Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi dan konsultan komunikasi
Bergabung sejak: 6 Mei 2020

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Tembok: Yang Dihancurkan dan yang Menyengsarakan

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
Tembok Benteng Keraton Kartasura di Kampung Krapyak Kulon RT 002/RW 010, Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah yang dijebol telah diberi garis polisi.
Editor: Sandro Gatra

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun tirani harus tumbang!

Puisi “bunga dan Tembok” yang ditulis Wiji Thukul ini begitu lugas menyebut kebengisan rezim Soeharto.

Wiji yang “dilenyapkan” karena kekritisannya bersama 12 aktivis di episode gelap bangsa ini di antara 1997 – 1998, begitu mengasosiasikan rezim dengan padanan tembok.

Bisa jadi memang tembok secara fisik “memisahkan” antara kanan dan kiri. Menjadi penyekat antara yang setuju dan yang menentang.

Akan tetapi, kekuatan dan keangkuhan sebuah tembok suatu saat akan runtuh jua walau lewat biji bunga-bunga liar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dan Wiji telah membuktikan hal itu walau keberadaannya hingga kini raib tanpa kejelasan.

Tembok dalam kilasan sejarah umat manusia, memiliki makna yang harfiah. Tembok dibangun untuk menghindari serangan dari musuh.

Tembok Besar China tidak hanya tentang rangkaian tembok dan benteng kuno. Tembok Besar adalah simbol China yang paling dikenal dan memiliki sejarah yang terentang lama.

Dibangun era Kaisar Qin Shi Huang pada abad ke tiga sebelum masehi sebagai cara untuk mencegah serangan dari nomaden barbar.

Kaisar pertama China yang bersatu di bawah Dinasti Qin, yakni Qin Shi Huang di sekitar tahun 220 SM menitahkan agar benteng-benteng yang ada sebelumnya diratakan.

Sejumlah tembok yang ada di sepanjang perbatasan utara digabung menjadi satu sistem tunggal yang melindungi China dari serangan arah utara.

Sekitar 400.000 orang tewas selama proses pembangunan China Great Wall, malah banyak yang terkubur di dalam tembok itu sendiri.

Pekerjanya kebanyakan dari laskar tentara, narapidana dan rakyat jelata (Kompas.com, 04/11/2021).

Hingga saat ini, Tembok Besar China diakui sebagai salah satu prestasi arsitektur paling mengesankan dalam sejarah peradaban umat manusia.

UNESCO sejak tahun 1987 menetapkan Tembok Besar China sebagai warisan dunia

Tembok Berlin dibangun karena perbedaan ideologi

Berdirinya Tembok Berlin tidak terlepas dari adanya polarisasi ideologi Blok Barat yang kapitalis dan ideologi Blok Timur yang komunis.

Pasca-Perang Dunia II, Jerman terbelah dua karena pembagian pihak Sekutu. Bagian Timur dikuasai rezim boneka Uni Sovyet yang pada akhirnya mengalami keambrukan ekonomi dan menimbulkan eksodus warga ke Jerman Barat.

Sementara Jerman Barat dikuasai rezim yang beraliran kapitalis.

Banyaknya warga Jerman Timur yang eksodus ke Jerman Barat membuat pemimpin Jerman Timur Wilhem Pieck memutuskan untuk menutup perbatasan tahun 1952.

Hingga akhir 1950-an tercatat ada tiga juta warga Jerman Timur yang kabur ke Jerman Barat.

Untuk mencegah aliran eksodus semakin membesar, tanggal 13 Agustus 1961, dibangunlah penghalang menggunakan pagar berduri agar tidak ada lagi warga Jerman Timur yang kabur melarikan diri.

Dua minggu berikutnya, dibangunlah tembok beton sepanjang 140 kilometer yang dikenal dengan julukan Tembok Berlin.

Keberadaan Tembok Berlin tidak menyurutkan semangat pembelot Jerman Timur untuk menyeberang ke Jerman Barat.

Sepanjang periode 1961 – 1989, tembok Berlin menjadi simbol perang dingin antara Jerman Timur dan Jerman Barat.

Demonstrasi yang memuncak karena perekonomian yang memburuk di Uni Sovyet dan Jerman Timur serta menguatnya angin keterbukaan membuat Tembok Berlin runtuh.

Reunifikasi kedua Jerman di 3 Oktober 1990, menjadi penanda satu tahun runtuhnya Tembok Berlin (Kompas.com, 21/02/2022).

Perobohan Tembok Keraton Kartasura

Publik begitu terperangah dengan sikap pemilik lahan yang begitu abai dengan nilai-nilai kesejarahan di Sukoharjo.

Betapa tidak, dengan alasan akan mendirikan tempat kost sewaan, pemilih lahan tega membongkar tembok benteng peninggalan Keraton Kartasura di Kampung Krapyak, Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Tembok yang berusia tiga abad itu sudah didaftarkan untuk menjadi cagar budaya dan masih dalam proses penetapan.

Walau sudah merusak tembok bersejarah sepanjang 5 meter, tak urung vandalisme ini disesalkan banyak pihak.

Untungnya proses perusakan lebih lanjut bisa dicegah dan pelakunya diancam dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa perusakan cagar budaya dapat dikenakan sanksi penjara ataupun denda (Kompas.com, 24/04/2022).

Rendahnya kesadaran pemilik lahan serta adanya dukungan dari pengurus rukun tetangga yang merasa keberadaan tembok benteng Keraton Kartasura hanya menjadi beban keuangan lingkungan karena membutuhkan perawatan kebersihan, harusnya tidak boleh terjadi.

Bisa jadi, unsur pemangku kepentingan baik Pemerintah Kabupaten Sukoharjo atau Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah kurang memberikan perhatian dan sosialisasi kepada warga.

Keberadaan artefak bersejarah harusnya tetap lestari karena menyangkut kilas sejarah perjalanan bangsa ini.

Kuno bukan berarti kumuh dan kotor. Justru menghargai peninggalan sejarah adalah wujud dari kemajuan pikir warganya.

Hidup berdampingan dan merawat peninggalan bersejarah malah mendatangkan potensi ekonomi jika dikelola dengan benar dan baik.

Atas alasan modernisasi, perobohan bangunan-bangunan lama – baik yang dikategorikan cagar budaya atau bukan – terus berlangsung dengan masif di berbagai daerah.

Ketidakmampuan pemerintah daerah dan pusat untuk membeli atau mengambil alih menjadi bukti kelemahan pemerintah dalam mengamankan aset-aset bersejarah.

Andai saja konsep pengelolaan rest area bekas pabrik gula Banjaratma di ruas tol Pejagan – Pemalang bisa diterapkan untuk pengelolaan cagar budaya atau non cagar budaya tetapi memiliki nilai kesejarahan yang unik bisa diterapkan di banyak daerah.

Rest area Banjaratma KM 260B dulunya adalah bekas pabrik gula NV Caultuurmaatschappij yang didirikan tahun 1908.

Tempat peristirahatan ini kini menjadi tempat “ngaso” favorit bagi pelintas jalan tol.

Usaha UMKM dan jaringan kuliner waralaba bisa tumbuh sementara kelestarian dan perawatan area heritage bisa terjaga dengan baik.

Jika kita berkesempatan ke Madiun atau Jombang, Jawa Timur, begitu banyak bekas-bekas pabrik gula peninggalan kolonial yang mangkrak dan tidak terawat.

Andai saja dikelola dengan baik, luasan ruang bisa dijadikan untuk ruang promosi UMKM, caffee, galeri seni atau co-working space.

Dikelola dengan manajemen modern tetapi tidak merusak keaslian bangunan. Hasil pengelolaan area heritage bisa digunakan untuk perawatan bangunan.

Tembok sekolah yang menyengsarakan warga

Jika Tembok Berlin dalam skala yang lebih besar dihancurkan, kita sekarang ini begitu “getol” membangun tembok dengan alasan keamanan dan kebersihan.

Pembangunan tembok SMKN 69 Jakarta justru menutup akses jalan puluhan rumah di wilayah RT 011 RW 007 Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Demi bisa keluar dari rumahnya sendiri ke jalan umum, Bresman Marbun (69) salah satu warga yang terdampak terpaksa harus melewati kamar mandi dan dapur tetangga.

Menurut dia, ada 10 rumah yang terdampak pembangunan tembok SMKN 69.

Dinas Pendidikan DKI Jakarta menganggap pembangunan tembok SMKN 69 tidak ada yang salah karena lahan tersebut milik sekolahan.

Soal warga yang kesulitan karena aksesnya terblokir, pihak dinas berpendapat warga bisa menggunakan jalan yang lain.

Menilik silang sengkarut antara kepentingan pembangunan tembok sekolah dengan kepentingan warga, sepertinya tidak berjalan yang namanya musyawarah untuk mencari titik temu.

Masing-masing pihak selalu mengedepankan kepentingannya – terutama pihak yang berkuasa – dengan mengabaikan kepentingan pihak yang lemah.

Saya jadi teringat dengan kawasan perkantoran Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Akses warga perkampungan padat Kampung Makassar yang berada di belakang BKKBN diberi pintu masuk yang dibuka dan ditutup di waktu tertentu.

Warga bisa menunaikan ibadah di Masjid Adzurriyah dan mengambil air bersih di kawasan kantor BKKBN.

Sebaliknya BKKBN mengajak warga untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan. Kedua belah pihak saling mendapat manfaat yang sederajat.

Tembok perkantoran tidak menjadikan BKKBN terkurung dan mengisolasi diri tanpa ada akses warga.

Tetapi mirisnya, masih ada tetangga di lingkungan tempat tinggal saya di Cibubur, Depok, Jawa Barat yang harus membangun tembok “takeshi” hanya karena berselisih paham dengan tetangga di sebelahnya.

Besarnya perbedaan pendapat membuat salah satu pihak “menembok” tinggi perbatasan rumahnya dengan rumah tetangganya, tepat di garis batas halaman depan rumahnya.

Bisa jadi warga kita sekarang kurang memahami mana tembok bersejarah yang harus dipertahankan dan mana tembok yang menyengsarakan yang harus dirobohkan.

Bisa pula elite-elite kita telah memberi contoh akan perlunya membangun tembok-tembok “perbedaan” untuk mempertahankan tembok-tembok “kekuasaan”.

Aku bertanya tentang cicak
dan sejarah kebudayaan manusia.
Siapakah yang lebih dahulu
menemukan tembok dinding.
Cicak ataukah Manusia.

Apa dulu cicak bersarang di pepohonan
berselimut kulit pohon kering
dan membangun istananya
atau di dalam gua gelap
pengap mereka bersarang.

Lalu manusia gua menemukan atapnya
Cicak menemukan dindingnya
ternyata mereka sudah bersahabat
tanpa kenal nama, namun hanya kenal suara

(Tembok Dinding, karya Ade Maulana Aji, Kusandarkan pada Angin, Bali: Kamboja Merah, 2018).

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi