Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Reog Ponorogo, Asal dan Sejarahnya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/oki cahyo nugroho
Kesenian Reog Ponorogo asal Indonesia akan diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritagen/ICH) ke UNESCO.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com – Pemerintah mengusulkan Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda (WBtB) kepada UNESCO, (18/2/2022).

Namun yang jadi kritikan, pemerintah Malaysia juga berencana mengajukan kesenian Reog tersebut ke UNESCO.

Hal ini membuat para seniman Reog di Indonesia turun ke jalan dan menuntut Reog segera diajukan ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pun mendukung penuh rencana pengajuan reog ke UNESCO tersebut.

“Saya mendukung penuh Reog diusulkan menjadi budaya tak benda di UNESCO. Saya upayakan supaya berhasil dan bisa menjadi kebanggaan, bukan hanya bagi masyarakat Ponorogo tapi juga seluruh Indonesia,” ujar Muhadjir, dikutip dari Kompas.id.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Kemenko PMK, Didik Suhardi mengatakan, berkas pengusulan dan kelengkapan Reog telah diterima oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Kamis (31/3/2022).

Baca juga: Serba-serbi Gaduhnya Klaim Malaysia atas Reog Ponorogo

Asal Reog Ponorogo

Sesuai namanya, Reog Ponorogo merupakan kebudayaan yang berasal dari Jawa Timur.

Reog Ponorogo adalah seni tradisional masyarakat Ponorogo yang sering dikenal sebagai Barongan.

Tarian ini menampilkan sosok topeng macan berhias bulu merak dengan ukuran yang sangat besar.

Topeng tersebut dikenakan dan ditarikan dengan gerakan meliuk-liuk.

Pertunjukan tarian Reog ponorogo sering ditampilkan di berbagai acara, seperti pernikahan dan perayaan hari jadi di beberapa kota.

Baca juga: Reog Ponorogo Masuk Usulan, Ini 12 Warisan Budaya Tak Benda UNESCO dari Indonesia

Sejarah Reog Ponorogo

Dilansir dari Kompas.com, kesenian Reog Ponorogo sudah tercatat di prasasti peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada 760 Masehi.

Tak hanya itu, kesenian Reog Ponorogo juga tertulis dalam prasasti Kerajaan Kediri pada 1045 Masehi.

Sejarah terciptanya tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda yang diciptakan masyarakat saat itu.

Terdapat beberapa versi dari sejarah yang mengisahkan terciptanya Reog Ponorogo, yakni:

Kisah Kelana Sewandana

Sejarah terciptanya tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda kisah Kelana Sewandana yang merupakan Raja Bantarangin.

Saat itu, Kelana Sewandana hendak mempersunting Dewi Sanggalangit yang merupakan putri raja di Kediri.

Kendati demikian, Kelana Sewandana harus mengalahkan singo barong yang berada di Alas Roban sebagai syarat agar bisa mempersunting Dewi Sanggalangit.

Pertarungan tersebut sempat dimenangkan oleh singo barong yang berhasil mengalahkan pasukan kuda Kelana Sewandana.

Namun, Kelana Sewandana kemudian menggunakan kedua sumping di telinganya dan menjelma menjadi dua ekor merak.

Upaya tersebut berhasil mengalihkan perhatian singo barong sehingga ia berhasil dikalahkan menggunakan Pecut Saman.

Kemenangan Kelana Sewandana berujung pada pagelaran pesta pernikahannya dengan Dewi Senggalangit.

Di acara pernikahan tersebut, terdapat singo barong dengan dua ekor merak yang bertengger di kepalanya menyerupai wujud Reog Ponorogo saat ini.

Baca juga: Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, Bagaimana Sejarah Jamu?

Ki Ageng Kutu

Ki Ageng Kutu merupakan abdi Raja Barawijaya V yang meninggalkan Kerajaan Majapahit.

Kemudian, Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan Surukebung yang digunakan untuk melatih para pemuda belajar ilmu kanurangan melalui permainan barongan.

Kendati demikian, Raja Barawijaya V menilai bahwa Ki Ageng Kutu telah berkhianat. Raja akhirnya mengutus Raden Katong untuk menyerang padepokan tersebut.

Sebagai imbalan, Raja Barawijaya V memberikan tanah perdikan di Wengker kepada Raden Katong lantaran berhasil menaklukkan Ki Ageng Kutu.

Kisah perjuangan Raden Katong tersebut akhirnya digunakan untuk menamai kesenian tarian Reog yang berasal dari Riyokun, artinya khusnul khotimah.

Namun, ada juga yang menafsirkan tarian Reog sebagai sindiran Ki Agung Kutu kepada Raja Barawijaya V lantaran tunduk kepada isterinya.

Raja Barawijaya V diibaratkan seekor macan yang ditunggangi oleh merak yang dimisalkan sebagai isterinya. Adapun penari-penarinya diibaratkan sebagai pasukan Majapahit.

(Sumber: Kompas.com/David Oliver Purba, Serafica Gischa, Editor: David Oliver Purba, Serafica Gischa)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi