KOMPAS.com - Orang terkaya di dunia versi Forbes, Elon Musk resmi membeli platform media sosial Twitter dengan harga 44 miliar dollar AS atau sekitar Rp 634 triliun.
Musk disebut sangat termotivasi untuk membeli Twitter sehingga dia memberikan penawaran terbaik dan terakhir untuk perusahaan.
Bahkan ia juga telah memiliki plan B jika tawaran itu gagal dan akan bertemu secara pribadi dengan beberapa pemegang saham Twitter untuk meyakinkan tawarannya.
Saham Twitter pun melonjak pada Senin (25/4/2022) pagi di tengah laporan bahwa perusahaan itu mungkin mendekati kesepakatan dengan Musk.
Lantas, mengapa Musk berambisi membeli Twitter meski sudah memipin Tesla dan SpaceX?
Baca juga: Resmi, Elon Musk Beli Twitter Rp 634 Triliun
Promosi kebebasan berbicara
Dikutip dari Washington Post, Musk mengatakan bahwa dia ingin mempromosikan kebebasan berbicara di platform tersebut.
Bagi Musk, Twitter merupakan tempat penting untuk berbagi sudut pandang.
"Ya, saya pikir sangat penting untuk menjadi arena inklusif untuk kebebasan berbicara," kata Musk dalam sebuah wawancara.
"Twitter telah menjadi semacam alun-alun kota de facto, jadi sangat penting bagi orang-orang untuk memiliki realitas dan persepsi bahwa mereka dapat berbicara secara bebas dalam batas-batas hukum," sambungnya.
Musk belum mengatakan apakah ia akan mengubah larangan permanen terhadap mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump yang dikeluarkan pada Januari 2021.
Rencana Musk tersebut mendapat kritik karena dianggap akan mengizinkan konten ekstremis. Namun, Musk mengakui bahwa moderasi konten bukanlah masalah yang jelas.
Menurutnya, Twitter harus sangat berhati-hati dengan larangan permanen.
Baca juga: Ini Sosok Elon Musk, Person of the Year 2021 Versi TIME
Tak semata-mata soal uang
Ia menegaskan, kesepakatannya dalam pembelian Twitter bukan semata-mata tentang menghasilkan uang.
"Perasaan intuitif saya yang kuat adalah bahwa memiliki platform publik yang dapat dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas sangat penting untuk masa depan peradaban," jelas dia.
"Saya sama sekali tidak peduli dengan ekonomi," tegasnya.
Kendati demikian, kesepekatan itu masih perlu diselesaikan, sebuah proses yang bisa memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Di bawah undang-undang federal, Musk harus memberi tahu regulator di Komisi Perdagangan Federal dan Departemen Kehakiman tentang rencananya untuk membeli Twitter.
Jika regulator membuka tinjauan kesepakatan, itu bisa menyebabkan penundaan kesepatan pembelian.
Ketika mengumumkan tawarannya, Musk menyebut Twitter tidak akan berkembang jika dalam bentuknya saat ini. Karena itu, perusahaan tersebut perlu diubah sebagai perusahaan swasta.
Musk mengaku ingin mempertahankan pemegang saham sebanyak yang diizinkan oleh undang-undang. Akan tetapi, ia belum mengumumkan rencana terkait tim kepemimpinan atau direksi potensial.
Baca juga: Perjalanan Elon Musk Menjadi Orang Terkaya Dunia
Ambisi perang melawan "pasukan bot" dan rencananya
Memerangi proliferasi bot di Twitter adalah perubahan lain yang disukai Musk, dikutip dari NPR.
Sebagai informasi, bot merupakan akun palsu yang diprogram untuk menanggapi twit tentang topik terentu.
Kerajaan bisnis Musk telah dikenal menarik bagian yang adil dari bot, termasuk bot pendukung perusahaan mobil listriknya Tesla yang menyerang kritik Musk.
Namun, ia belum mengutarakan keinginannya untuk melunakkan bot semacam itu. Menurutnya, harus ada tindakan eras terhadap bot scammy yang mempromosikan keramaian cryptocurrency.
Selain memerangi bot, Musk juga mendukung adanya tombol edit yang memungkinkan pengguna untuk mengubah apa yang mereka tuliskan.
Musk juga mendukung algoritma Twitter dibuka untuk umum dan menempatkannya di GitHub, situs yang populer di kalangan pemrograman untuk berbagi kode komputer.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.