KOMPAS.com - Selain bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan, perayaan Idul Fitri juga lekat dengan tradisi berbagi angpao Lebaran.
Lembaran uang kertas yang biasanya masih baru, dibagikan kepada sanak saudara, baik menggunakan amplop ataupun tidak.
Kegiatan ini khususnya dilakukan oleh anggota keluarga yang sudah bekerja atau berkeluarga kepada anggota keluarga lain yang masih lebih muda, misalnya sepupu, keponakan, cucu, dan sebagainya.
Namun, tidak semua keluarga menerapkan hal ini, karena memang bukan sesuatu yang harus dilakukan.
Baca juga: Catat, Ini Prediksi Puncak Arus Mudik dan Arus Balik Lebaran 2022
Dari mana sebenarnya tradisi ini berasal?
Sejarah angpao Lebaran
Dilansir dari Cash Matters, tradisi berbagi uang Lebaran berasal dari Abad Pertengahan.
Kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara mulai membagikan uang, pakaian, atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat pada umumnya saat hari pertama Idul Fitri.
Kemudian, pada akhir era Ottoman atau sekitar lima abad kemudian, kegiatan bagi-bagi di hari Lebaran itu kemudian mengalami perubahan, hanya dalam bentuk uang tunai dan dibagikan hanya dalam lingkup keluarga.
Tradisi inilah yang bertahan hingga hari ini.
Baca juga: Menaker Terbitkan SE Pelaksanaan THR, Berikut Kriteria, Besaran, dan Waktu Pencairannya
Apa tujuan pemberian uang Lebaran?
Ternyata, selain merupakan tradisi, kegiatan bagi-bagi uang tunai di Hari Raya merupakan satu hal yang mengandung nilai atau makna tersendiri.
Berikut adalah 3 di antaranya:
1. Mengelola keuangan pribadiDikutip dari The National News, orang dewasa memberikan sejumlah uang tunai di hari Lebaran kepada anak-anak atau saudara yang belum memiliki penghasilan, dimaksudkan agar mereka belajar mengelola uang dan menabung untuk masa depan.
Meskipun saat ini banyak juga hadiah Lebaran yang tak lagi berupa uang tunai, namun berupa gadget seperti ponsel, game console, dan sebagainya.
Hal itu disampaikan oleh asisten profesor Ilmu Politik di Departemen Studi Internasional American University of Sharjah, Sammy Badran.
“Ada orangtua yang menjadikan tradisi berbagi uang ini sebagai cara untuk mengajarkan anak tentang pengelolaan uang dan menabung untuk masa depan,” jelas Sammy.
Dengan banyaknya uang yang dimiliki ketika momen Lebaran tiba, anak-anak akan dihadapkan pada beragam pilihan, apakah akan membelanjakan uang-hang pemberian tersebut, menyimpannya, atau menggunakan untuk keperluan lain.
Ini adalah pelajaran tentang tanggung jawab pengelolaan keuangan pribadi.
Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?
2. HadiahSelain itu, uang Lebaran juga banyak yang mengartikan sebagai bentuk penghargaan atau hadiah dari orangtua kepada anak-anaknya yang telah mencoba menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, misalnya puasa dan shalat tarawih.
Pemberian ini diharapkan membuat anak merasa usahanya terapresiasi sehingga termotivasi untuk melaksanakan ibadah serupa di Ramadhan yang akan datang.
3. Mengajarkan berbagiTerakhir, memberikan uang Lebaran juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak-anak terkait perbuatan berbagi kepada sesama.
Jadi, ketika nanti ia besar dan sudah memiliki penghasilan sendiri, ia juga akan mencontoh hal serupa, berbagi kepada orang lain, entah dalam momentum Lebaran atau bukan.
Lebih spesifik, berbagi yang ingin dituju sebenarnya adalah konteks zakat.
Anak-anak diharapkan akan memahami bahwa dalam rukun Islam ada salah satu kewajiban yang harus ditunaikan seseorang Muslim ketika memasuki Idul Fitri, yakni membayar zakat.
Baca juga: Cara Membayar Fidiah dan Waktu yang Tepat untuk Menyalurkannya