KOMPAS.com - Pernahkah Anda melihat sebuah wajah pada objek-objek tertentu, seperti pada bentuk awan dan permukaan tembok?
Fenomena ini sangat umum terjadi dan kerap disebut "face pareidolia".
Fenomena face pareidolia tidak hanya sangat umum, tetapi juga lebih primitif secara evolusioner daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para ilmuwan mampu mengidentifikasi fenomena yang terjadi bahkan pada monyet Rhesus, dikutip dari Science ABC.
Ini menutup teori yang sangat unik bahwa wajah pareidolia adalah hasil dari manusia menonton kartun, sehingga kita semakin mengantropomorfisasi objek.
Fenomena ini dimiliki oleh primata dan lebih berkaitan dengan sifat bawaan otak daripada imajinasi kita.
Sebagai informasi, otak memiliki dua metode pemrosesan input (termasuk wajah).
Baca juga: Mengapa Liburan Terasa Cepat Berlalu? Ini Penjelasannya
Kita dapat mencurahkan perhatian pada suatu objek secara sadar dan memproses informasi sensorik yang masuk darinya, seperti ketika kita bertemu dengan seorang teman lama dari sekolah dan mencoba mengenalinya dari wajahnya.
Kondisi ini disebut pemrosesan top-down.
Metode kedua lebih otomatis dan tidak memiliki kontrol sadar, yaitu ketika otak memindai lingkungan untuk setiap informasi atau pola sensorik penting yang masuk tanpa mencurahkan perhatian padanya.
Melihat wajah di awan adalah contoh yang baik dari hasil jenis pemrosesan yang disebut bottom-up ini.
Karena proses ini tidak disadari dan otomatis, bahkan ketika kita secara sadar tahu bahwa tidak ada wajah di awan, kita tidak bisa berhenti melihatnya.
Dalam kasus pemrosesan bottom-up ini, informasi sensorik yang masuk harus dicocokkan dengan seperangkat label atau kategori yang dipelajari sebelumnya untuk identifikasi.
Jika suatu pola terlihat seperti wajah, informasi tersebut harus diteruskan ke daerah otak yang memproses wajah agar otak bisa mengidentifikasinya.
Baca juga: 3 Alasan Mengapa Pakaian Baru Harus Dicuci Sebelum Dikenakan
Face pareidolia telah dianggap sebagai kasus ketidakcocokan label untuk objek yang terjadi selama pemrosesan bottom-up di otak.
Dalam sebuah penelitian yang memeriksa proses otak selama pareidolia wajah, para ilmuwan melakukan pemindaian otak pada sekelompok orang saat mereka melihat gambar yang dikatakan mengandung wajah.
Hasilnya, daerah di jaringan pemrosesan wajah otak yang lebih tinggi atau hulu, seperti korteks frontal, mengirim sinyal dan memodulasi aktivitas FFA hanya selama ilusi.
Ilusi wajah ini juga menyebabkan peningkatan aktivitas FFA di kedua sisi otak.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa face pareidolia adalah hasil modifikasi pemrosesan informasi visual secara otomatis atau bottom-up oleh daerah otak yang lebih tinggi dalam hierarki pemrosesan wajah.
Hal ini mengakibatkan wilayah FFA salah mengartikan informasi yang masuk sebagai wajah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.