Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Akademisi dan konsultan komunikasi
Bergabung sejak: 6 Mei 2020

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Dicari! Crazy Rich Peduli Sosial Tanpa Pansos

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO
Joko Suranto (53) pengusaha properti mudik ke kampung halamannya di Desa Jetis, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (29/4/2022) sore.
Editor: Sandro Gatra

“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony”.

Mohandas Karamchand Gandhi menarasikan arti kebahagiaan berdasarkan “lelakon” hidupnya.

Menurut dia, kebahagian itu adalah ketika apa yang kita pikirkan, apa yang kita katakan, dan apa yang kita lakukan demikian selaras.

Gandhi menjadi salah satu sosok penting yang terlibat dalam gerakan kemerdekaan India. Sikapnya yang menentang segala bentuk penindasan dan kekerasan telah membuatnya menjadi “legenda” sekaligus inspirasi dunia.

Dalam kehidupan, kebaikan bisa datang dari siapa saja dan tanpa mengenal sekat-sekat SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa jadi sedikit kebaikan yang kita tabur, suatu saat tanpa kita nyana bisa “kembali” dari kebaikan orang lain kepada kita.

Pernahkah kita sadari, di saat uang di dompet demikian sangat tiris tetiba ada kawan yang “sambat” meminta bantuan mendadak.

Kerelaan yang kita berikan ternyata di suatu saat akan kita dapatkan “kembali” dengan rezeki dadakan yang tidak kita duga sama sekali.

Matematika Tuhan begitu tidak kita pahami dengan akal yang terbatas. Tidak ada rumus atau dalil, matematika Tuhan adalah cara berhitung tanpa berharap ada rugi dan laba.

Kebaikan tidak selalu identik dengan “fulus”. Kebaikan bisa berwujud perhatian dan pertolongan serta memberikan rekomendasi.

Saya begitu teringat dengan kebaikan sahabat saya wartawan senior Taryono Asa, yang sempat mentraktir sate ayam berikut lontongnya di saat saya sedang kelaparan usai mengantarkan lamaran sebagai wartawan part time.

Sebagai mahasiswa yang ingin mendapat tambahan untuk membayar uang semesteran di Universitas Indonesia (UI) tahun 1990, menjadi wartawan paruh waktu di Majalah Forum Keadilan – tempat Taryono Asa bekerja - adalah sebuah dambaan.

Walau akhirnya saya tidak berhasil diterima, tetapi bantuan Taryono Asa tetap saya ingat selalu.

Saat akhirnya saya menjadi reporter stasiun televisi swasta, malah kerap di lapangan bahkan dinas di luar kota saya bertugas berbarengan.

Tidak ada senior atau yunior, karena kami sama-sama kuli disket. Disket ini penyimpan file naskah berita di komputer yang berbasis wordstar.

Jauh lebih maju daripada kuli tinta atau kuli mesin ketik untuk sebutan profesi wartawan era 1990 - 2000.

Kebaikan Taryono terus berlanjut tahun 2003 di saat saya diminta membantu strategi komunikasi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tempat Taryono berkhirmat usai mengakhiri karir kewartawanannya.

Padahal di saat bersamaan, saya baru saja melepas status sebagai produser senior di salah satu stasiun televisi swasta. Kebaikan berjalan seperti circle, yang tidak ada habisnya.

Kebaikan Chee Hoi Lan yang merawat Rohana bayi hingga berusia remaja di Kuala Lumpur, Malaysia karena ibu kandung Rohana terpaksa keluar dari Malaysia begitu mulia. Ibu Rohana terpaksa meninggalkan bayinya karena izin tinggalnya habis.

Walau berbeda keyakinan, Chee Hoi Lan tetap menjaga permintaan ibunya Rohana agar bayi Rohana hingga dewasa tetap memeluk agama Islam.

Dan Chee membuktikan hal itu. Chee membesarkan Rohana hingga dewasa sampai Rohana mendapat kewarganegaraan Malaysia, di usianya yang ke 22 tahun.

Sampai usia dewasanya, Rohana berstatus stateless karena ruwetnya garis keturunannya (Kompas.com, 30/04/2022).

Pahlawan dari Grobogan

Kebahagian warga Desa Jetis, Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menjelang hari Lebaran 2022 semakin lengkap saja.

Usai merayakan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, harapan akan kondisi jalan yang layak di lingkungannya akhirnya terwujud.

Bukan berasal dari pemerintah daerah tetapi jalan berkategori kabupaten itu dibangun oleh salah satu warganya yang sukses di perantauan.

Jalan sepanjang 1,8 kilometer telah lama rusak dan belum mendapat perbaikan dari pemerintah setempat walau sudah dikeluhkan dan dilaporkan puluhan kali, akhirnya dibangun secara swadaya oleh pengusaha properti Joko Suranto (53).

Dengan berbiaya Rp 2,8 miliar dari koceknya sendiri, pemilik usaha Buana Kassiti di Bandung, Jawa Barat itu tidak melupakan kampung halamannya.

Semula Joko enggan jika bantuannya diekspos wartawan dan diviralkan di media sosial karena membantu orang yang membutuhkan pertolongan sudah menjadi kewajibannya.

Tak urung, bantuannya mendapat respons warga. Jalan beton yang dibangun Joko Suranto sangat dirasakan manfaatnya oleh warga karena memperlancar perekonomian warga dan membantu anak-anak mencapai sekolah (Kompas.com, 1 Mei 2022).

Joko Suranto jelas bukan pejabat publik atau politisi yang akan maju di perhelatan pemilu. Bantuannya murni untuk membangun kampung halamannya sendiri.

Joko bukan pula artis “kaleng-kaleng” yang ingin terkenal dengan cara instan. Menjadi terkenal dengan melakukan segala cara agar viral.

Pesan simbolik dari bantuan tanpa pamrih Joko Suranto itu seakan menjadi “pengingat” bahwa bergiat dalam jalan kebaikan tidak butuh “panjat sosial” atau pansos, kata anak milenial sekarang.

Bantuan Joko juga tidak dimaksudkan untuk transaksi keperluan di masa yang akan datang. Joko iklas, membantu adalah menolong orang yang memerlukannya.

Fenomena pansos atau social climber telah memantik keriuhrendahan dalam alur lintas komunikasi selama ini.

Bisa jadi pansos dimaksudkan untuk mencitrakan diri sebagai orang yang mempunyai status sosial tinggi.

Dengan demikian, aktor-aktor pansos selalu berusaha agar postingan foto dan semua kegiatannya diketahui khalayak.

Publik tentu masih ingat dengan para tersangka penipuan trading binary option lewat platform Binomo yang menggunakan influencer dengan jumlah pengikut yang banyak untuk menipu.

Penciptaan tokoh yang “super baik”, berjiwa “sosial tinggi” dan “tajir melintir” serta di-create di media sosial bak “Robinhood” menjadi cara ampuh untuk menipu masyarakat.

Kebaikan-kebaikan “palsu” sengaja diciptakan karena mampu “menyihir” bawah sadar warganet.

Seolah dengan kerja sedikit, modal yang ada sekarang, bisa menjadi “sultan” dengan mobil dan motor super mewah serta istana hunian yang keren asal bergabung di Binomo.

Seolah dengan mimpi, uang bisa datang dengan sendirinya. Tanpa kerja, tanpa usaha dan melalui proses jatuh bangun seperti Joko Suranto dari Grobogan.

Para pemimpi yang tertipu afiliator dan influencer tengik mengabaikan kalau etos kerja keras dan kerja gigih untuk bisa menjadi orang yang sukses.

Bantuan-bantuan yang dikemas untuk membantu orang atau keroyalan terhadap selebritas memang menyilaukan pandangan korban.

Semata memang ditujukan untuk menipu dan menangguk dana akibat mimpi-mimpi yang melambung dari orang-orang yang terbuai khayalan menjadi kaya tanpa kerja.

Fenomena pansos dalam masyarakat kita tidak terlepas dari keriuhrendahan elite-elite kita yang “genit” dalam membantu atau menolong tetapi memiliki spirit “ada udang di balik rempeyek”. Tidak ada yang gretongan dalam berderma.

Bantuan mudik & kaos capres

Membantu masyarakat yang tengah kesulitan transportasi ke kampung halaman jelang perayaan Idul Fitri “ditangkap” dengan jeli oleh politisi yang ingin mencari panggung pansos.

Ancang-ancang untuk nominasi calon pemimpin negeri di 2024 harus dimulai dari sekarang, tidak peduli anggaran yang digunakan adalah domain uang negara.

Uniknya, warga yang mendapat bantuan angkutan mudik gratis seperti telah mendapat pembekalan terlebih dahulu.

Ada keriuhan teriakan “calon presiden” di balik prosesi pemberangkatan yang diliput banyak televisi dan ditulis puluhan wartawan media online serta digegapgempitakan siaran radio.

Tidak ada kata malu apalagi canggung untuk memerankan diri sebagai sinterklas dadakan. Semua gerakan kebaikannya tidak original. Terkesan murahan alias melucukan dirinya sendiri.

Yang lebih keterlaluan dan memuakkan, tentu saja ada pembagian kaos calon presiden yang memang sengaja disusupkan di acara pemberangkatan para pemudik.

Warga yang ikut program mudik gratis tentu sumringah saja. Sudah diongkosi gratis, dapat amplop malah ada yang dapat sembako dan diberi kaos pula.

Kesalehan dalam hidup memang kerap terlupakan. Demi ambisi menjadi presiden kerap melupakan keluhuran budi pekerti.

Sekali lagi, Joko Suranto dan Chee Hoi Lan telah memberikan pelajaran kehidupan. Membantu tanpa prasyarat seperti angin yang telah melupakan benih yang telah diterbangkan.

Hingga akhirnya, benih tersebut tumbuh dan memberi manfaat bagi orang-orang yang membutuhkannya.

"Sesungguhnya kebaikan itu memiliki cahaya dalam hati, energi pada tubuh, keluasan rezeki, dan cinta di hati para makhluk. Sedangkan keburukan itu membawa kegelapan dalam hati, hitam pada wajah, kelemahan pada tubuh, sempit rezeki, dan kebencian di hati makhluk." - Ibnu Taimiyah

Semoga Ramadhan yang telah berlalu memberikan kita semangat untuk terus membantu dengan segenap yang kita miliki.

Membantu tidak harus menunggu kita kaya terlebih dahulu. Sekali lagi, Joko Suranto dan Chee Hoi Lan mengingatkan kepada kita semua keiklasan dalam membantu adalah “kemenangan” dari pribadi-pribadi yang mengesampingkan panjat sosial atau pansos.

Justru kepedulian sosial harus bersemayam di setiap jiwa-jiwa yang merdeka. Selamat menyambut kemenangan di Hari Raya Idul Fitri.....

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi