Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Selamat Merayakan Idul Fitri

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/GARRY ANDREW LOTULUNG
Ilustrasi shalat Id
Editor: Sandro Gatra

SEJAUH jangkauan wawasan pengetahuan dangkal saya tentang peradaban Islam, tradisi halalbihalal hanya ada di Indonesia.

Di Suriah, Pakistan, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman bahkan Saudi Arabia setahu saya yang tentu saja rawan keliru tidak ada tradisi diselenggarakan setelah Hari Raya Idul Fitri yang disebut sebagai halalbihalal.

Di alam demokrasi berbingkai Bhinneka Tunggal Ika, wajar jika muncul beraneka ragam pendapat termasuk pendapat tentang sejarah tradisi halalbihalal di Indonesia yang juga serta merta berarti juga di dunia.

Ada yang berpendapat bahwa istilah halalbihalal sudah dikenal sejak ditulis di majalah Soeara Muhammadiyah edisi 5 tahun 1924.

Sementara menurut NU On Line, sejarah halalbihalal dimulai ketika Presiden Soekarno memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara untuk dimintai saran mengatasi situasi politik Indonesia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa tersebut terjadi pada pertengahan bulan suci Ramadhan 1948 di tengah ancaman disintegrasi bangsa oleh kelompok DI/TII dan PKI.

Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturahim.

Menurut Kiai Wahab, para elite politik tidak mau bersatu lantaran mereka saling menyalahkan. Sementara saling menyalahkan itu dosa dan dosa itu haram.

Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Sehingga, mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Akhirnya muncul istilah halalbihalal dari Kiai Wahab.

Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara menghadiri silaturahim yang diberi judul halalbihalal.

Para elite politik tersebut akhirnya bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Sejak saat itulah istilah halalbihalal lekat dengan tradisi Lebaran di Indonesia.

Lain halnya dengan majalah Historia yang menduga halalbihalal berasal dari pernyataan seorang penjual martabak di Solo.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi mutakhir istilah halalbihalal bermakna:

halalbihalal/ha·lal·bi·ha·lal/ n hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang: -- merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia;

berhalalbihalal/ber·ha·lal·bi·ha·lal/ v bermaaf-maafan pada Lebaran: pada Lebaran kita ~ dengan segenap sanak keluarga dan handai tolan

Mengingat tradisi mau pun istilah halalbihalal hanya ada di Indonesia, maka dapat ditafsirkan bahwa halalbihalal merupakan pribumisasi Islam di persada Nusantara.

Secara historis dapat pula ditafsitkan bahwa pada hakikatnya halalbihalal berakar pada tradisi sungkem, yaitu menghadap orangtua di kampung halaman untuk memohon restu serta memohon maaf lahir batin.

Menurut pendapat serta selera saya, tafsir versi sungkem ini indah. Maka melalui naskah sederhana ini saya mengucapkan Selamat Merayakan Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi