Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adakah Potensi Lonjakan Covid-19 Pasca-Lebaran?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ARDIANSYAH
Pemudik duduk di lantai saat antre untuk mencetak tiket elektronik di loket penjualan tiket di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung, Kamis (5/5/2022). Memasuki H+2 Lebaran, tercatat sebanyak 5.538 orang penumpang dan 15.044 kendaran menyeberang ke Pulau Jawa menggunakan jasa angkutan kapal laut yang puncaknya diperkirakan terjadi pada 6-8 Mei 2022.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pemerintah mengizinkan masyarakat Indonesia melakukan perjalanan mudik di momentum Lebaran tahun ini, meski pandemi Covid-19 belum usai.

Sebagaimana diketahui, pergerakan manusia menjadi media paling efektif bagi virus untuk menyebar dan menular dari satu ke yang lainnya.

Lalu bagaimana dengan potensi lonjakan kasus infeksi Covid-19 pasca Lebaran?

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menyebut potensi lonjakan tetap ada dan bisa terdeteksi dalam waktu yang relatif lebih singkat jika sistem deteksi dini berjalan dengan optimal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Untuk melihat dampak dari arus mudik maupun arus balik dari Lebaran saat ini di tengah situasi pandemi, kita sebenarnya kalau cepat sistem deteksinya 2 minggu pun bisa terdeteksi, karena di era Omicron ini orang terinfeksi itu cepat, enggak menunggu 1-2 minggu, bisa 3-4 hari itu sudah terdeteksi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/5/2022).

Dicky juga mengatakan, dampak peningkatan kasus infeksi virus corona pada musim Lebaran tahun ini mungkin tidak akan setinggi 2 Lebaran sebelumnya, salah satunya karena imunitas kelompok sudah mulai terbentuk. Namun, itu tidak lantas berarti pandemi sudah berakhir.

"Kecenderungan memang tidak akan terlalu terlihat signifikan, namun yang akan terjadi adalah langsung parah-parah," kata Dicky.

Baca juga: Update Corona 6 Mei 2022: AS Capai 1 Juta Kematian

Ia mencontohkan kasus hepatitis misterius yang belakangan terdeteksi terjadi di Indonesia dan merenggut nyawa tiga anak yang menjadi penderitanya.

"Fenomena yang terjadi akan seperti hepatitis ini, walaupun ini belum dikaitkan ya, tapi kurang lebih akan seperti itu ke depannya. Kita akan mengalami, pada sebagian kelompok yang rawan itu akan mengalami keluhan-keluhan yang artinya bisa berdampak pada fasilitas kesehatan juga, mengurangi SDM," ungkap dia.

Untuk itu, demi mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, salah satu upaya yang harus ditingkatkan dan kembali digiatkan adalah deteksi dini.

Yang menjadi permasalahan adalah tingkat deteksi dini yang ada saat ini terbilang sudah menurun jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Dicky mengakui hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga negara-negara lain yang merasa sudah aman dengan adanya efektivitas imunitas yang terbentuk, baik dari vaksin, maupun dari infeksi sebelumnya.

Baca juga: Daftar Link CCTV untuk Pantau Kepadatan Arus Balik Lebaran 2022

"Ini kalau berlebihan berbahaya, karena kita jadi tidak bisa memantau pergerakan dan perubahan karakter virus itu sendiri, dan kita jadi mengabaikan dampak jangka panjang maupun jangka menengah dari infeksi-infeksi Covid-19 ini yang bisa berdampak pada apapun," jelas dia.

Terutama pada kelompok-kelompok rentan seperti lansia, pengidap komorbid, anak-anak di bawah usia 5 tahun, ibu hamil, dan sebagainya.

"Yang harus diwaspadai, bahwa dia (Covid-19) sekarang bisa cenderung pada kelompok yang belum mendapat imunitas memadai, bisa repot, bisa parah, lansia, komorbid, dan anak di bawah 5 tahun ini bisa terdampak. Ini yang harus diwaspadai," papar praktisi Global Public Health Security ini.

Selain pada kelompok masyarakat rentan, dampak dari peningkatan kasus infeksi Covid-19 ini juga bisa terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah perifer, seperti kota-kota kecil di luar Pulau Jawa yang cakupan vaksinasinya masih tergolong rendah.

Mereka dipastikan akan terdampak dengan peningkatan kasus infeksi Covid-19 pasca Lebaran.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi