KOMPAS.com - Tiga pasien anak di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta diduga meninggal karena hepatitis akut yang hingga saat ini masih misterius.
Ketiganya meninggal dengan rentang dua minggu terakhir hingga Sabtu (30/4/2022).
Tak hanya di Indonesia, kasus hepatitis akut misterius ini juga terjadi di beberapa negara lainnya, seperti Eropa dan Amerika.
Hingga kini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum dapat memastikan penyebab kasus hepatitis akut misterius ini.
Baca juga: Cara Mencegah Penularan Hepatitis Akut Misterius pada Anak
Dikutip dari Kompas.com (3/5/2022), pemeriksaan di laboratorium luar negeri mencatat bahwa pasien hepatitis akut tidak disebabkan oleh virus hepatitis umum, yakni tipe A, B, C, D, dan E.
Namun, 74 pasien yang dites molekuler dikonfirmasi terdeteksi adenovirus yang diidentifikasi sebagai F type 41.
Selain itu, identifikasi pada 20 kasus lainnya menunjukkan adanya temuan SARS-CoV-2 dan 19 lainnya mendeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Baca juga: Perkembangan Kasus Hepatitis Akut Misterius di Indonesia
Lantas, apakah mutasi virus corona memicu terjadinya kasus hepatitis akut misterius ini?
Penjelasan Epidemiolog
Epidemiolog asal Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa belum bisa dipastikan apakah mutasi SARS-CoV-2 menyebabkan kemunculan kasus hepatitis akut misterius.
"Apakah ini terkait mutasi virus corona yang memicu kemunculannya, ini yang masih belum bisa dijawab," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/5/2022).
Kendati demikian, salah satu kajian yang keluar dari Kementerian Kesehatan Israel mengeluarkan pernyataan bahwa kemunculan hepatitis akut misterius ini diduga berkaitan dengan subvarian omicron BA 2.
"Karena dari 90 persen anak yang terinfeksi hepatitis ini satu tahun sebelumnya terinfeksi SARS-CoV-2 atau Covid-19," terang Dicky.
Baca juga: 3 Hal yang Perlu Diketahui soal Hepatitis Akut Misterius
Dilansir dari Haaretz (21/4/2022), 11 dari 12 anak yang terkena penyakit hepatitis akut pernah terinfeksi Covid-19 pada tahun lalu.
Keduabelas anak-anak ini juga dipastikan belum menerima vaksinasi Covid-19 lantaran berusia di bawah batas penerima vaksin.
Direktur Unit Hati Pediatrik di rumah sakit Shaare Zedek Israel Prof Eyal Shteyer mengatakan bahwa infeksi virus corona yang parah dapat mengakibatkan kerusakan pada organ hati.
Baca juga: Hari Hepatitis Sedunia 28 Juli: Sejarah, Gejala, dan Jenis-jenisnya
Selain itu Dicky menambahkan, adanya prediksi di sebagian negara khususnya Eropa yang menduga bahwa kasus hepatitis akut ini merupakan kemunculan dari sub-varian baru Covid-19.
"Ada juga hipotesa atau prediksi khususnya di Eropa yang menduga ini adalah kemunculan subvarian/varian baru dari Covid-19 yang bisa/terlihat menyerang anak," jelas Dicky.
Kendati demikian, dugaan tersebut tidak menyebutkan bahwa hepatitis akut misterius ini hanya menyerang anak-anak melainkan karena anak-anak merupakan kelompok yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Mengenal Penyakit Hepatitis A dan Cara Pencegahannya
Bukan efek vaksinasi Covid-19
Kemunculan kasus hepatitis misterius yang menyerang anak-anak dengan rata-rata di bawah 5 tahun ini, imbuhnya bukan merupakan efek dari vaksinasi Covid-19.
Pasalnya, anak-anak merupakan kelompok yang belum menerima vaksinasi Covid-19 lantaran dinyatakan belum eligible untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
"Kelompok anak ini banyak yang belum divaksin, khususnya yang terinfeksi lebih banyak yang usia di bawah 5 tahun," papar Dicky.
"Yang mana mereka itu belum bisa menerima vaksin sehingga di sisi lain ini juga membantah statement yang menyatakan keterkaitan kemunculan dari infeksi hepatitis ini dengan efek vaksinasi," tegasnya.
Sebaliknya, vaksinasi yang diberikan kepada orang dewasa tidak menunjukkan adanya temuan kasus hepatitis akut misterius.
"Vaksinasi terbukti pada dewasa atau pada yang riwayat vaksinasi hampir tidak terjadi, bahkan tidak ada, atau belum ditemukan kasusnya," imbuh Dicky.
Baca juga: 3 Anak Tewas Diduga karena Hepatitis Akut Misterius, Berikut Gejalanya
Pencegahan kasus hepatitis akut
Menurut Dicky, kemunculan kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini merupakan fenomena gunung es yang terjadi di tengah keterbatasan sistem deteksi dini.
Padahal, kemuculan kasus hepatitis akut yang telah memakan korban jiwa ini menjadi satu indikator bahwa penyakit tersebut memiliki dampak yang serius.
Oleh karean itu, Dicky mengimbau agar masyarakat tidak abai dan tetap melakukan protokol kesehatan (prokes) kendati pelonggaran mobilisasi telah diberikan pemerintah.
Baca juga: UPDATE Jadwal Pelayanan BPJS Kesehatan Selama Libur Lebaran 2022
Selain itu, Dicky juga mengingatkan kepada Pemerintah Indonesia untuk tetap melakukan deteksi dini dan mengawasi penyebaran Covid-19 serta mengejar target capaian vaksinasi, terutama terhadap kelompok-kelompok rawan.
"Ini penting sekali jangan abai, tetap lakukan deteksi dini, surveilans, 3T. Tidak perlu masif tapi dijaga kualitasnya, termasuk di sini adalah 5M dan vaksinasi yang harus dikejar pada kelompok yang seharusnya mendapat booster dan memang sudah eligible," pungkas Dicky.
Baca juga: Mengenal Penyakit Hepatitis A dan Cara Pencegahannya
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya telah meingkatkan kewasapadaan terhadap kasus hepatitis akut dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut Yang Tidak Diketahui Etiologinya.
Adapun upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan melalui:
- Mencuci tangan
- Memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih
- Tidak bergantian alat makan
- Menghindari kontak dengan orang sakit
- Melaksanakan protokol kesehatan.
Baca juga: Antisipasi, Lakukan 3 Cek Kesehatan Ini Setelah Lebaran