Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Peningkatan Aktivitas Gunung Anak Krakatau Berpotensi Tsunami? Ini Kata BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/feygraphy
Ilustrasi - Foto erupsi Gunung anak Krakatau.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung kembali menunjukkan adanya peningkatan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan adanya kenaikan level aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) pada Minggu (24/4/2022) pukul 18.00 WIB.

Peningkatan status aktivitas Gunung Anak Krakatau itu merupakan hasil dari pemantauan visual dan instrumental yang telah dilakukan.

Oleh karena itu, PVMBG melarang masyarakat hingga pendaki untuk mendekati Gunung Krakatau dalam dalam radius 5 kilometer (km) dari kawah aktif.

Baca juga: Prediksi Erupsi dan Potensi Letusan Besar Gunung Anak Krakatau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apakah peningkatan status Gunung Anak Krakatau berpotensi menimbulkan tsunami?

Penjelasan BMKG

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya bersama PVMBG akan terus memantau perkembangan air laut di Selat Sunda untuk mengantisipasi potensi terjadinya gelombang tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Pasalnya, secara historis aktivitas Gunung Anak Krakatau memang pernah menyebabkan terjadinya tsunami.

Oleh karena itu, BMKG berupaya melakukan mitigas bencana sedini mungkin untuk mewaspadai potensi bencana tersebut.

Baca juga: 5 BUMN yang Masih Rugi, dari Krakatau Steel hingga Kertas Leces

Selain itu, BMKG juga mengimbau agar masyarakat turut mewaspadai potensi tsunami/gelombang tinggi terutama di malam hari.

"Masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami, terutama di malam hari," tegas Dwikorita, dalam konferensi pers, Senin (25/4/2022).

"Kenapa terutama di malam hari? Karena di malam hari sulit untuk bisa melihat secara visual adanya gelombang tinggi yang mendekati pantai," imbuhnya.

Baca juga: Benarkah Gempa Banten dan Erupsi Gunung Anak Krakatau yang Baru Terjadi Saling Terkait?

Sebaliknya, di siang hari mudah untuk mengamati kemungkinan terjadinya gelombang tinggi secara kasat mata.

Lebih lanjut, Dwikorita memastikan bahwa imbauan kewaspadaan ini bukan merupakan bentuk evakuasi.

Imbauan kewaspadaan dimaksudkan agar masyarakat senantiasa berhati-hati dengan meningkatkan kesiap-siagaan dan tetap memperhatikan update informasi dari pihak berwenang, seperti BMKG, PVMBG, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga: Analisis Ada Tidaknya Kaitan Erupsi Gunung Anak Krakatau dengan Gempa Banten

Pernah menimbulkan tsunami pada 2018

Secara historis, aktivitas Gunung Anak Krakatau memang pernah menimbulkan tsunami.

Perisitiwa tersebut terjadi pada 2018.

Sebuah penelitian dalam jurnal Earth and Planetary Science Letters berjudul "Downward-propagating eruption following vent unloading implies no direct magmatic trigger for the 2018 lateral collapse of Anak Krakatau" menyatakan, ledakan Gunung Anak Krakatu saat itu terjadi lantaran longsor.

Longsoran ini memicu gelombang tsunami di perairan Selat Sunda sehingga menggenangi garis pantai Jawa dan Sumatera.

Akibat dari bencana itu, lebih dari 400 orang meninggal dan 7.000 orang lainnya terluka. Sementara itu, warga yang mengungsi tercatat sebanyak hampir 47.000 orang.

Baca juga: Update, Gunung Anak Krakatau Kembali Meletus, Status Masih Waspada


Masyarakat diimbau tidak terpancing berita hoax

Selain imbauan untuk tidak panik, pihaknya juga meminta agar masyarakat tidak mudah terpancing dengan isu yang bersumber dari sumber atau oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Mohon pastikan informasi hanya berasal dari PVMBG Badan Geologi, dan BMKG, serta BPBD setempat," kata Dwikorita.

Hal senada juga diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari.

Dilansir dari Kompas.com (26/4/2022), Muhari mengatakan, pihaknya akan menyoroti peningkatan aktivitas masyarakat di sekitar Selat Sunda dan sepanjang Pantai Anyer, terutama jelang Lebaran 2022.

Baca juga: Sejarah Hari Ini dan Kesaksian Warga Saat Letusan Dahsyat Tambora 1815

Muhari berharap masyakakat terus memperhatikan informasi yang bersumber dari BMKG dan PVMBG terkait kondisi Gunung Anak Krakatau.

“Kondisi-kondisi yang mengarah pada situasi potensi bencana pasti akan diinformasikan," kata dia.

"Jadi kami harapkan masyarakat akan memperhatikan instansi pemerintah, dan tidak terpancing isu-isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,” imbuhnya.

Diketahui, beberapa hari sebelumnya, PVMBG juga sempat mengimbau masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung agar tetap tenang dan tidak mempercayai berita hoax terkait erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Krakatau Terdahsyat Dimulai

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Asal Gunung Anak Krakatau

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi