Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heliosentris: Prinsip Umum, Sejarah, dan Penemunya

Baca di App
Lihat Foto
theplanets.org
Sabuk asteroid dan trojan termpat ditemukan asteoroid dalam tata surya
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Hari ini manusia percaya bahwa Bumi dan planet-planet di tata surya mengelilingi atau mengorbit Matahari.

Hal itu disebut dengan teori heliosentris atau heliosentrisme. Tapi sebelum teori itu ditemukan, manusia percaya bahwa semua benda langit mengelilingi Bumi.

Dikutip Universe Today, teori heliosentris ditemukan oleh Nicolaus Copernicus pada abad ke-16. Dia meletakkan dasar bagi astronomi modern dengan hal itu.

Berdasarkan pengamatan yang sedang berlangsung dari gerakan planet-planet, serta teori-teori sebelumnya dari zaman klasik dan Dunia Islam, Copernicus mengusulkan sebuah model alam semesta yaitu Bumi, planet, hingga bintang, yang semuanya mengelilingi Matahari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan hal tersebut dia berhasil memecahkan masalah matematika dan inkonsistensi yang timbul dari model sebelumnya, model geosentris klasik yang diusulkan Ptolemeus pada abad ke-2 M.

Baca juga: 5 Fakta Mengejutkan dari Planet-planet di Tata Surya

Prinsip-prinsip umum heliosentris

Pada abad ke-16, Nicolaus Copernicus mulai merancang model heliosentris versinya.

Seperti orang lain sebelum dia, teorinya dibangun di atas arya astronom Yunani Atistarchus, serta memberi penghormatan kepada sekolah Maragha dan beberapa filsuf terkenal dari dunia Islam.

Pada awal abad ke-16, Copernicus merangkum ide-idenya dalam sebuah risalah pendek berjudul "Commentariolus" (Komentar Kecil).

Pada 1514, Copernicus mulai mengedarkan salinan di antara teman-temannya, banyak di antaranya adalah sesama astronom dan cendekiawan.

Naskah empat puluh halaman ini menggambarkan ide-idenya tentang hipotesis heliosentris, yang didasarkan pada tujuh prinsip umum.

Prinsip-prinsip tersebut menyatakan bahwa:

  1. Benda langit tidak semuanya berputar di sekitar satu titik
  2. Pusat Bumi adalah pusat bola bulan (orbit bulan mengelilingi Bumi)
  3. Semua bola berputar mengelilingi Matahari, yang berada di dekat pusat Semesta
  4. Jarak antara Bumi dan Matahari adalah sebagian kecil dari jarak dari Bumi dan Matahari ke bintang-bintang, sehingga paralaks tidak diamati di bintang-bintang
  5. Bintang-bintang tidak bergerak. Gerakan harian mereka yang tampak disebabkan oleh rotasi harian Bumi
  6. Bumi bergerak dalam sebuah bola mengelilingi Matahari, menyebabkan migrasi tahunan Matahari yang tampak. Bumi memiliki lebih dari satu gerakan
  7. Pergerakan orbit Bumi mengelilingi Matahari menyebabkan arah gerak planet-planet tampak terbalik.

Baca juga: Fakta-fakta 5 Planet Kerdil di Tata Surya Termasuk Pluto

Setelah itu dia terus mengumpulkan data untuk pekerjaan yang lebih rinci. Pada 1532, dia hampir menyelesaikan manuskrip magnum opusnya (De revolutionibus orbium coelestium).

Di dalamnya, ia mengajukan tujuh argumen utamanya, tetapi dalam bentuk yang lebih rinci dan dengan perhitungan yang terperinci untuk mendukungnya.

Dengan menempatkan orbit Merkurius dan Venus antara Bumi dan Matahari, Copernicus mampu menjelaskan perubahan penampilan mereka.

Singkatnya, ketika mereka berada di sisi jauh Matahari, relatif terhadap Bumi, mereka tampak lebih kecil tetapi penuh.

Ketika mereka berada di sisi Matahari yang sama dengan Bumi, mereka tampak lebih besar dan "bertanduk" (berbentuk bulan sabit).

Ini juga menjelaskan gerakan mundur planet-planet seperti Mars dan Jupiter dengan menunjukkan bahwa para astronom Bumi tidak memiliki kerangka acuan yang tetap tetapi kerangka acuan yang bergerak.

Ini lebih lanjut menjelaskan bagaimana Mars dan Jupiter bisa tampak lebih besar secara signifikan pada waktu-waktu tertentu daripada pada waktu-waktu lainnya.

Intinya, mereka secara signifikan lebih dekat ke Bumi saat berada pada posisi berlawanan daripada saat berada pada saat konjungsi.

Namun, karena kekhawatiran bahwa publikasi teorinya akan menyebabkan kecaman dari gereja dia menahan penelitiannya sampai setahun sebelum dia meninggal.

Baru pada 1542, ketika dia hampir meninggal, dia mengirim risalahnya ke Nuremberg untuk diterbitkan.

Baca juga: Mengenal Tata Surya dan Beberapa Teori Pembentukan Tata Surya

Bukan yang pertama

Dilansir Space, Jumat (8/4/2022), model heliosentris Copernicus adalah gagasan pertama yang diterima secara luas bahwa Matahari adalah pusat tata surya.

Tapi Nicolaus Copernicus bukanlah orang pertama yang mengusulkan teori ini. Jauh sebelum itu, filsuf Yunani abad ke-5 M, Philolaus dan Hicetas juga mengusulkan bahwa Bumi dapat mengitari objek yang berapi-api.

Astronom Yunani Aristarchus dari Samos mengusulkan bahwa objek ini adalah Matahari dua abad kemudian.

Karena tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa bintang-bintang tampak sama meskipun posisi Bumi berubah, model geosentris menjadi lebih dikenal secara luas.

Astronom dan matematikawan Mesir Claudius Ptolemaeus (Ptolemy) mengatasi masalah ini dengan teori bahwa Bumi berada di pusat tata surya. Teori itu hidup sekitar 1.400 tahun, baru kemudian digantikan oleh teori Copernicus.

Hampir seabad setelah teori Copernicus dirilis, ilmuwan seperti Johannes Kepler, Galileo Galilei dan Isaac Newton mampu menggunakan model heliosentris untuk membuat temuan baru.

Menurut NASA, Kepler dan Newton mengerjakan pengukuran yang tepat dari pergerakan planet-planet di sekitar matahari, sementara itu Galileo menggunakan teleskopnya untuk membuktikan teori heliosentris.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi