Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Status Gunung Anak Krakatau Siaga, Ini Penyebab Gunung Api Naik Status

Baca di App
Lihat Foto
Magma ESDM
Tangkapan layar yang menampilkan informasi terkait Gunung Anak Krakatau, mencakup informasi tentang kondisi cuaca, kegempaan, rekomendasi, dan pengamatan visual.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau naik status dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III).

Hal itu setelah aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat sejak Minggu (24/4/2022) pukul 18.00 WIB.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat yang tinggal di pesisir pantai selatan Jawa dan Sumatera untuk mewaspadai terjadinya gelombang tsunami, terutama di malam hari.

Sebab, gelombang tsunami sulit untuk bisa dilihat secara faktual ketika malam hari.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Update Kondisi Gunung Anak Krakatau Hari Ini 26 April 2022

Lalu, apa saja hal yang membuat suatu gunung berapi menjadi naik statusnya?

Penyebab GAK naik status jadi Siaga

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/4/2022), Kepala Badan Geologi Eko Budi mengatakan bahwa ada perubahan erupsi pada Gunung Anak Krakatau.

Semula erupsinya didominasi abu, lalu berubah menjadi tipe strombolian yang menghasilkan berbagai lontaran lava pijar pada 17 April 2022.

Lontaran lava pijar itu lantas mengalir dan masuk laut pada Sabtu (23/4/2022).

Hujan abu disebut muncul di beberapa wilayah sekitar Gunung Anak Krakatau.

Faktor-faktor penyebab gunung berapi bisa naik status

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyampaikan, naiknya status gunung berapi bisa karena adanya akselerasi aktivitas vulkanik.

"Gunung api naik status karena ada akselerasi aktivitas vulkanik (baik secara visual maupun instrumental serta potensi-potensi bahaya akibat erupsi)," ujar Hendra saat dihubungi Kompas.com, Selasa (26/4/2022).

Ia menjelaskan, penting juga untuk memahami apa saja penyebab suatu gunung berapi naik status dan faktor yang membuat gunung meletus.

Untuk faktor-faktor yang membuat gunung meletus, Hendra mengatakan, gunung api erupsi akibat terjadinya suplai magma cair panas bertekanan tinggi dari kedalaman menuju permukaan.

"Bila beban berat/tekanan tubuh gunung sudah tidak bisa menahan tekanan dari magma yang naik ke permukaan terjadilah penerobosan oleh gas-cair yang sebagain cairan magma menjadi padat berupa lontaran padat pijar di atas lubang kawah gunung," ujar dia.

Baca juga: Gunung Anak Krakatau Erupsi, BMKG: Waspadai Potensi Tsunami

 

4 level status gunung api

Sementara itu, ada 4 level atau tanda peringatan dini gunung api.

Tingkatan level ini didasarkan pada pemantauan gunung api yang dilakukan secara terus-menerus untuk mengetahui aktivitas gunung api.

Hal ini sebagai dasar peringatan dini bencana gunung api.

Baca juga: Jalur Alternatif Jakarta-Cikampek Saat One Way Mudik Lebaran 2022

Peringatan dini bencana gunung api yang terdiri dari 4 level ini disesuaikan dengan tingkat aktivitas gunung api tersebut. Berikut rinciannya:

Level 1 (Normal)

Aktivitas gunung api berfluktuasi tetapi tidak mengalami peningkatan.

Ancaman bahaya berupa gas beracun di area kawah.

Level 2 (Waspada)

Aktivitas gunung api mulai mengalami peningkatan. Pada beberapa gunungapi dapat terjadi erupsi.

Ancaman bahaya erupsi di sekitar kawah.

Level 3 (Siaga)

Aktivitas gunung api terus mengalami peningkatan yang semakin nyata atau terjadi erupsi.

Ancaman bahaya erupsi dapat meluas tetapi tidak mengancam pemukiman penduduk.

Level 4 (Awas)

Aktivitas gunung api terus mengalami peningkatan yang semakin nyata atau terjadi erupsi.

Ancaman bahaya erupsi dapat meluas dan dapat mengancam pemukiman penduduk.

Itulah penjelasan mengenai penyebab Gunung Anak Krakatau naik statusnya dari Waspada ke Siaga, dan sejumlah informasi mengenai 4 level aktivitas gunung api.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi