Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meteor Antarbintang Pertama yang Menabrak Bumi Jatuh di Papua Nugini

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi meteor jatuh ke Bumi
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Baru-baru ini terungkap fakta bahwa meteor antarbintang yang pertama kali menabrak Bumi jatuh di Papua Nugini pada 2014 lalu.

Informasi ini baru terungkap setelah dua peneliti mempublikasikan makalah mereka. Selama ini mereka kesulitan untuk menerbitkannya.

Dilansir CBS News, Jumat (15/4/2022), para peneliti itu adalah Dr. Amir Siraj dan Dr. Abraham Loeb dari Departemen Astronomi Universitas Harvard.

Para ilmuwan kesulitan menerbitkan makalah, karena mereka menggunakan informasi rahasia dari pemerintah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para peneliti awalnya percaya bahwa objek antarbintang pertama yang terdeteksi di tata surya ini ditemukan pada Oktober 2017. Objek itu bernama 1I/Oumuamua.

Itu digambarkan sebagai bentuk "pemadam api merah muda raksasa" dan terlihat oleh teleskop Pan-STARRS di Hawaii.

Tetapi setelah Siraj dan Loeb mempelajari Oumuamua lebih lanjut, mereka baru menyadari bahwa bola api Pulau Manus yang jatuh pada 2014 merupakan meteor antarbintang pertama yang menabrak Bumi.

Objek luar angkasa apa pun yang bergerak lebih dari 42 kilometer per detik mungkin berasal dari ruang antarbintang.

Siraj mengatakan data menunjukkan meteor di Pulau Manus 2014 menghantam atmosfer Bumi dengan kecepatan sekitar 45 kilometer per detik.

Baca juga: 7 Fenomena Astronomi Bulan April 2022, Akan Ada Hujan Meteor!

Setelah penelitian lebih lanjut dan bantuan dari ilmuwan lain, termasuk informasi rahasia dari pemerintah tentang keakuratan atau tingkat presisi data, Siraj dan Loeb menentukan dengan kepastian 99,999% bahwa objek itu adalah antarbintang.

Tetapi makalah mereka tentang temuan itu ditolak, karena mereka hanya melakukan percakapan pribadi dengan pegawai pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya untuk mengonfirmasi keakuratan data.

Kemudian makalah mereka sampai ke tangan yang tepat. Matt Daniels, yang saat itu bekerja untuk Kantor Menteri Pertahanan, membaca makalah tersebut dan membantu para peneliti mendapatkan konfirmasi resmi dari pemerintah.

Konfirmasi itu didapat dari Letnan Jenderal John Shaw, wakil komandan Angkatan Luar Angkasa AS, dan Joel Mozer, kepala ilmuwan dari Komando Operasi Luar Angkasa.

"Tiga tahun setelah penemuan asli kami, objek pertama yang berasal dari luar tata surya yang diamati menabrak Bumi (meteor antarbintang pertama yang diketahui) telah diakui secara resmi," tulis Siraj.

Baca juga: NASA Mengonfirmasi Inti Komet Terbesar, Ini Jaraknya dari Bumi

Meteor antarbintang Papua Nugini

Dilansir Scientific American, pada 8 Januari 2014 pukul 17:05:34 UT, sebuah batu dari luar angkasa melesat melintasi langit di lepas pantai Pulau Manus, Papua Nugini.

Batu itu terbakar dengan energi yang setara dengan sekitar 110 metrik ton TNT. Hujan puing-puingnya masuk ke kedalaman Samudra Pasifik.

Meteor biasa memasuki atmosfer Bumi, akan tetapi yang tidak biasa dari meteor ini adalah kecepatannya yang sangat tinggi, arahnya yang tidak biasa sehingga bertemu planet ini, serta asalnya dari ruang antarbintang.

Sensor pada satelit rahasia pemerintah AS yang dirancang untuk mendeteksi peluncuran rudal asing adalah satu-satunya saksi bola api tersebut.

Karena kerjasama dari Departemen Pertahanan AS dan NASA, akhirnya data yang menggambarkan peristiwa tersebut dibagikan ke database publik oleh Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS).

Peneliti Amir Siraj terlibat dalam penelitian tentang meteor ini pada April 2019. Saat itu penasihat akademisnya di Harvard, ahli astrofisika Avi Loeb, membawa katalog bola api CNEOS kepadanya.

Kemudian sekitar 8 bulan mereka mempelajari Oumuamua, objek yang diidentifikasi pada Oktober 2017 sebagai objek antarbintang (objek dari luar tata surya) pertama yang masuk ke tata surya.

Namun mereka kemudian mempertimbangkan kemungkinan adanya meteor lain yang lebih dulu datang ke Bumi, yaitu bola api Pulau Manus 2014.

Setelah mempelajari kecepatan meteor itu, disimpulkan bahwa bola api tersebut adalah yang pertama kali menghantam Bumi.

Baca juga: Edwin Hubble, Tokoh Astronomi yang Berjasa di Bidang Kosmologi

Sifat antarbintang objek 2014 itu membawa konsekuensi yang menarik. Menurut Siraj, ada kemungkinan lebih banyak meteor antarbintang yang dapat ditemukan.

Kecepatannya yang relatif tinggi menunjukkan bahwa meteor itu bisa saja dikeluarkan dari jauh di dalam sistem planet lain, yang relatif dekat dengan bintangnya.

Hal itu mengejutkan karena sebagian besar objek antarbintang justru berasal dari daerah circumstellar yang jauh di mana kecepatan lepasnya lebih rendah, yaitu awan komet yang ada di pinggiran banyak sistem bintang.

Penyelidikan lebih lanjut dari sifat yang diamati dari meteor 2014 dapat mengungkapkan wawasan baru tentang lingkungan antarbintang lokal.

Mengamati meteor antarbintang yang terbakar secara real time akan memungkinkan untuk mempelajari komposisinya, menghasilkan wawasan baru tentang kimia sistem planet lain.

Saat ini Siraj bekerja sama dengan Alan Stern, penyelidik utama misi New Horizons NASA, sedang mengembangkan konsep misi luar angkasa ke beberapa objek antarbintang di masa depan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi