Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi Gaduhnya Klaim Malaysia atas Reog Ponorogo

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURSITA SARI
Pertunjukan reog Ponorogo dalam parade Momo Asian Para Games 2018 di Monas, Jakarta Pusat, Minggu (23/9/2018).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Salah satu kesenian yang identik dengan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, adalah Reog Ponorogo.

Sendratari tersebut bahkan masuk dalam nominasi tunggal untuk diusulkan sebagai warisan budaya tak benda atau Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO 2023.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, penyebutan nominasi tunggal untuk reog lantaran kesenian ini hanya ada di satu wilayah saja, yakni Kabupaten Ponorogo.

“Karena hanya ada di Ponorogo. Kalau ada reog tampil di Palu (Sulawesi Tengah) tetap disebut Reog Ponorogo, bukan Reog Palu,” katanya, diberitakan Kompas.com (27/2/2022).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, upaya “mematenkan” Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO ternyata tak hanya datang dari Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, langkah yang sama juga tengah dilakukan oleh pemerintah Malaysia.

“Untuk reog, Negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita,” ujar Muhadjir dalam keterangan tertulis, Senin (4/4/2022).

Sebagai informasi, sendratari reog di Malaysia, tepatnya di Johor dan Selangor dikenal dengan nama Tari Barongan.

Dilansir dari laman Universitas Krisnadwipayana, barongan dibawa ke Malaysia sekitar tahun 1722 oleh warga Pulau Jawa terutama yang berasal dari Ponorogo ketika sedang merantau di sana sebelum wujudnya negara Indonesia.

Berikut serba-serbi gaduh klaim Malaysia atas Reog Ponorogo:

Baca juga: Soal Reog Ponorogo, Dedi Mulyadi: Ketika Diklaim Malaysia, Baru Kita Ribut

Pemerintah diminta halangi niat Malaysia

Menanggapi niat Malaysia yang ingin mengklaim barongan yang mirip kesenian reog sebagai budayanya, Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar meminta pemerintah menghalangi dan bersikap lebih tegas.

“Tidak boleh Malaysia mengklaim reog karena ini memang asli budaya kita. Kasus ini sebenarnya sering terjadi, saya kira pemerintah harus lebih tegas lagi,” kata dia, diberitakan Kompas.com (7/4/2022).

Muhaimin pun mendorong pemerintah untuk segera menginventarisir dan menetapkan klasifikasi budaya asli Indonesia agar klaim negara lain tidak terjadi lagi.

“Setelah diinventarisir, saya minta segera daftarkan ke UNESCO,” ujar Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Baca juga: Reog Ponorogo Masuk Usulan, Ini 12 Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dari Indonesia

Tak masuk daftar prioritas

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mengirimkan empat berkas usulan warisan budaya tak benda kepada UNESCO.

Nantinya badan khusus PBB yang mengurus pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan itu akan meminta satu berkas yang menjadi prioritas.

Salah satu tim pengusul Reog Ponorogo, Prof. Hamy Wahjunianto mengatakan, surat yang dikeluarkan tim penyeleksi Kemendikbud Ristek menempatkan reog sebagai nominator teratas.

Namun secara lisan, disampaikan bahwa jamu menjadi prioritas utama yang akan diusulkan sebagai warisan budaya tak benda asal Indonesia.

“Tapi secara lisan disampaikan kalau jamu yang nomor satu,” ujar Hamy, dikutip dari laman resmi Ponorogo, Jumat (8/4/2022).

Baca juga: Kesenian Adiluhung Reog Ponorogo Dikalahkan oleh Jamu

Reog butuh proteksi

Kembali disampaikan Hamy, ada beberapa hal yang membuat reog harus masuk prioritas utama usulan warisan budaya tak benda.

“Pandemi mengancam keberlangsungan reog karena seniman jarang pentas dan perajin tidak lagi berproduksi,” kata dia.

Menurutnya, UNESCO akan mengutamakan usulan warisan budaya yang terancam punah.

“Satu-satunya yang urgen adalah reog. Tiga lainnya (jamu, tenun, dan tempe) hanya layak masuk representatif list,” jelas Hamy.

Semakin urgen, lantaran Malaysia mengajukan kesenian barongan yang meniru-niru reog sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

Baca juga: Bupati Kaget Nadiem Makarim Pilih Usulkan Jamu Dibandingkan Reog Ponorogo ke UNESCO

Bupati Ponorogo kecewa

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, menuturkan kekecewaannya terhadap Mendikbud Ristek Nadiem Makarim soal pemilihan jamu sebagai prioritas.

Ia mengatakan, peristiwa ini sebagai bukti bahwa pemerintah abai terhadap pelestarian dan pemajuan kebudayaan asli rakyat Indonesia.

“Kesenian adiluhung Reog Ponorogo menjadi satu-satunya warisan budaya yang masuk dalam prioritas pertama yang diusulkan dalam berkas usulan daftar warisan budaya tak benda yang membutuhkan perlindungan mendesak,” ujar pria yang akrab disapa Kang Giri tersebut, dikutip dari Kompas.com (9/4/2022).

Baca juga: Reog Ponorogo, Nyaris Tamat pada 1965 hingga Diklaim Negara Lain

Reog harus mendapat pengelolaan yang baik

Anggota DPR RI yang juga seorang budayawan, Dedi Mulyadi menilai, upaya Malaysia mencaplok budaya Indonesia bukan sesuatu yang aneh.

Sebab, beberapa kali Negeri Jiran tersebut memang berusaha mengklaim produk kesenian atau warisan tak benda milik Indonesia.

“Dalam pandangan saya yang sangat penting dari klaim kebudayaan adalah kita harus memiliki kesungguhan untuk mengelola kebudayaan Reog Ponorogo sebagai kekuatan budaya kita,” kata dia kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2022).

Dedi melanjutkan, sebagai bangsa besar, Indonesia selalu ribut setelah kebudayaan sendiri diklaim oleh pihak lain. Di saat sebelumnya, masyarakat malah sibuk membanggakan kesenian dan budaya bangsa lain.

“Ketika tidak ada klaim kita tidak memberikan ruang, kurang memberikan perhatian. Kita acuh pada produk kesenian kita, malah membanggakan produk kesenian bangsa lain. Ketika diklaim baru ribut. Sifat ini harus dihilangkan,” ujarnya.

Seharusnya, imbuh Dedi, mau ada klaim dari negara lain atau tidak, kesenian Reog Ponorogo harus mendapat pengelolaan yang baik dan perhatian dari pemerintah.

“Mau diklaim atau tidak, Reog Ponorogo adalah kesenian milik kita. Cara memilikinya adalah melakukan pengelolaan dengan baik, diberikan ruang berekspresi dengan baik dan diperhatikan kehidupan para senimannya,” pesan Dedi.

(Sumber: Kompas.com/Muhlis Al Alawi, Ardito Ramadhan, Farid Assifa | Editor: Robertus Belarminus, Egidius Patnistik, Farid Assifa)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi