KOMPAS.com - Kabar duka datang dari kebun binatang yang ada di Ukraina, banyak hewan di sana dikatakan menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri.
Bukan hanya manusia, makhluk hidup lain seperti hewan juga merasakan penderitaan akibat perang Rusia dan Ukraina.
Pusat penyelamatan mengatakan, beberapa hewan peliharaan ditinggal oleh pemiliknya. Sementara hewan-hewan di kebun binatang mengalami kelaparan dan stres karena terus mendengar suara tembakan.
Pengelola Tempat Penampungan Satwa Liar yang tak jauh dari bandara internasional Kyiv, Natalia Popova mengatakan, hewan-hewan di sana sangat tertekan akibat kebisingan.
Oleh karenanya, tak sedikit yang meronta-ronta di kandang dan mulai menyakiti diri sendiri.
“Seekor singa betina melukai cakarnya, sehingga tidak bisa berdiri. Seekor kijang muda menabrakkan dirinya ke dinding dan mati, setelah sebelumnya memutar lehernya,” ujarnya kepada BBC (27/3/2022).
Namun, bisakah hewan melakukan bunuh diri?
Baca juga: Hewan yang Bisa Mengendus Sel Kanker pada Manusia, Apa Saja?
Penjelasan dokter
Dokter hewan dan akademisi asal Universitas Gadjah Mada (UGM) Slamet Raharjo memberikan penjelasan terkait fenomena bunuh diri pada hewan.
Menurutnya, fenomena bunuh diri terutama bunuh diri massal pada satwa liar memang bisa terjadi. Namun, yang diketahui hanya terjadi pada ordo rodentia atau hewan pengerat.
Terutama lemming (Lemmus lemmus), yakni hewan pengerat kerabat hamster yang hidup di wilayah tundra dekat Kutub Utara.
“Hewan-hewan ini ketika overpopulasi dan kekurangan makanan akan melakukan bunuh diri massal terjun ke laut secara bersama-sama dalam jumlah ribuan ekor,” paparnya kepada Kompas.com, Senin (28/3/2022) malam.
Baca juga: Jangan Disakiti, Binatang-binatang Ini Bisa Menyimpan Dendam
Hewan di Ukraina tidak bunuh diri
Terkait kasus di kebun binatang Ukraina yang mayoritas hewan mamalia besar, menurut Slamet bukan bunuh diri, melainkan kematian massal.
Satwa liar adalah hewan-hewan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kematian massal pada satwa, sangat mungkin terjadi akibat faktor stres lingkungan.
Kondisi yang stres, adanya bunyi ledakan kecil pun membuat hewan kaget dan berlarian tak tentu arah. Celakanya, dalam kandang yang luasnya terbatas, kecepatan gerak mereka justru menjadi bumerang.
“Banyak di antaranya yang terlambat berhenti dan kepala menabrak tembok atau pagar besi dinding kandang yang mengakibatkan trauma kepala berat, kadang sampai tulang tengkorak pecah, sehingga menyebabkan kematian massal,” papar Slamet.
Slamet menambahkan, kasus kematian massal seperti yang terjadi di Ukraina tidak dapat disebut bunuh diri. Sebab, lebih bersifat accidental death atau meninggal akibat kecelakaan.
“Stres akibat kondisi lingkungan yang membuat mereka mengalami kematian. Bukan karena mereka ingin bunuh diri,” lanjutnya.
Baca juga: Bisakah Hewan Peliharaan Tertular Omicron dan Menularkannya Kembali ke Manusia?
Hewan bisa terkena gangguan psikologis
Bukan hanya manusia, hewan pun bisa mengalami stres yang mengakibatkan gangguan psikologis atau mental, begitu menurut dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa Bali (BWRC) Dyah Ayu Risdasari Tiyar Noviarini.
Ia melanjutkan, faktor-faktor yang menyebabkan gangguan psikologis pada hewan pun beragam, mulai dari rasa takut, tertekan, juga trauma.
Bahkan yang paling parah menurut dokter yang akrab disapa Rini ini, ada yang sampai menyakiti diri sendiri.
“Kalau sangat terganggu mentalnya bisa saja berujung ke bunuh diri,” katanya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (28/3/2022) malam.
Oleh karena itu, pesan Rini, jika satwa mulai menunjukkan gejala perilaku yang abnormal atau perilaku stereotip (perilaku berulang-ulang tanpa tujuan), perlu segera diperbaiki tingkat kesejahteraannya.
Adapun lima prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) yang harus diberikan kepada hewan, yakni:
- Bebas dari rasa lapar dan haus
- Bebas dari rasa tidak nyaman
- Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit
- Bebas dari rasa takut dan stres
- Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku alaminya.
“Jadi kelima prinsip itu yang kudu diterapkan untuk mencegah mereka stres,” ujar Rini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.