Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi dan konsultan komunikasi
Bergabung sejak: 6 Mei 2020

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Hikmah Kebijaksanaan dari Batu, Jawa Timur, untuk Sri Lanka

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO/ISHARA S. KODIKARA
Warga mengantre membeli minyak tanah untuk keperluan rumah tangga di sebuah SPBU di Colombo, Sri Lanka, pada 17 Maret 2022.
Editor: Egidius Patnistik

Kelaparan adalah burung gagak

yang licik dan hitam

Jutaan burung-burung gagak
bagai awan yang hitam

O Allah!
Burung gagak menakutkan
dan kelaparan adalah burung gagak
Selalu menakutkan
kelaparan adalah pemberontakan
adalah penggerak gaib
dari pisau-pisau pembunuhan
yang diayunkan oleh tangan-tangan orang miskin

Kelaparan adalah batu-batu karang
di bawah wajah laut yang tidur
adalah mata air penipuan
adalah pengkhianatan kehormatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WS Rendra begitu epik menggambarkan kelaparan sebagai wujud burung gagak dalam “Sajak Orang Lapar”. Burung-burung gagak beterbangan mencari mangsa untuk mengganjal perutnya yang lapar. Aum gagak begitu menyeringai, menjadi penanda kelaparan yang sangat.

Saya tidak bisa membayangkan derita kehidupan warga Sri Lanka yang susah mendapatkan makanan, berjuang mendapatkan bahan bakar, kurangnya pasokan listrik dan sulitnya mendapatkan pekerjaan. Obat-obatan juga jarang didapat di pasaran dan layanan rumah sakit menjadi lumpuh. Rakyat marah dan begitu frustasi.

Selama beberapa bulan, warga Sri Lanka telah mengalami antrean panjang untuk membeli bahan bakar, makanan, dan obat-obatan. Sebagian besar komoditi tersebut diimpor dan harus dibayar dengan mata uang keras.

Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka

Pasokan yang pertama menghilang dari toko adalah susu bubuk dan gas untuk memasak. Kemudian diikuti oleh kekurangan bahan bakar yang mengganggu transportasi dan menyebabkan pemadaman listrik bergilir berlangsung beberapa jam sehari sejak Februari silam. Rakyat berontak karena menahan lapar.

Usai dihantam pagebluk selama dua tahun terakhir ini, kondisi kehidupan rakyat Sri Langka begitu terseok-seok. Sektor pariwisata yang menjadi andalan negeri di belahan selatan Asia tersebut juga terdampak.

Krisis Sri Lanka berawal di akhir Maret 2022 ketika ratusan pengujuk rasa menyatroni rumah Presiden Gotabaya Rajapaksa dan menuntut presiden supaya “lengser keprabon madeg pandito” saja. Situasi kaos yang berlarut-larut menyebabkan pemerintah menerapkan darurat nasional.

Teranyar, Sri Lanka menyatakan “bangkrut” akibat gagal bayar utang luar negeri 51 milar dollar AS atau setara Rp 732 triliun pada Selasa (12/4/2022). Tingkat krisis terjadi ketika Sri Lanka tidak dapat membayar impor bahan pokok karena utangnya yang besar dan cadangan devisa yang terus berkurang. Cadangan devisa negara yang dapat digunakan hanya kurang dari 400 juta dollar AS.

Salah urus negara akibat salah “pilih” rakyat di pemilu menjadi terbukti di negara yang merdeka di tahun 1948 itu ketika sang Presiden bertautan dengan adiknya yang menjadi perdana menteri, Mahinda Rajapaksa. Sementara Menteri Olahraga Namal Rajapaksa adalah ponakan presiden sedangkan Menteri Keuangan Basil Rajapaksa dan Menteri Irigasi Chamal Rajapaksa juga bertalian darah dengan sang presiden.

Kabinet hasil koalisi menyatakan tidak sanggup mengatasi keadaan dan 26 menteri mengundurkan diri secara “masal” pada 3 April 2022. Seperti memanfaatkan momentum bulan Ramadhan, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa meminta rakyatnya yang marah karena krisis ekeonomi yang parah untuk tetap sabar (Kompas.com, 14/04/2022).

Baca juga: China Disebut jadi Pemicu Krisis Ekonomi Sri Lanka, Benarkah?

Diaspora Sri Lanka yang berada di luar negeri, diminta pemerintah sudi kiranya mengirimkan uang ke negaranya agar bisa membantu 22 juta rakyat yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Hanya saja para warga negara Sri Lanka yang tengah bekerja di luar Sri Lanka “ogah” mentransfer uang ke negara karena sudah tidak percaya lagi dengan kelakuan busuk politisi yang sudah membuat negara “awut-awutan” (Kompas.com, 14/04/2022).

Hikmah pembelajaran dari Sri Lanka

Dari kejadian di Sri Lanka kita bisa mengambil hikmah kebijaksanaan mengenai tata pemerintahan yang berpusat kepada kroni dan kekuasaan “keluarga” tanpa batas serta tanpa kontrol, bisa menyebabkan negara bangkrut.

Salah urus negara dengan pinjaman luar negeri yang ugal-ugalan, tanpa melihat dampak jangka panjang jika tidak bisa bayar pinjaman, menjadikan Sri Lanka masuk dalam jebakan dan jeratan pengutang. Dalam hal ini China menjadi “rentenir” tanpa ampun bagi Sri Lanka.

Seorang pemimpin sejati, tidak goyah akan bujukan atau laporan “asal bapak senang” dari para pembantunya. Seorang pemimimpin tahu, kapan dia harus mengakhiri jabatannya dan menolak perpanjangan jabatan yang melanggar konstitusi.

Beruntunglah kita, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki ketegasan untuk tidak menggubris wacana yang digaungkan para pembantu di inner circle-nya yang begitu “getol” menggulirkan wacana perpanjangan jabatan presiden tiga periode.

Soal hutang negara, saya yang tuna pengetahuan keuangan dan fiskal hanya berharap agar utang yang dilakukan berbagai rezim tidak menyulitkan kehidupan anak, cucu atau cicit kita kelak. Tragedi kebangkrutan yang melanda Sri Lanka dan menyusul Maladewa serta beberapa negara di Afrika hendaknya menjadi pelajaran dan warning bagi kita semua.

Bank Indonesia per Februari 2022 masih mencatat posisi utang luar negeri Indonesia mencapai 416,3 miliar dollar AS. Di antaranya, utang pemerintah sebesar 201,1 miliar dollar AS dan sisanya utang sektor swasta. Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menjanjikan terus menjaga penerbitan utang terus terkendali agar tidak gagal bayar seperti yang dialami Sri Lanka (Kompas.com, 14/04/2022).

Ketergantungan Sri Lanka akan barang-barang kebutuhan pokok dari hasil impor hendaknya menjadi pelajaran bagi kita untuk terus menggalakkan swasembada pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Kedelai sebagai bahan baku tempe, akan terdengar konyol jika masih didatangkan dari luar negeri. Minyak goreng yang berbahan baku sawit, juga lucu jika kita masih mengalami kelangkaan.

Keberpihakan terhadap produk dalam negeri seperti alat produksi pertanian atau alat-alat kesehatan yang notabene bisa kita buat dengan kualitas dan harga bersaing, justru tidak dijadikan pilihan tetapi malah menggunakan produk luar negeri. Andai saja devisa yang digunakan untuk belanja barang dari luar dialihkan untuk membelanjakan produk buatan dalam negeri sendiri sendiri maka daya ungkit ekonomi di masyarakat ikut terimbas. Rakyat kita tidak kelaparan tetapi akan sejahtera loh jinawi.

Lihat Foto
Ari Junaedi
Wali Kota Batu, Jawa Timur, Dewanti Rumpoko, memberikan santunan untuk anak yatim piatu, janda, duafa, takmir dan marbot masjid di Desa Tanggulrejo, Bumiayu, Batu, Kamis (14/4/2022)
Hikmah kebijaksanaan dari Batu

Sebelum menggelar kegiatan rutin safari Ramadhan berupa pemberian santunan untuk anak-anak yatim piatu, janda dan duafa di Desa Tulungrejo dan Desa Sumbergono di Kecamatan Buamiayu, Kota Batu, Jawa Timur hari Kamis (14/4/2022), saya terhenyak dengan ungkapan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko.

Seperti bertolak belakang dengan hasil survei yang dilakukan Nusakom Pratama beberapa waktu lalu mengenai tingkat kepuasan warga yang masih tinggi dan tingkat keterpilihan kembali Dewanti Rumpoko sebagai wali kota di pemilu serentak mendatang cukup besar, Dewanti malah memilih “tidak maju” lagi sebagai orang nomor 1 di Kota Batu yang dikenal sebagai kota wisata. Dewanti Rumpoko bersama Punjul Santoso memenangi Pilwali Batu di 2017 dan akan berakhir jabatan di akhir 2022 ini.

Baca juga: Nama Wali Kota Batu Muncul Dalam Dakwaan Eddy Rumpoko, Disebut Pernah Terima Gratifikasi

Pernyataan Dewanti seperti menjadi anomali di jagat politik Tanah Air kita mengingat “jerat” kekuasaan biasanya terus berputar di ranah keluarga setelah menjabat dua periode kepemimpinan. Padahal Dewanti baru kali pertama menjabat wali kota dan warga Batu puas dengan kepemimpinannya.

“Harus diakui, umur dan keterbatasan fisik di usia kepala enam membuat tenaga dan pikiran terkuras untuk all out menjalankan roda pemerintahan daerah. Idealnya kepala daerah di level kabupaten atau kota berusia muda agar bisa menapak di jenjang provinsi di usia dewasa dan matang jika menjadi pemimpin nasional. Pemimpin harus tahu kapan dia harus mundur dan kapan memberikan kesempatan untuk anak muda.” (Dewanti Rumpoko – Walikota Batu).

Dari Batu kita mengambil pelajaran akan sikap kenegarawanan dari seorang Dewanti Rumpoko. Menjadi pemimpin tidak boleh menggunakan “aji mumpung” walau kesempatan sangat terbuka lebar. Tidak terlena oleh bujuk rayu para pembantunya dan tidak lupa diri karena pujian (sebagian) rakyatnya.

Andai saja para pemimpin negeri Sri Lanka bisa bertandang ke Batu, tidak saja berwisata sembari memetik buah apel tetapi juga menjumput makna kepemimpinan yang hakiki; Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondho. Menyerang tanpa membawa teman, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa mengandalkan kekuasaan, kekayaan, kekuatan, atau keturunan. Dan kaya tanpa didasari banyaknya materi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi