Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 30 Mei 2021

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Elon Musk, Kepemimpinan Global, dan Dampaknya bagi Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Instagram @luhut.pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama CEO Tesla Inc Elon Musk.
Editor: Egidius Patnistik

"Global Leadership is the leadership of individuals who influence and bring about significant positive changes in firms, organizations, and communities by facilitating the appropriate level of trust, organizational structures and processes, and involving multiple stakeholders, resources, cultures under the various conditions of temporal, geographical and cultural complexity." - Leadership Convergence and Divergence in the Era of Globalization

KITA tidak bisa menyangkal bahwa Elon Musk saat ini menjadi trend maker bagi dunia. Akuisisinya terhadap Twitter seharga 44 miliar dollar AS (setara Rp 638 triliun) akan membawa perubahan yang cukup signifikan bagi manajemen Twitter dan lebih dari 300 juta penggunanya. Ia rela mencairkan saham Tesla senilai Rp 122 triliun untuk mendapatkan Twitter menjadi miliknya.

Musk berkata bahwa dirinya akan membuat Twitter menjadi tempat di mana masyarakat dapat berbicara dengan bebas, dengan seminimal mungkin pembatasan. Berdasarkan polling yang dibuat Musk di Twitter, 82 persen responden mengatakan bahwa Twitter tidak mengedepankan freedom of speech, sehingga polling ini menjadi justifikasi yang kuat untuk mengembalikan Twitter ke marwahnya.

Baca juga: Beli Twitter Seharga Rp 638 Triliun, Seberapa Kaya Elon Musk?

Akuisisi Musk terhadap Twitter sebenarnya mengandung satu makna yang tersirat, yaitu bagaimana langkah Musk tidak hanya mengubah Twitter, tetapi juga masyarakat global. Kita melihat bagaimana dunia sangat memperhatikan Musk ketika dia berencana untuk membeli Twitter; setiap langkah dan ucapannya menjadi berarti. Musk bukan hanya sekadar seorang gazzilioner, dia menjelma sebagai sosok pemimpin di kancah global.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang membuat Musk berbeda

Satu hal yang mungkin banyak orang sepakat adalah apa yang dilakukan Musk terhadap dunia global. Dia berpengaruh besar terhadap masyarakat global. Ketika dia dinobatkan sebagai Person of the Year versi majalah Time 2021, tidak banyak yang memperdebatkan. Salah satu kekuatannya adalah bagaimana dia membawa isu yang tidak banyak dibicarakan orang, menjadi salah satu visinya dalam membuat perusahaan.

Contohnya adalah SpaceX. Tidak banyak orang yang sangat ambisius ingin menciptakan koloni di planet ruang angkasa. Hanya Musk satu-satunya sosok yang berani. Pertimbangannya berdasarkan perspektif krisis eksistensial, di mana dia membuat perumpamaan apabila Bumi tidak layak lagi dihuni, akan berlabuh ke mana umat manusia.

Sampai saat ini, belum ada planet yang memiliki kondisi yang layak kehidupan seperti di Bumi. Kita masih dalam tahap pencarian planet yang layak huni. Apabila Bumi menjadi unhabitable, umat manusia tidak memiliki planet lainnya sebagai alternatif.

Oleh karena itu, seseorang harus memulainya, mencari kemungkinan-kemungkinan planet yang bisa dibuat koloni. Berangkat dari asumsi ini, Musk mengembangkan SpaceX agar bisa membuat koloni di planet Mars.

Tidak hanya visi tentang krisis eksistensialnya, Musk juga sosok yang inovatif. Berbicara inovatif, ada dua sifat inovasi menurut Deloitte ketika mempelajari inovasi di tahun 202: postur defensif dan postur ofensif. Postur defensif berfokus pada mempertahankan legacy; sedangkan postur ofensif ingin mentransformasi organisasinya.

Menurut saya, Musk merupakan jenis yang kedua, di mana dia mengejar sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dengan apa yang dunia pikirkan. Singkatnya, Musk menantang status quo untuk menghasilkan hal yang inovatif.

Jika melihat kualitas dari seorang pemimpin yang inovatif, beberapa kualitas yang harus dimiliki adalah fleksibilitas dan kelincahannya. Oleh karena itu, untuk meraih visinya, dia harus agile dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Visinya tidak mungkin terealisasi jika Musk tidak memiliki tingkat adaptabilitas yang tinggi. Riset dari IBM 2021 mengungkapkan bahwa 56 persen CEO menekankan pada kelincahan dan fleksibilitas operasional.

Selain itu, Musk memiliki segalanya untuk membentuk masa depan dunia dan menjadi pionir. Kekayaan yang luar biasa, yang membuatnya bisa berbuat banyak dan mungkin mengakuisisi perusahaan lain, atau membuat perusahaan baru. Musk juga punya perusahaan yang bergerak di isu futuristik.

Bisa kita lihat bagaimana perusahaan-perusahaan yang dibangun Musk adalah perwujudan terhadap masa depan dunia. Neuralink, SolarCity (yang diakuisisi Musk pada tahun 2016), SpaceX, Tesla, dan The Boring Company bergerak di bidang-bidang yang akan membentuk dunia ke depannya, seperti energi terbarukan, kecerdasan buatan, teknologi ruang angkasa, transportasi masa depan, dan bioteknologi.

Kemudian dia menambahkan Twitter, salah satu media sosial terpopuler yang sering membentuk opini masyarakat. Artinya, Musk punya tools yang dibutuhkan untuk membentuk masa depan global.

Fakta-fakta ini sedikit banyak membuat kita mengerti bagaimana pengaruh Musk di kancah global. Seorang investor, pengusaha, dan inovator yang memimpin percakapan global. Fakta lainnya yang tidak boleh kita kesampingkan adalah Musk saat ini orang terkaya di dunia. Dengan kekayaannya, dia bisa memengaruhi dunia global, mengombinasikan dengan visi futuristiknya. Tidak berlebihan jika Musk akan memimpin dunia menuju masa depan yang lebih sustainable dan hijau.

Baca juga: Usai Beli Twitter, Elon Musk Malah Jual Saham Tesla Senilai Rp 58 Triliun

Di atas itu semua, apa yang membedakannya dengan sosok-sosok lainnya adalah bagaimana dia menjadi seorang pemimpin. Tidak hanya sebagai global voice, namun juga pemimpin perusahaan. Ketika dia memimpin perusahaan-perusahaannya, dia menghasilkan energi yang membuat orang lain menjadi termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi.

Menggerakkan orang lain dengan visinya

Tidak berlebihan ketika Musk muncul sebagai sosok pemimpin dalam kancah global, setidaknya menurut kaca mata penulis. Yang menjadi salah satu ciri khas Elon Musk adalah visinya yang sangat jauh ke depan. Ini tercermin dari perusahaan-perusahaan yang dia buat, Tesla dan SpaceX.

Musk mendedikasikan dirinya untuk membuat dunia menjadi lebih baik dan tidak ragu untuk mengeksekusi visinya. Dia adalah tipikal pemimpin yang transformasional, yang langsung berorientasi pada aksi, dan mampu menginspirasi orang-orang yang bekerja bersamanya.

Ini mendapat pengakuan dari Chief Operating Officer SpaceX, Gwynne Shotwell, perempuan yang sudah lama bekerja bersama Musk. Mengutip dari CNBC, dia mengatakan, “… he drives you to do your best work. He doesn’t have to say a word. You just want to do great work.”

Gwynne secara nyata mengatakan bahwa Elon menjadi sosok pemimpin yang menginspirasi anggotanya untuk melakukan yang terbaik dan merealisasikan visinya. Musk adalah sosok yang dapat membawa anggotanya melampaui batas kemampuan mereka.

James R Detert dalam artikelnya yang berjudul What Courageous Leaders Do Differently, berkata bahwa pemimpin yang kita butuhkan sekarang adalah pemimpin yang mampu menciptakan dan mempromosikan lingkungan yang membuat anggotanya berkembang dengan menantang batas-batas mereka.

Ini yang dilakukan Musk kepada karyawannya di SpaceX dan mungkin di perusahaan-perusahaan lainnya. Karena visinya yang sangat ambisius, Musk ingin menantang karyawannya untuk berpikir beyond the box.

Dalam konteks kepemimpinan transformatif, banyak riset yang sudah membuktikan dampaknya. Contohnya, Jiatong, et al (2022) menemukan bahwa kepemimpinan transformatif berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan performa kerja. Hasil ini didapat dari survei terhadap 845 karyawan di sebuah hotel di Tiongkok.

Terkait kemampuan pemimpin transformatif, riset dari Boyden, konsultan kepemimpinan, yang berjudul Leading Transformation 2021 mengemukakan tiga kemampuan penting yang dimiliki pemimpin transformatif: menciptakan kepercayaan (61 persen), menampilkan kepercayaan diri dengan visinya (61 persen), dan mengirimkan pesan yang konsisten (58 persen).

Kita coba tarik benangnya ke SpaceX dan Tesla. Dua perusahaan ini bergerak di bidang yang futuristik: ruang angkasa dan transportasi berkelanjutan (dengan menggunakan energi terbarukan). SpaceX memiliki visi untuk membawa manusia ke Mars, sehingga manusia nantinya bisa membuat koloni di sana. Dasar pemikirannya anti-mainstream, di mana tidak semua CEO – bahkan mungkin hanya Musk satu-satunya – yang berani melakukan itu.

Baca juga: Profil Mayora, Elon Musk, dan Permen Kopiko...

 

Hasil akhirnya pun sebenarnya masih belum terlihat, karena berada di teritori yang belum terjamah, sehingga mungkin banyak orang bertanya tentang bagaimana Musk bisa mendapatkan kontrak bisnis. Namun, nyatanya, dengan model bisnis yang sedemikian rupa, SpaceX bisa mendapatkkan pendanaan dari berbagai pihak dan menjelma menjadi satu-satunya perusahaan yang memfokuskan diri pada misi ruang angkasa.

Begitu juga dengan Tesla. Tesla memang bukan perusahaan yang dibuat Musk, melainkan dia membeli sahamnya di tahun 2004, sehingga menjadi pemegang saham terbesar. Namun, dengan Tesla di bawah kepemimpinannya di tahun 2008, perusahaan tersebut menjadi salah satu yang terdepan di bidang transportasi berkelanjutan.

Khan (2021) ketika meriset kepemimpinan Musk, menemukan bahwa sebagian besar karyawan mengatakan tidak ada yang lebih baik dalam mengerakkan karyawannya dibanding Musk. Bahkan, salah satu eksekutif senior mengatakan bahwa dulunya, dia banyak tidak sependapat dengan Musk. Kemudian, seberjalannya waktu, dia menyadari bahwa Musk benar. Dia merasa 10 kali lebih pintar dari sebelumnya.

Sebagai bukti dari keberhasilan Tesla, tahun 2018, Tesla memproduksi sebuah mobil yang disebut Tesla Roadster, yang menggunakan baterai lithium sebagai sumber energinya. Atas pencapaiannya tersebut, Musk dianggap sebagai pemimpin kreatif. Di tahun 2020, Tesla berhasil menjual 499.950 mobil. Hasil tersebut membuat Tesla melampaui Toyota sebagai perusahaan mobil yang paling berharga.

Dampaknya terhadap Indonesia

Bila melihat keberhasilannya memimpin perusahaan-perusahaannya, Musk tentu memberikan dampak yang besar bagi dunia global, terlebih fokusnya yang selaras dengan apa yang dunia ingin lakukan. Karenanya, wajar apabila banyak pihak yang ingin bekerja sama dengannya, khususnya dalam bentuk investasi. Keberadaan perusahaan Musk akan membawa perubahan yang cukup menonjol. Hal itu yang ingin diincar oleh Indonesia.

Dua perusahaan Elon Musk memiliki potensi yang baik bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kedua pihak sudah lama menyusun jadwal agar pihak Indonesia dan Musk bertemu. Realisasinya baru terjadi dalam beberapa hari ini, di mana tim delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Maritim dan Investasi, Luhut Pandjaitan, bertemu dengan tim Elon Musk di kantor pusat Tesla di Tesla Giga, Texas, Amerika Serikat.

Pertemuan antara kedua pihak ini ingin memastikan keterlibatan Musk di iklim investasi di Indonesia. Menurut Rosan Roeslani, Duta Besar Indonesia untuk AS, Musk memberikan sinyal hijau akan berinvestasi di Indonesia.

Sebagai tindak lanjut, Elon Musk akan mengirimkan tim untuk mengkaji kesiapan tempat dan sumber daya yang dimiliki di Indonesia. Selain itu, Musk juga mengirimkan undangan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berkunjung ke kantor SpaceX pada Mei mendatang. Tentu ini menjadi itikad baik dan akan sangat menjanjikan jika Musk bisa berinvestasi di Indonesia.

Namun, jika melihat dari pemahaman yang lebih besar, Musk bisa membantu pengembangan energi terbarukan dan mobil listrik. Seperti yang kita ketahui, Tesla merupakan perusahaan yang sedang mengembangkan mobil listrik dengan menggunakan baterai lithium sebagai bahan bakarnya.

Baterai lithium sendiri merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan bagian dari pengembangan energi terbarukan. Ini pun sesuai dengan misi Indonesia untuk mengganti sumber energinya dengan energi terbarukan. Hingga akhir tahun 2021, bauran energi terbarukan di Indonesia sudah mencapai 11,7 persen dari 23 persen di tahun 2025.

Selain energi terbarukan, Indonesia juga sedang gencar-gencarnya mengembangkan mobil listrik. Per 16 Maret 2022, berdasarkan data Kemenhub RI, sudah ada 16.060 mobil listrik.

Hadirnya Tesla di Indonesia berpotensi mengakselerasi perkembangan mobil listrik di Indonesia. Terlebih, mobil listrik dan energi terbarukan merupakan isu yang saling berkaitan, karena menjadi kendaraan masa depan. Indonesia ingin menempatkan diri sebagai pasar mobil listrik dan baterai lithium dunia.

Dalam pernyataan Jokowi ketika menghadiri peluncuran mobil listrik Toyota pada Maret lalu, Presiden mengatakan, “Indonesia harus menjadi pemain penting dalam global supply chain di industri mobil listrik. Sebab, Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat besar untuk mendukung pengembangan mobil listrik."

Selain Tesla, SpaceX juga memiliki potensi untuk berinvestasi di Indonesia. Elon Musk sendiri mengundang Presiden Jokowi ke markas SpaceX bulan Mei mendatang. Ini bisa menjadi sinyal akan ketertarikannya agar bisa beraktivitas di Indonesia. Terlebih, SpaceX merupakan perusahaan satu-satunya yang berfokus pada pengembangan roket dan perjalanan ruang angkasa. Apabila terealisasi, Indonesia bisa mendapatkan ruang untuk pengembangan industri antariksanya.

Secara personal, Musk memiliki pengaruh global yang kuat. Dan itu terbukti dari berbagai kicauannya yang memiliki dampak global. Secara branding, Musk secara tidak langsung bisa menjadi brand ambassador Indonesia untuk mempromosikan investasi dan kredibilitas Indonesia ke masyarakat global. Promosi secara tidak langsung ini akan sangat membantu positioning Indonesia di kancah global.

Mengingat Indonesia juga punya target yang ambisius di masa depan, kehadiran Musk di Indonesia melalui perusahaannya bisa meningkatkan daya gedor dan kredibilitas Indonesia. Apalagi, dengan upaya Indonesia yang ingin mengundang Elon Musk ke pertemuan G20 pada November 2022 nanti, bisa memicu para investor dan pebisnis kelas kakap lainnya untuk datang ke Indonesia.

Singkatnya, keberadaan Elon Musk akan berdampak besar di kancah global dan nasional. Negara-negara yang berniat bekerja sama dengannya tentu akan mendapatkan manfaat besar dari Elon Musk, baik itu secara pribadi maupun lewat perusahaannya. Saat ini, tidak berlebihan jika mengatakan bahwa Elon Musk adalah salah satu sosok paling penting yang akan menavigasi dunia menuju masa depan yang lebih hijau dan sustainable.

“The world is hoping someone will stand up when others back down.”
“Our world needs strong, bold, consistent, courageous, integrity-infused leaders.” - Craig Groeschel

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi