Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Bekam dan Donor Darah Disebut Bisa Tularkan Hepatitis, Ini Kata Dokter

Baca di App
Lihat Foto
Twitter
Tangkapan layar soal kegiatan bekam disebut bisa menularkan hepatitis beredar di Twitter pada Sabtu (7/5/2022).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan berisi informasi mengenai kisah seseorang yang melakukan bekam sebelum donor darah disebut tertular hepatitis B viral di media sosial pada Sabtu (7/5/2022).

Informasi ini diunggah oleh akun Twitter berikut.

"WARNING!!!

Jika kamu mau melakukan sesuatu pada tubuh yg bersifat invasif seperti ditusuk, mengeluarkan darah, pokmen ada chance terpapar cairan tubuh, PASTIKAN ALAT STERIL.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasienku biasa donor darah, suatu ketika ditawarin bekam sama temennya. Setelah itu pas donor darah, dapat info dri PMI kalau darahnya ndak bisa dipakai karena tercemar hepatitis B.

Alhamdulillahnya ga ada keluhan," tulis pengunggah.

Hingga Senin (9/5/2022), twit itu sudah di-retwit sebanyak 7.876 kali dan disukai sebanyak lebih dari 26.200 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lalu, apakah betul bekam dan penggunaan injeksi/benda tajam bisa menjadi media penularan hepatitis?

Baca juga: Anak Sekolah Rentan Terkena Hepatitis Akut, Ahli Beberkan Tips Mencegahnya

Bekam dan jarum suntik yang bisa menularkan hepatitis

Dokter Spesialis Penyakit Dalam (kardiovaskular), Dr dr Eka Ginanjar SpPD K-KV FINASIM, mengatakan bahwa alat bekam dan jarum suntik memang bisa menjadi media untuk menularkan hepatitis.

Namun ia menegaskan, penularan tersebut lebih tinggi terjadi jika alat tidak steril.

"Ya, untuk hepatitis B dan C karena menular lewat luka dan cairan tubuh termasuk darah," ujar Eka saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/5/2022).

"Tapi selama menjaga sterilitas dan tahapan prosedur yang benar, maka risiko ini menjadi sangat kecil. Terutama untuk transfusi darah yang sudah melalui penapisan berlapis untuk adanya virus hepatitis," lanjut dia.

Sementara, untuk alat bekam dan tato, Eka mengatakan harus menggunakan alat steril yang penggunaannya tidak berganti-ganti antar orang.

Hal serupa juga disampaikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH.

Menurut dia, prinsipnya penggunaan benda tajam yang tidak steril akan berpotensi untuk terjadinya penularan penyakit.

"Jadi, kalau alat bekam, jarum suntik, tindik, pisau cukur tidak steril bisa menularkan ke orang lain," ujar Ari saat dikonfirmasi terpisah oleh Kompas.com, Senin (9/5/2022).

Ari mengatakan, saat ini untuk donor darah dan pengambilan darah baik dari laboratorium dan rumah sakit sudah menggunakan jarum steril disposable.

Baca juga: IDAI Jelaskan Faktor Risiko Hepatitis Akut yang Menyerang Anak-anak

Cara mensterilkan alat

Lantaran alat yang digunakan harus steril agar masyarakat aman dan terlindung dari penularan hepatitis, Eka mengatakan, proses sterilisasi bergantung pada targetnya.

"Tergantung target sterilisasinya dan alat yang disteril," ujar Eka.

Ia mencontohkan, paling ringan untuk mensteril sendok bisa menggunakan air dengan suhu 100 derajat celsius atau menggunakan alkohol 70 persen. Media tersebut digunakan merendam alat yang disteril selama beberapa menit.

Cara lain untuk mensterilkan barang bisa dengan dibakar, direbus, atau menggunakan alat khusus seperti UV dan plasma khusus.

Namun, Eka menganjurkan cara aman agar tidak tercemar virus lain yakni dengan selalu mengganti jarum dengan yang baru atau masih tersegel.

"Makanya yang aman ya harus baru semua, jadi sterilisasi dari pabrik," kata dia.

Baca juga: Viral soal Video Tato di Mata, Apa Bahayanya?

Alat tidak steril jika dilap saja

Sementara itu, Ari mengatakan, biasanya di puskesmas atau klinik ada alat khusus yang disediakan untuk mensterilkan alat medis seperti alat gigi.

Ia menambahkan, jika seseorang hanya mengelap alat bekam atau pisau cukur dan benda tajam lain, maka benda-benda tersebut masih berisiko tertempeli virus.

"Lap saja berisiko kalau virus masih menempel, yang idealnya adalah dengan alat steril standar," ujar Ari.

Menurut informasi dari Komite Pengendalian dan Pencegahan Infeksi, sudah ada Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam layanan kesehatan, di mana semua tergantung pada bahan alat.

"Ada yang bisa disteril dengan autoklaf, direbus, rendam hipoklorit. Kalau termometer, stetoskop cukup dengan alkohol," lanjut dia.

Ari mengatakan, kalau alat tajam disarankan disteril menggunakan autoklaf.

Autoklaf adalah alat pemanas (steam) tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi selama kurang lebih 15 menit.

Peningkatan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi