KOMPAS.com - Nama KRI Matjan Tutul-602 tak bisa dilepaskan dari pertempuran Laut Arafuru yang terjadi di Laut Aru, Maluku, pada 15 Januari 1962 antara Indonesia dan Belanda.
KRl Matjan Tutul-602 merupakan satu dari delapan Kapal Cepat Torpedo kelas Jaguar yang pernah dimiliki TNI AL buatan Jerman Barat tahun 1960.
KRI Matjan Tutul menjadi terkenal dan salah satu bukti sejarah bagi Angkatan Laut Indonesia dalam pertempuran heroik di Laut Aru dalam Operasi Trikora, pembebasan Irian Barat dari Belanda.
Pada 15 Januari 1962, KRl Matjan Tutul terlibat pertempuran di Laut Aru dengan kapal milik Belanda, yang akhirnya gugurlah Komodor Yos Sudarso beserta awak kapal Rl Matjan Tutul.
Lantas, seperti apa spesifikasi KRI Matjan Tutul-602?
Baca juga: Spesifikasi KRI Bontang-907, Kapal Perang TNI AL yang Bisa Isi BBM dari Tengah Laut
Spesifikasi KRI Matjan Tutul-602
Dilansir dari Majalah Cakrawala edisi khusus 442 tahun 2019 terbitan Dinas Penerangan Angkatan Laut, KRI Matjan Tutul-602 merupakan alutsista dari Satuan Kapal Cepat generasi pertama TNI AL buatan Jerman Barat.
Kapal tempur ringan dengan membawa senjata mematikan dikembangkan pertama kali pada Perang Dunia I dan dikenal sebagai dikenal sebagai Coastal Motor Boats.
Kapal yang hanya berbobot sekitar 15 ton ini digunakan sebagai bagian dari pertahanan pantai.
Kapal jenis ini mulai naik daun pada Perang Dunia II karena terbukti mampu menenggelamkan kapal kombatan utama yang ukuran dimensinya jauh lebih besar darinya.
Dari spesifikasinya, MTB kelas Matjan Tutul memiliki ukuran panjang 42,6 meter, tetapi lebarnya tidak lebih dari 7,1 meter.
Baca juga: Spesifikasi Helikopter Panther AS 565 TNI AL: Anti Kapal Selam dan Dibekali Rudal Jarak Jauh
Sementara bobotnya 183,4 ton dengan postur bodi kapal terlihat langsing.
Meski tampilannya sederhana, KRI Matjan Tutul-602 bisa berlaku garang dan lincah.
Kapal ini digerakkan empat mesin diesel Mercedes-Benz MB51B yang menghasilkan kekuatan 3.000 tenaga kuda.
Dengan demikian, sesuai sebutannya sebagai kapal cepat, gerakannya memang bisa sangat cepat.
Dengan didorong empat baling-baling berdiameter 1,15 meter, KRI Matjan Tutul-602 sanggup meluncur di atas permukaan air dalam kecepatan maksimum 42 knot (sekitar 77 kilometer per jam).
Baca juga: Spesifikasi M3 Amphibious Rig, Alutsista TNI AD yang Bisa Berubah Jadi Jembatan Ponton
Keunggulan KRI Matjan Tutul-602
Keunggulan lainnya, MTB ini memiliki lunas hanya sedalam 2,5 meter. KRI Matjan Tutul-602 mampu melaju di laut dangkal tanpa hambatan.
Kondisi tersebut menjadikan kapal cepat pembawa torpedo ini sanggup berkelok-kelok di selat sempit dan dangkal.
Rancangan MTB Jaguar Class sejatinya merupakan pengembang dari kapal cepat andalan Jerman era Perang Dunia II, yakni E Boat.
Dalam sekali jalan, kapal ini dapat membawa 25 ton bahan bakar, 1,12 ton pelumas, dan 2 ton air tawar.
KRI Matjan Tutul-602 diawaki 39 anak buah kapal (ABK) yang terdiri dari 4 perwira, 2 juru masak, 17 petugas kamar mesin, 18 pelaut.
Baca juga: Spesifikasi Pesawat Tempur Hawk 200 TNI AU: Radar hingga Persenjataan
Kapal mampu beroperasi dalam radius sejauh 700 nautical mile (setara 1.300 kilometer) pada kecepatan 35 knot.
Bila membawa empat torpedo MK-3 533 mm yang merupakan senjata andalannya, kapal perang tipe ini bakal berubah menjadi ancaman berbahaya bagi musuh.
Kapal kelas ini dipersenjatai oleh dua pucuk meriam Bofors kaliber 40 mm yang terpasang di haluan dan buritan serta senapan mesin berat anti serangan udara kaliber 12,7 mm.
Sejak 1960, MTB Type 140 resmi memperkuat Satuan Kapal Cepat TNI AL.
Dari delapan unit yang dibeli Indonesia, sampai 1961 baru dua MTB yang pernah mengikuti latihan perang di laut, yakni KRI Matjan Tutul dan KRI Adjak.
Baca juga: Spesifikasi KRI Fatahillah-361, Kapal Perang TNI AL yang Dilengkapi Persenjataan Modern
Tenggelamnya KRI Matjan Tutul
Dalam paket pembeliannya, torpedo tidak termasuk klausul yang didapatkan Indonesia karena Jerman Barat saat itu tidak boleh membuat senjata sebagai bagian dari perjanjian dengan sekutu.
Selanjutnya, pemerintah Indonesia berencana mendatangkan torpedo MK-3 dari Inggris, namun sebagai sekutu Belanda negara ini tidak mau menjualnya ke Indonesia.
Pemerintah kemudian melirik pembelian torpedo dengan Uni Soviet sebagai bagian dari akusisi MTB kelas P-6 yang dikenal sebagai Kelas Angin Bohorok.
Saat dicanangkan Trikora, alutsista tersebut belum tiba dan kapal-kapal MTB kelas Jaguar tetap disiapkan untuk tugas infiltrasi.
Satgas STC-9 dengan misi pendaratan pasukan ke Vlakke Hoek (Kaimana) menjadi tugas tempur perdana Komando Djenis Kapal Kapal Tjepat (Kodjenkat) khususnya Skwadron Kapal Tjepat Torpedo (Skwadkatjepedo) yang berujung pada Pertempuran Laut Arafuru 15 Januari 1962.
Dalam operasi itu sebuah MTB tenggelam, yaitu KRI Matjan Tutul bersama Komodor Yos Sudarso.
Kisah pertempuran Laut Arafuru selengkapnya dapat dibaca di sini: Majalah Cakrawala Edisi Khusus 442 Tahun 2019.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.