 malam
Hingga keesokan hari pada Jumat (18/3/2022), belum juga ada tanda-tanda kapal lewat yang bisa menyelamatkan mereka.
Sekitar pukul 23.00 Wita, hampir 24 jam setelah terjangan badai, para nelayan yang masih berpegangan pada kayu rakit mulai kelelahan. Satu per satu nelayan pun mulai berteriak, mengerang, dan mengeluh lapar.
Gemuruh gelombang dan arus laut yang dahsyat membuat jeritan mereka malam itu terdengar samar-samar. Hingga lambat laun, mulai menghilang.
“Mereka kehabisan napas, tenaga, dan perjuangan sehingga tenggelam. Mereka meninggal dunia, lalu hilang di dalam laut,” kata Modokh.
Beberapa nelayan yang telah meninggal diikat di kayu rakitan, tetapi terjangan ombak terus-menerus membuatnya terlepas dan hanyut dalam lautan.
Hingga Minggu dini hari, yang terlihat hanya Habel Kanuk (44), Melki Giri dan Riki Balu (17). Sementara sembilan orang lain, tidak terlihat sama sekali.
“Ia (Riki Balu) malah sudah pamitan dengan Kanuk dan Melki, tetapi keduanya minta bertahan karena sudah masuk siang hari (Minggu, 20 Maret),” cerita Modokh.
Baca juga: Iklim Tropis: Pengertian dan Ciri-cirinya
Diselamatkan Angkatan Laut Australia
Patroli laut Angkatan Laut Australia pada Minggu sekitar pukul 10.00 Wita, menyaksikan melalui teropong ada rakit yang bergerak ke Pulau Ashmore Reef, Australia.
Australia pun meminta kepada kapal kargo Singapura yang saat itu melintas untuk mengevakuasi para nelayan yang terombang-ambing.
Setelah dievakuasi, ketiga nelayan selamat dipindahkan ke Kapal Australian Border Force menuju Pulau Broom, Australia Barat untuk mendapatkan pertolongan.
Otoritas Australia pun segara menghubungi Basarnas Pusat untuk mengabari peristiwa ini.
Baca juga: Satu Korban Kapal Nelayan Tersambar Petir di Situbondo Belum Ditemukan
Tiga nelayan selamat terpapar Covid-19
Dua nelayan selamat, yakni Habel Kanuk dan Melki Giri ternyata terpapar Covid-19 dan harus menjalani karantina di salah satu hotel di Darwin, Australia.
Meski begitu, dilansir dari Kompas.com, Pelaksana Fungsi Konsuler Konsulat RI Darwin, Yulius Mada Kaka menyebut, keduanya dalam kondisi baik.
Rencananya, mereka akan dikarantina hingga Jumat, 1 April 2022, baru kemudian dipulangkan ke Rote Ndao, NTT.
Sementara Riki Balu yang juga terpapar Covid-19, saat ini masih menjalani perawatan intensif di Royal Perth Hospital Australia lantaran masih kritis.
“Korban punya riwayat sakit asma, sesak napas, sehingga pemulihan bisa butuh waktu. Kita berdoa supaya korban segera pulih,” kata Modokh.
Baca juga: Kapal Nelayan Ilegal Berbendera India Diamankan di Aceh, 8 ABK Ditangkap
Korban meninggal masih dalam pencarian
Basarnas Pusat dan otoritas Australia hingga kini masih saling berkoordinasi mencari sembilan korban yang belum ditemukan.
Adapun fokus pencarian, dilakukan di sekitar Laut Australia tempat perahu motor milik para nelayan tenggelam.
(Sumber: Kompas.com/Sigiranus Marutho Bere | Editor Andi Hartik; Priska Sari Pratiwi | Harian Kompas/ Kornelis Kewa Ama)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.