Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tradisi Ziarah Kubur, Tradisi Menjelang Ramadhan

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Umat Islam berdoa di depan makam keluarga dan kerabat dekat di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta, Sabtu (10/4/2021). Jelang Bulan Suci Ramadhan mayoritas umat muslim melakukan ziarah makam untuk mendoakan mendiang keluarga dan kerabat mereka. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/aww.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Tinggal beberapa hari lagi, umat Islam di Indonesia menyambut datangnya bulan Ramadhan 1443 H/2020 M.

Terdapat berbagai tradisi yang dilakukan ketika menjelang Ramadhan dari berbagai daerah di Indonesia.

Salah satunya adalah tradisi ziarah kubur untuk mendoakan kerabat yang sudah meninggal.

Apa itu tradisi ziarah kubur?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sejarah Tradisi Ziarah Kubur Saat Lebaran dan Hukumnya

Sejarah tradisi ziarah kubur

Dilansir dari Kompas.com, (13/05/2022), dosen Ilmu sejarah Universitas Airlangga (Unair) Purnawan Basundoro mengatakan bahwa tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang sudah berumur sangat tua.

Tradisi ziarah kubur dilakukan dengan mengadopsi keyakinan memberikan penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang.

"Penghormatan terhadap nenek moyang itu tradisi lama ya, lama sekali. Kemudian ketika Islam datang muncul tradisi serupa yang dibalut dengan ajaran Islam," kata Purnawan, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/05/2021).

Penghormatan terhadap nenek moyang dengan bentuk ziarah kubur adalah tradisi yang bersifat universal, sehingga sering dijumpai pada setiap kebuyaan.

"Bahkan kalau zaman dulu, animisme dan dinamisme, tradisi semacam itu (ziarah kubur) kan banyak," ujar Purnawan.

Baca juga: Kenapa Ziarah Kubur Ramai Dilakukan Saat Lebaran, Ini Alasannya

Saat kedatangan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sering digunakan oleh umat islam untuk melakukan ziarah kubur.

"Nah, ziarah kubur itu dianggap sebagai salah satu ibadah. Sehingga ketika memasuki Ramadhan, misalnya banyak yang ziarah," kata Purnawan.

Selain itu, ziarah kubur juga disering dianggap sebagai media bersilaturahmi antara orang yang masih hidup dengan orang-orang yang sudah meninggal.

"Karena makam ini adalah satu-satunya media yang menautkan antara orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal," ungkapnya.

Pada ziarah kubur disaat lebaran, sering dimanfaatkan perantau untuk bersilaturahmi dengan orang yang telah meninggal.

"Tidak hanya mengunjungi yang hidup, tetapi juga 'mengunjungi' mereka yang telah meninggal dunia," kata Purnawan.

Baca juga: Makna Ziarah Kubur di Hari Lebaran

Hukum ziarah kubur

Ketua bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengatakan bahwa ziarah kubur merupakan amalan yang dianjurkan untuk muslim.

"Ziarah kubur itu dianjurkan karena mendoakan kepada yang mati dan bisa mengingatkan yang hidup akan kematian," kata Cholil, dikutip dari Kompas.com, Selasa (11/5/2021).

Cholil menjelaskan dengan sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda kepada umatnya untuk memperbanyak mengingat tentang kematian.

"Rasul juga bersabda 'Saya dulu pernah melarang ziarah kubur, sekarang silakan ziarah kubur'. Itu dari Rasulullah SAW," ujarnya.

Baca juga: Kapan Sidang Isbat 2022? Ini Jadwal Penetapan 1 Ramadhan 1443 H

Keutamaan ziarah kubur

Tradisi ziarah kubur merupakan tradisi yang baik dilakukan karena sebagai bentuk bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal.

"Karena bagi orang yang sudah meninggal orangtuanya, di antara berbaktinya adalah dengan ziarah kubur," ungkap Cholil.

Ketika melakukan ziarah kubur, peziarah dapat membacakan surat Yasin dan Tahlil, serta mendoakan si mayit agar diampuni dosa-dosanya.

"Tata kramanya adalah mendoakan di sebelah kanan kuburan. Kemudian kita membacakan surat Yasin dan juga tahlil, dan mendoakan diampuni dosanya serta diterima amal baiknya," kata Cholil.

Baca juga: Jadwal dan Link Sidang Isbat Penentuan Awal Ramadhan 2022

Tradisi nyadran

Dilansir dari Kompas.com (25/03/2022), tradisi nyadran merupakan tradisi yang kerap dilakukan di wilayah Jawa, khusunya di daerah Jawa Tengah.

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta 'sraddha' yang memiliki arti keyakinan.

Tradisi nyadran dilakukan dengan ziarah ke makan orang tua atau kerabat yang sudah tiada.

Ketka berada di makan, orang yang berziarah akan mendoakan orang tua atau kerabatnya sembari membersihakan dan menaburkan bunga pada makam tersebut.

(Sumber: Kompas.com/ Jawahir Gustav Rizal, Ulfa Arieza | Editor: Anggara Wikan Prasetya, Sari Hardiyanto)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi