Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemerhati Sosial
Bergabung sejak: 15 Mar 2022

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Jangan Terlambat Menyambut Metaverse

Baca di App
Lihat Foto
Getty Images
Ilustrasi metaverse.
Editor: Sandro Gatra

REVOLUSI teknologi metaverse sudah bergerak, perlahan tapi pasti. Walaupun kata ‘metaverse’ hingga saat ini masih belum ada di Merriam-Webster Dictionary atau Oxford Dictionary, namun penyebutannya di kalangan dunia usaha semakin populer.

Metaverse adalah masa depan, ia akan menjadi ruang hidup kedua, dari ruang hidup yang ada saat ini.

Kita bisa berpindah dari ruang hidup yang satu ke ruang hidup yang lain dengan mudah, tinggal mengenakan perangkat berbentuk kacamata besar bermuatan teknologi VR (virtual reality - realitas maya) dan augmented reality (realitas bertambah).

Setelah masuk ke dunia maya, kita berubah penampilan menjadi avatar, dan melakukan banyak hal, seperti bekerja, berdiskusi, bermain, menonton konser, dan lain-lain.

Semua dilakukan sambil berdiri, duduk, berjalan, atau rebahan di dunia nyata.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kita bisa membeli lahan di tengah kota atau di pinggir danau, dan menyewakannya kepada avatar lain yang berminat.

Semua difasilitasi oleh pengelola platform metaverse, yang semakin banyak didirikan oleh perusahaan raksasa seperti Facebook, Microsoft, dan Walt Disney.

Penyelenggara metaverse menginvestasikan modal untuk membangun dunia maya, agar pengunjung bisa immersed/‘nyemplung’ ke dalamnya, dan beraktivitas dengan membeli, menyewa, atau membayar karcis.

Kreativitas digenjot untuk mendatangkan keuntungan. Yang sebelumnya terjadi di dunia nyata, sekarang juga dapat terjadi di dunia maya.

Sebagai ilustrasi, di suatu dunia maya kita bisa mencoba baju-baju yang dipajang di butik maya sepuasnya, lalu membelinya untuk dipakai di suatu acara, sebutlah resepsi pernikahan sahabat kita.

Akad nikah dan upacara adat hingga pemberian ucapan selamat kepada kedua mempelai dilakukan mirip dengan yang terjadi di dunia nyata.

Pulang kondangan dan kembali ke dunia nyata kita merasa senang telah menghadiri hajatan kenalan atau famili.

Dalam metaverse, orang tidak hanya bisa menggunakan akal, namun juga bisa merasakan emosi, seperti gembira, takut, sedih, terharu, dan sebagainya.

Belum lama ini terdengar kisah seorang perempuan yang masuk ke dunia maya lalu ketika sedang berjalan-jalan santai tiba-tiba didatangi beberapa laki-laki yang akan berbuat cabul kepadanya.

Perempuan itu shock dan melaporkan kejadian di dunia maya kepada penyelenggara metaverse yang bersangkutan.

Karena akal dan emosi bisa berfungsi di alam maya, maka metaverse dapat menjadi media untuk menambah pengetahuan, melatih keterampilan, mengembangkan kepribadian, dsb.

Beberapa perguruan tinggi di sini sudah mulai menyusun program untuk mengajarkan ilmu-ilmu kepada mahasiswa dengan konsep metaverse.

Akan semakin banyak bidang-bidang ilmu yang diajarkan dengan konsep metaverse, dan untuk berbagai tingkatan pendidikan.

Dunia kedokteran sangat terbantu dengan metaverse. Organ-organ tubuh manusia dapat diperlihatkan dan disentuh sehingga jelas cara bekerjanya melalui gambar-gambar tiga dimensi beresolusi tinggi dengan latar belakang suara yang bening.

Menunjukkan efek simpul syaraf di bagian tengah otak yang mengalami gangguan dapat disimulasi sehingga dapat diketahui cara terbaik untuk menanganinya tanpa rIsiko besar.

Dunia pariwisata juga diuntungkan dengan metaverse. Orang bisa berkunjung ke candi Borobudur dengan membayar tanda masuk secara virtual untuk mengamati relief dengan detail, dengan penjelasan dari pemandu yang paham banyak bahasa.

Orang juga bisa menghadiri upacara keagamaan di suatu tempat ibadah virtual, lalu mendengarkan ceramah dari pemuka agama favoritnya, bertukar sapa dengan sesama jamaah, dan kemudian kembali ke dunia nyata dengan hati yang lebih damai.

Metaverse dikembangkan untuk keperluan bisnis, namun juga dimanfaatkan oleh lembaga non-bisnis seperti pemerintahan.

Pemerintah Kota Metropolitan Seoul mencanangkan akan menyelesaikan pembangunan kota virtual dalam pada tahun 2025/2026.

Di Metaverse Seoul, pengunjung dapat mengurus berbagai keperluan yang terkait dengan pelayanan pemerintahan, seperti keterangan kependudukan, perizinan usaha, mendapatkan informasi mengenai pendidikan dan pelayanan kesehatan, menanyakan kebijakan pemerintah kota, atau melihat rencana tata ruang kota, dsb.

Warga cukup memasang kacamata VR, lalu pergi ke kantor wali kota maya untuk mengurus keperluannya. Semua serba terprogram, sehingga cepat dan efisien, dan cukup dilakukan di rumah.

Penerapan konsep metaverse secara massal seperti telepon pintar saat ini masih menghadapi berbagai kendala.

Salah satunya adalah harga kacamata VR yang masih tinggi bagi kebanyakan orang, di samping jumlahnya yang terbatas di pasaran.

Maka riset untuk membuat perangkat lunak dan keras dari teknologi metaverse perlu dilakukan. Indonesia perlu bersiap diri untuk menguasai teknologi pendukung metaverse.

SDM ahli metaverse perlu diperbanyak sejak sekarang. Kerjasama antarperguruan tinggi terkemuka dalam bidang IT perlu dibangun.

Pemerintah melalui kementerian/lembaga dan BUMN terkait perlu merintis pengembangan metaverse yang berkarakter nasional.

Simulasi penerapan metaverse dalam birokrasi perlu sering dilakukan.

Keinginan kepala pemerintah nasional hingga daerah untuk bertemu dan berdialog dengan rakyat perlu diakomodasi dalam teknologi metaverse.

Secara internasional perlu ada upaya untuk mengatur cara orang berinteraksi di metaverse. Karena berbagai bentuk kejahatan dapat terjadi di dunia maya, maka perlu ada peraturan untuk mencegah dan menghukum pelaku.

Dengan demikian orang akan senang untuk ‘menyemplung’ ke dunia maya dan melakukan aktivitas positif.

Metaverse akan menjadi bagian dari hidup kita. Kita perlu menyambutnya dengan belajar dan bereksperimen.

Tidak harus tergesa-gesa memassalkan metaverse. Namun sebagian anak bangsa perlu menguasai teknologi metaverse.

Kita tidak ingin menjadi penonton. Kita ingin menjadi pelaku yang diakui dunia. Jangan sampai kita terlambat untuk memulainya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi