Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Lagi Setiap Lima Dekade, Gelombang Panas di India Akan Terjadi Setiap Empat Tahun Sekali

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/MANISH SWARUP
Seorang pria berjalan melintasi dasar sungai Yamuna yang hampir kering menyusul cuaca panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Seorang ilmuwan iklim di Imperial College London, Friederike Otto, mengatakan bahwa perubahan iklim membuat suhu akan lebih panas dan akan lebih sering terjadi.

Menurutnya, gelombang panas kemungkinan juga akan menyerang India sekitar setiap empat tahun sekali, bukan lagi setiap lima dekade seperti di masa lalu, dikutip dari CBC.

Gelombang panas ekstrem sedang melanda sebagian India dan memicu gangguan kekurangan listrik akut yang mempengaruhi jutaan orang. Hal ini terjadi karena lonjakan permintaan listrik akibat pemakaian AC.

Pasokan batu bara di banyak pembangkit listrik termal hampir habis, menyebabkan pemadaman listrik setiap hari terjadi di beberapa negara bagian.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu panas yang sangat tinggi juga mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah.

Selain itu, gelombang panas ini juga memicu kebakaran di tempat pembuangan sampah raksasa.

Baca juga: Parahnya Gelombang Panas di India dan Pakistan: “Kami Hidup di Neraka”

India mencatat Maret tahun ini mencapai suhu terpanas sejak 1901, dan suhu rata-rata pada April di kantong utara dan tengah negara itu adalah yang tertinggi dalam 122 tahun.

Temperatur menembus 45 celcius di 10 kota pekan lalu, meskipun langit mendung dan hujan bisa segera meredakannya.

Pemadaman listrik yang saat ini sering terjadi di India merusak aktivitas ekonomi yang telah pulih kembali setelah pembatasan akibat pandemi. Pemadaman listrik bahkan dikatakan bisa sangat mengganggu layanan penting seperti rumah sakit.

Banyak negara bagian termasuk Uttar Pradesh, Punjab, Haryana dan Rajasthan mengalami pemadaman listrik hingga tujuh jam lamanya.

Pada Jumat (29/4/2022), Kementerian Perkeretaapian membatalkan lebih dari 750 layanan kereta penumpang untuk memungkinkan lebih banyak kereta barang memindahkan batu bara dari tambang ke pembangkit listrik.

Dari 165 pembangkit listrik batu bara India, 94 menghadapi pasokan batu bara yang sangat rendah, sementara delapan tidak beroperasi pada Minggu (1/5/2022).

Baca juga: WNI di India Saat Dilanda Gelombang Panas: Saya Tak Kuat, Baru 2 Langkah Keluar, Tenggorokan Langsung Kering

"Kemudian tiba-tiba permintaan mulai meningkat dan persediaan mulai menurun jauh, jauh lebih cepat dari yang diantisipasi," kata ekonom energi di Institute for Energy Economics and Financial Analysis, Vibhuti Garg.

"Ini menjadi semacam situasi panik bahwa mereka akan segera kehabisan batu bara," sambungnya.

Namun, kelangkaan batu bara bukanlah akar masalahnya. Kurangnya antisipasi dan perencanaanlah yang membuat situasi semakin memburuk.

"Kami tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk melakukan peramalan yang tepat. Kenaikan permintaan seharusnya tidak mengejutkan," jelas Garg.

Garg mengatakan, beberapa kekurangan juga bisa dipenuhi dengan batubara impor.

Akan tetapi, harga global telah melonjak sejak invasi Rusia ke Ukraina, mencapai 400 dollar AS per ton pada Maret, sehingga menempatkannya di luar jangkauan perusahaan distribusi listrik.

Analis memperkirakan permintaan akan turun dalam beberapa minggu mendatang, terutama jika panas mereda, tetapi kemungkinan akan melonjak lagi pada Juli dan Agustus 2022.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi