Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Sri Lanka, Mengapa Suatu Negara Bisa Gagal Bayar Utang dan Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/ERANGA JAYAWARDENA
Protes mahasiswa Sri Lanka memblokir jalan raya menuntut pemerintah mundur selama jam malam di Colombo, Sri Lanka, Minggu, 3 April 2022.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sri Lanka mengumumkan gagal membayar utang luar negeri (default) senilai 51 miliar dollar AS atau setara Rp 732 triliun, Selasa (12/4/2022).

Ini terjadi di tengah krisis ekonomi yang mengguncang Sri Lanka dan protes luas menuntut pengunduran diri pemerintah.

Kementerian keuangan Sri Lanka mengatakan, negara itu gagal membayar semua kewajiban eksternal, termasuk pinjaman dari pemerintah asing, menjelang dana talangan Dana Moneter Internasional.

"Pemerintah mengambil tindakan darurat hanya sebagai upaya terakhir untuk mencegah penurunan lebih lanjut dari posisi keuangan republik," kata sebuah pernyataan dari kementerian, dikutip dari AFP.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sederet BUMN yang Punya Utang Segunung, dari Garuda hingga PLN

Mengapa gagal bayar utang bisa terjadi?

Meskipun negara yang gagal bayar utang relatif jarang, beberapa dapat dan secara berkala melakukan default atas utang negara mereka.

Ini terjadi ketika pemerintah suatu negara tidak mampu atau tidak mau membayar kreditur.

World Economic Forum mencatat, sebanyak 147 pemerintah telah gagal membayar utang sejak 1960.

Baca juga: Resesi Ekonomi, Mengenal Apa Itu IMF, dan Perannya dalam Perekonomian Global...

Dana Moneter Internasional (IMF) menggambarkan gagal bayar utang atau default dalam istilah sederhana sebagai janji yang rusak atau pelanggaran kontrak.

Ketika pemerintah meminjam uang dari kreditur asing dan domestik, secara kontraktual wajib membayar bunga atas pinjaman tersebut.

Jika pembayaran tidak terjawab, ini digambarkan sebagai default.

Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...

Kendati demikian, negara-negara yang default seringkali dapat meminjam lagi dengan cepat.

Akan tetapi, default dapat menimbulkan biaya ekonomi yang lebih parah dalam jangka pendek.

Penyebab umum dari gagal bayar utang negara termasuk stagnasi ekonomi, ketidakstabilan politik, dan salah urus keuangan, dikutip dari Investopedia.

Baca juga: Memahami Alasan Serius di Balik Bangkrutnya Sri Lanka

Dampak gagal bayar utang

Negara-negara yang gagal membayar utangnya mungkin mengalami kesulitan meminjam lagi.

Mereka kemungkinan juga harus membayar tingkat bunga yang lebih tinggi jika mereka mendapat kesempatan.

Kondisi ini lebih rumit daripada gagal utang perusahaan, karena aset dalam negeri tidak dapat disita untuk membayar kembali dana.

Baca juga: Sri Mulyani Yakin Utang Negara Bisa Dibayar Lewat Pajak, Ini Kata Ekonom...

Sebaliknya, persyaratan yang utang akan dinegosiasikan ulang seringkali meninggalkan pemberi pinjaman dalam situasi yang tidak menguntungkan, bahkan kerugian total.

Oleh karena itu, dampak default dapat secara signifikan lebih luas, baik dalam hal dampaknya terhadap pasar internasional maupun pengaruhnya terhadap populasi negara tersebut.

Negara yang gagal bayar dapat dengan mudah jatuh ke dalam kekacauan, sehingga dapat menjadi bencana bagi jenis investasi lain di negara penerbit.

Baca juga: Cara Menagih Utang kepada Teman Tanpa Merusak Pertemanan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 10 negara dengan utang luar negeri tertinggi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi