Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komunitas Kajian Bahasa
Bergabung sejak: 13 Apr 2022

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) adalah himpunan profesi yang menghimpun bahasawan, dosen, guru, mahasiswa, peneliti, maupun pengamat bahasa atau siapa saja yang tertarik dengan kajian bahasa dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.

Kaum Muda dan Nasib Bahasa Daerah Kaltim di Ibu Kota Nusantara

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Ahmad Riyadi
Titik Nol IKN Nusantara ramai dikunjungi masyarakat yang ingin melihat secara langsung lokasi yang akan dijadikan Pusat Pemerintahan itu.
Editor: Egidius Patnistik

Oleh: Muhammad Sarip dan Nabila Nandini*

PEMINDAHAN ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) menghadirkan sejumlah tantangan bagi kultur lokal. Apakah tradisi bahasa daerah sebagai unsur utama budaya lokal bakal tereliminasi? Masihkah generasi muda di provinsi yang bersemboyan Ruhui Rahayu ini mengenal bahasa daerah? Bagaimana masa depan bahasa ibu di timur Pulau Kalimantan?

Pindahnya IKN lebih dari sekadar wacana di ruang perbincangan publik. Payung hukum sekaligus legitimasi politiknya sudah ada. DPR mengesahkan Undang-Undang IKN pada 18 Januari 2022. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyusul dengan tanda tangannya pada lembaran UU IKN yang diberi nomor 3 pada 15 Februari 2022.

Sebulan kemudian (14 Maret 2022), seremoni spiritual dilakukan di titik nol ibu kota baru yang diberi nama Nusantara. Presiden menyatukan 34 tanah dan air yang dibawa oleh 34 gubernur provinsi seluruh Indonesia sebagai simbolisasi persatuan mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara.

Baca juga: Bahasa Banjar: Asal, Percakapan Sehari-hari, dan Arti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain mendapat dukungan, program pemindahan IKN juga menuai polemik. Ada yang mengkhawatirkan potensi bahaya bagi kebudayaan lokal Kaltim. Narasi tergusur dan di ambang kepunahan yang sebelumnya tersemat pada etnik Betawi di Jakarta, dikhawatirkan menimpa pula suku-suku asli di Kaltim. Peminggiran terhadap komunitas lokal berarti turut menyingkirkan unsur-unsur kebudayaan lokal, termasuk bahasa daerahnya.

Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Kaltim mempunyai semboyan yang dicantumkan dalam lambang provinsi. Semboyan Kaltim menggunakan bahasa Banjar, “Ruhui Rahayu”, yang bermakna rukun-damai dan tenteram-harmonis.

Banjar merupakan satu dari suku asli Kaltim yang bahasanya efektif dikomunikasikan masyarakat multietnis. Penutur bahasa Banjar tidak hanya komunitas Banjar, melainkan juga sebagian orang Kutai, Dayak, Paser, Berau, serta para pendatang dari Jawa, Sulawesi, Sumatra, dan pulau-pulau lainnya.

Bahasa Banjar

Secara khusus di ibu kota Kaltim, yakni Samarinda, bahasa Banjar Samarinda diidentifikasikan sebagai subdialek bahasa Melayu. Informasi ini terdapat dalam Peta Bahasa yang disusun Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tidak hanya komunikasi vokal, ungkapan khas bahasa Banjar juga lazim dipakai dalam teks-teks akun portal berita di media sosial yang berbasis di Samarinda. Ada pula sebuah koran cetak harian yang terbit sejak 1999, tiap hari memuat rubrik cerita humor berbahasa Banjar. Padahal secara statistik, etnis Banjar bukanlah kaum mayoritas di Samarinda dan Kaltim.

Kuantitas pendatang dari luar Kalimantan bahkan lebih dominan di Kaltim.
Bahasa Banjar selain sebagai bahasa ibu, juga merupakan bahasa pergaulan (lingua franca) di ibu kota Kaltim. Penggunaannya di lingkungan keseharian masyarakat dilakukan oleh lintas generasi dan lintas etnis.

Bahasa Banjar konsisten menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi lama kepada generasi muda. Nasib bahasa daerah Banjar di Kaltim relatif cukup lestari karena ditopang oleh kuantitas penuturnya secara lisan dan tertulis yang lebih banyak ketimbang demografis orang Banjar itu sendiri.

Baca juga: Indonesia Negara Kedua dengan Bahasa Daerah Terbanyak, Negara Mana yang Pertama?

Riset Hapip empat dekade silam mengungkapkan, ada kesadaran tak tertulis pada orang-orang non-Banjar di Kalimantan untuk mempelajari dan menguasai bahasa Banjar (1981: 14). Realitas ini merupakan hal yang positif. Ini juga selaras dengan analisis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2019 dalam presentasi pemindahan IKN, bahwa IKN di Kaltim memiliki dampak negatif yang minimal terhadap komunitas lokal.

Pada 2021 instansi pemerintah bidang bahasa di daerah menyelenggarakan program seleksi naskah cerita rakyat berbahasa Indonesia dan berbahasa daerah. Hasilnya, ada 31 naskah terkumpul dari masyarakat. Bahasa daerah yang digunakan utamanya berbahasa Banjar Samarinda, disusul bahasa Kutai, Paser, Tidung, Berau, Kenyah, dan Benuaq (Kemdikbud.go.id, 24 Oktober 2021). Dari data ini tampak bahwa bahasa Banjar Samarinda tergolong bahasa lokal yang relatif paling bisa diamankan dari risiko kepunahan.

Samarinda sendiri merupakan satu dari kota penyangga IKN Nusantara. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memberikan predikat Samarinda sebagai jantung pusat sejarah Kalimantan Timur (2021: 11).

Kota tepian Sungai Mahakam itu merupakan episentrum dan tumpuan bagi pelestarian nilai sejarah dan budaya di Kaltim. Namun, ketika ada wacana memformalkan pelajaran bahasa daerah di sekolah, ini juga perlu dikritisi.

Formalisasi bahasa daerah dalam muatan lokal makin menambah beban pelajar dan cenderung kurang efektif dalam pelestarian bahasa daerah. Para siswa di level pendidikan dasar dan menengah tidak diarahkan menjadi ahli linguistik.

Langkah penting pelestarian bahasa daerah bagi generasi muda adalah dengan tetap menjaga rasa kebanggaan berbahasa daerah. Bahasa Banjar Samarinda sampai masa mutakhir lestari tanpa adanya muatan lokal pelajaran bahasa daerah di sekolah. Bahasa ini terpelihara karena dipergunakan oleh sebagian guru secara fleksibel sebagai bahasa pengantar pembantu dalam mengajar.

Hal ini sesuai dengan satu dari fungsi bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran (Chaer & Agustina, 2010: 226). Selain itu, bahasa Banjar termasuk ragam kasual dan ragam akrab dalam percakapan kaum muda, walaupun frasa dan ungkapannya dikombinasikan dengan bahasa Indonesia.

Kaum muda profesional dari Kaltim yang mampu berbahasa daerah merupakan privilese tersendiri. Kearifan lokal tetap hadir dalam menyongsong IKN baru.

* Kedua penulis adalah pengurus Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi